Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong Aku
Alula memasukkan gulungan kertas ke dalam tempat film kamera instannya kembali lalu memasukkan kamera instannya ke dalam tas selempang kesayangannya. Tas selempang bergambar detektif Conan.
Alula tersenyum melihat gambar detektif Conan di tas selempangnya lalu gadis manis itu bergumam setelah mendengus geli, "Apa ini yang dinamakan kerasukan tokoh-tokoh detektif yang suka aku baca? Aku diharuskan menjadi salah satu dari mereka. Menyelidik kematian Papaku yang memang kalau aku ingat kembali, tidak wajar"
Alula kemudian membuka buku catatan kecilnya dan menulis apa yang dia ingat sewaktu dia menemukan papanya gantung diri. Alula menulis:
Ada bekas tali di dada bukannya di leher.
Ada bekas hitam di kedua sisi leher seperti bekas cekikan.
Alula lalu membekap mulutnya yang ternganga. Lalu gadis manis itu bergumam, "Berarti Papa meninggal karena dicekik dan bukannya meninggal karena bunuh diri?" Gadis manis itu kemudian melanjutkan menulis apa yang masih dia ingat sebelum semuanya menjadi berbelok arah.
Alula memutuskan untuk melanjutkan menulis hal janggal yang dia temukan saat papanya bunuh diri :
Tidak ada bangku untuk naik.
Mamanya tidak mengijinkan adanya otopsi saat petugas medis datang bersama dia orang polisi.
Mama memberikan keterangan palsu dengan mengatakan bahwa mama yang menemukan Papa gantung diri dan bukannya aku.
Alula menautkan kedua alisnya di poin terakhir. Apakah Mama ada kaitannya dengan kematian tidak wajarnya Papa? Alula kemudian mengangkat kedua alisnya dan menarik rahang bawahnya. Lalu gadis manis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil bergumam, "Mama memang galak dan kasar, tapi Mama bukan pembunuh"
"Lalu bangku atau anak tangga, kenapa aku bisa sampai melupakan soal bangku atau apalah yang dipakai oleh Papa untuk menggantungkan tali ke balok kayu. Kalau memang Papa bunuh diri Papa butuh bangku atau anak tangga selain tali pramuka" Gumam Alula sambil menutup buku catatan kecilnya.
Alula kemudian meregangkan kedua tangannya ke atas lalu bangkit berdiri dengan perlahan dan refleks mengangkat pundaknya tinggi-tinggi saat dia mendengar pintu kamarnya diketuk cukup keras dan jantungnya berdegup kencang ketakutan saat dia terdengar teriakannya Leo, "Buka! Alula buka!!!!"
Alula bergegas menggeser dengan susah payah meja belajarnya ke pintu saat dia melihat handle pintu kamarnya bergerak-gerak naik turun tanpa jeda.
Setelah berhasil menempatkan meja belajarnya di depan pintu untuk mengganjal pintu, Alula memeriksa gerendel dan sedikit bernapas lega saat dia menemukan gerendel pintunya sudah terpasang dengan baik.
Terdengar kembali teriakannya Leo, "Buka pintunya! Lula! Kita bersenang-senang! Papa dan Mama kita pergi kondangan, Manisku! Ayo kita bersenang-senang! Buka pintunya!!!!!"
Alula berlari ke ranjangnya lalu duduk bersila di tengah ranjang dengan wajah tegang dan terus menatap handle pintu yang bergerak-gerak naik turun dan terus terdengar suara ceklek, ceklek, ceklek tanpa henti. Alula menutup kedua telinganya dan bergumam lirih sambil menatap nanar handle pintu kamarnya. Dengan jantung berdebar ketakutan, Alula bergumam, "Tuhan lindungi Alula. Papa lindungi Alula"
Leo hendak mendobrak pintu kamar Alula dan terpaksa berhenti lalu berlari ke kamarnya saat dia mendengar suara papa dan mama tirinya.
Sementara Alula bernapas lega saat dia melihat handle pintu kamarnya tidak lagi bergerak-gerak naik turun dan tidak terdengar lagi teriakannya Leo.
Gadis manis itu kemudian berdoa, "Terima kasih Tuhan. Terima kasih Papa. Sudah melindungi Alula," dan merebahkan tubuhnya. "Aku harus tidur sekarang juga biar besok bisa bangun pagi dan pergi ke kafenya Papa sebelum kuliah"
Keesokan harinya, tepat jam lima pagi, Alula bergegas pergi ke kafe papanya. Zian yang tidak bisa tidur dan memutuskan untuk melakukan peregangan di balkon, langsung berteriak ke bawah saat dia melihat Alula tengah menutup pintu gerbang. "Woi! Mau ke mana?"
Alula mendongak kaget dan langsung mendelik ke Zian sambil meletakkan jari telunjuk ke bibir, "Sstttttt!"
Zian justru kembali berteriak, "Jangan ke mana-mana! Tunggu aku di sana!" Zian kemudian bergegas berbalik badan lalu berlari kencang meninggalkan kamarnya.
Alula menghela napas panjang dan terpaksa menunggu Zian demi pertemanan.
Zian mengerem laju larinya di hadapan Alula di jarak seratus meter dengan napas terengah-engah dan Zian langsung bertanya, "Pipi kamu kenapa dan sudut bibir kamu.......?"
Alula memalingkan wajahnya sambil berkata, "Aku tergesa-gesa dan terjatuh"
Zian menghela napas panjang karena dia tahu Alula sedang berbohong.
"Aku akan antar kamu" Zian menarik sepedanya Alula lalu berlari cepat ke halaman rumahnya bersama sepeda itu.
Alula sontak berteriak sambil berlari mengejar Zian dengan mendengus kesa.
Alula bersedekap di depan Zian yang tengah menyandarkan sepedanya, "Aku akan pergi sendiri"
"Aku akan mengantar kamu demi keselamatan. Ini masih pagi dan jalan di dekat perempatan besar sangat berbahaya kalau dilewati sepagi ini. Ada beberapa preman yang ketiduran di sana karena mabuk-mabukan semalam"
Alula bergidik ngeri dan spontan berkata, "Baiklah antar aku"
Zian langsung mengulas senyum lebar, "Siap Nona! Tunggu sebentar! Aku akan keluarkan mobil"
Zian mengeluarkan mobil mamanya. Mobil sedan kecil berwarna merah. Warna kesukaan mamanya Zian.
Zian keluar dari dalam mobil mamanya untuk membukakan Alula pintu.
Alula menautkan kedua alisnya.
Zian masih memegang pintu mobil yang terbuka lebar dan bergegas berkata, "Kalau naik mobilku, aku takut semua penghuni perumahan mendadak mengalami mimpi buruk di tidur mereka pagi ini"
Alula mendengus geli.
Zian meringis lalu berkata, "Ini mobil mamaku. Masuklah!"
Alula masuk ke dalam mobil lalu Zian menutup pintu mobil setelah Alula memasang sabuk pengaman dengan baik dan benar.
Beberapa menit kemudian Zian bertanya sambil melakukan mobil, "Oke, kita mau ke mana?"
"Ke kafenya Papaku"
"Kamu mau buka kafe dulu sebelum kuliah?" Tanya Zian sambil membelokkan setir mobil ke jalan besar.
"Tidak"
"Lalu, kenapa ke kafe Papa kamu sepagi ini?"
Alula menatap Zian dari samping dan bergumam di dalam hatinya, Zian memiliki Om yang bekerja di kepolisian dan mereka sering menangani kasus. Apa aku minta tolong saja sama Zian untuk membantuku menyelidiki kematiannya Papa?
"Kok diam?" Zian menoleh sekilas ke Alula.
"Zian, apa kamu mau menolongku?"
"Mau"
"Hei! Aku belum bilang pertolongan macam apa yang akan aku minta"
"Pertolongan apapun yang kamu minta, aku tetap mau. Kamu itu spesial bagiku"
Alula langsung memalingkan wajahnya yang terasa panas.
Zian menoleh sekilas ke Alula dan menunggu Alula mengatakan pertolongan macam apa yang Alula butuhkan.
Alula berkata sambil menatap jendela mobil yang menampakan bayangan wajahnya, "Papaku sepertinya dibunuh"
Ckittttttt!!!!! Zian refleks menginjak pedal rem.
Alula menoleh ke Zian, "Tolong aku mencari bukti-buktinya"
Zian menatap Alula dan cowok tampan itu hanya bisa menganggukkan kepala dengan perlahan
artinya bahwa kamu pernah mengalami sakit yang hampir merenggut nyawamu. ugh! kalo ditambah ini makin nyentuh thor 🥲
kapan2 main basket sama aku ya, by 'Alice Celestia Dalian'