Aldena Faradila tak menyangka akhirnya harus kembali ke tempat yang paling dihindarinya selama lima tahun ini. Dena harus kembali karena saudara kembarnya yang jatuh sakit dan juga wasiat dari Vania, almarhum ibunya.
Kembalinya Dena ke rumah almarhum maminya membuat keluarga papinya tak suka dan mencoba mengusirnya kembali.
Sayangnya, Dena lima tahun yang lalu sudah berubah dan kini bersiap membalaskan dendam dan sakit hatinya.
Rupanya semua tak berjalan semulus apa yang direncanakan oleh Dena. Dia harus menikah sebelum usianya dua puluh lima tahun dengan lelaki yang sudah dipilihkan oleh almarhum maminya.
Apakah Dena bersedia menikah dengan Gara, atau lebih memilih kehilangan harta warisannya? Lalu bagaimana jika ternyata Dena masih belum bisa melupakan masa lalunya yang ternyata keponakan dari Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Main Masak-Masakan
Aroma bumbu yang tengah di masak menguar dari arah dapur. Di sana dapat dilihat sepasang suami istri saling bahu membahu menyiapkan makan malam.
Mereka adalah pengantin baru yang belum merasakan madu pernikahan, Anggara dan Dena.
Jika banyak orang beranggapan seorang istri wajib masuk dapur untuk memasak. Tapi bagi Anggara, istrinya tak perlu melakukan hal itu.
Dena dibesarkan dalam lingkungan atas, terbiasa dilayani ART. Bahkan saat tinggal dengan om Albert pun, Dena sangat dimanja. Mengingat om dan tantenya Dena itu tak memiliki anak.
Jadi sudah bisa dipastikan, Dena tak bisa masak. Kecuali masak air dan juga... mie instan cup, yang pakai rendam ya bukan dimasak.
Saat ini Anggara terlihat dengan spatula yang mirip dengan punya Spongebob. Memainkan benda itu untuk membolak balikan capcay ala-ala buatan lelaki itu.
Sementara Dena, dari tadi dia hanya memainkan ulekan sambal. Sambil sesekali mencocol sambal dengan tempe goreng yang sudah jadi.
Entah sudah habis berapa, tapi yang pasti sekarang tempe goreng itu sudah tinggal beberapa potong saja.
Anggara hanya tersenyum sambil geleng-geleng saja melihat kelakuan sang istri. Cuma tempe goreng saja yang dihabiskan Dena, tak seberapa dibandingkan dengan hasil tokonya.
Setelah kejadian tadi sore, Anggara mengajak Dena berbelanja bahan untuk makan malam. Bukannya Anggara pelit, tak mau membelikan makanan jadi dari restoran.
Tapi Anggara ingin punya momen manis bersama dengan Dena. Ya, seperti ini masak-masak romantis.
Walaupun banyakan Anggara yang bekerja dan Dena hanya duduk sambil memperhatikan. Tapi setidaknya beberapa kali Anggara sudah mencuri kecupan dari pipi dan bibir istrinya.
"Ini sambalnya udah jadi bang, udah pas rasanya. Mantap... udah aku coba." kata Dena sambil mengacungkan jempolnya
Ya pastinya sudah mantap rasanya, orang nyobain habis tempe setengah papan, ucap Anggara yang hanya berani di dalam hati.
"Kalau udah ditaruh di meja makan aja, sayang. Tempe sama cuminya juga sekalian. Terus nasinya juga udah masak kayaknya, cabut kabel magicom nya. Biar nanti abang yang bawa ke meja makan." ucap Anggara.
"Perintahnya satu-satu lah abang, nanti aku bingung kerjain mana dulu. Udah tau kapasitas otak aku minimalis." gerutu Dena.
Anggara terkekeh melihat bibir istrinya yang cemberut. Lelaki itu mematikan kompornya karena capcay nya sudah masak.
Anggara mendekati Dena lalu merangkul pinggang wanita hingga tubuh mereka menempel.
"Kapasitas otak kami sama dengan yang lain, sayang. Cuma kamu itu tak terbiasa mendengar perintah. Jadi otak kamu itu udah malas duluan. Coba inget pelan-pelan apa yang abang bilang tadi, kerjakan satu-satu." kata Anggara lalu mengecup bibir dengan dalam.
Pedas, bibir istrinya terasa pedas karena sambal. Tapi bagi Anggara tetap saja enak.
"Udah.. Mulai sambalnya tadi abang minta diapain." kata Anggara lalu melepaskan Dena.
Istrinya mengangguk lalu melakukan apa saja yang diminta suaminya tadi.
Sementara Anggara menyiapkan wadah untuk menyalin masakannya.
Anggara memang sengaja membiarkan Dena berpikir tadi, sekali lagi bukan dia suami yang kejam.
Tapi Anggara ingin melatih Dena, yang memang suka sekali lupa dan ceroboh. Dena itu orang yang spontan.
Dia ingin ini, maka akan dia lakukan. Ingin itu harus dapat.
Tapi jika ada orang yang memintanya melakukan sesuatu, Dena sering abai. Menganggap siapa lo, nyuruh-nyuruh gue.
Karena itulah, Dena terbiasa mengabaikan ucapan orang lain. Bahkan jika itu sesuatu yang baik.
Contohnya saja, soal renovasi rumah. Dena bilang ingin membuang dan mengganti perabotan rumah almarhum maminya tanpa pikir panjang.
Padahal kalau dipikir-pikir, Dena justru rugi besar. Tabungannya terkuras walaupun om Albert juga membantu. Perabot lama milik almarhum maminya dijual Kana untuk tukar tambah perabot baru. Lalu perabotan baru yang katanya mau dibuang Dena malah dibawa Kana entah kemana.
Apa nggak untung si Kana itu. Makanya dia masih anteng-anteng saja berhadapan dengan Dena. Karena dia tau Dena itu pikirannya pendek dan sering merugikan dirinya sendiri.
Anggara sudah tau tentang hal itu, apalagi almarhum mama mertuanya sering mengeluh soal putri kesayangannya.
Anggara seperti ini bukan karena dia tak bisa menerima keadaan Dena, hanya saja keinginan almarhum Vania yang menginginkan Dena menjadi lebih baik.
"Abang udah, semuanya udah aku kerjakan. Ini mau dibawa ke meja ya magicom nya?" tanya Dena yang sepertinya sudah ancang-ancang ingin membawa magicom.
"Eeh... Nggak usah sayang. Biar abang nanti yang bawa. Kamu ambilkan serbet di lemari sana." ucap Anggara menahan istrinya yang hendak mengangkat magicom.
Ya kali dia tega membiarkan Dena mengangkat benda itu.
Dena pun berjalan ke arah lemari yang ditunjuk oleh suaminya dan mengambil satu serbet yang tersusun rapi di sana.
Bukan serbet baru, tapi Anggara selalu rajin membersihkan rumah dan segala printilannya.
"Letakkan di atas meja makan, sayang. Cari posisi di tengah, kasih space dari piring sama ulekan." kata Anggara yang kemudian mengambil serbet yang tadi dia gunakan saat memasak.
Setelah melihat Dena sudah meletakkan serbet sesuai keinginannya, Anggara pun mengangkat panci dalam magicom itu. Dan segera membawanya ke atas meja makan.
Sementara Dena hanya memperhatikan apa yang dikerjakan suaminya.
"Begitu aku juga bisa, abang." ucap Dena yang sebenarnya tak enak hati pada Anggara.
Karena dari tadi, suaminya yang sibuk mondar-mandir menyiapkan makan malam perdana mereka di rumah ini.
"Kali ini kamu perhatikan saja dulu apa yang abang kerjakan. Kalau sudah terbiasa baru gantian kamu yang kerjakan." ucap Anggara sambil mengelus kepala istrinya.
"Kalau gitu kamu duduk aja, semuanya sudah siap juga kan." kata Anggara lalu ke dapur untuk mengambil masakan terakhirnya.
Setelah semuanya siap, Anggara pun mengajak Dena untuk menikmati makan malam sederhana mereka. Ya tentu saja dimulai dengan doa, lalu Dena mengambil nasi untuk suaminya seperti yang dilakukan Tante Dita pada om Albert.
Anggara tersenyum ketika melihat Dena menikmati makan malamnya.
Anggara memang merasa percaya diri soal masak memasak. Lelaki itu sudah terbiasa hidup mandiri apalagi setelah orang tuanya meninggal.
Anggara tak ingin menyusahkan mbak Nanda dan suaminya, jadi sedikit banyak dia harus bisa membantu pekerjaan rumah. Salah satunya memasak untuk para keponakannya yang ditinggal bekerja oleh orang tuanya.
"Enak banget, bang. Kok bisa sih, abang masak seenak ini. Tau gak, aku jadi minder sama abang karena gak bisa masak. Gimana mau jadi istri teladan kalau kayak gini." ucap Dena yang merasa insecure. Mengingat dirinya memang tak pernah masak, kecuali main masak-masakan bersama Dana waktu kecil dulu.
"Kan abang bisa masak, kamu kerjain hal lainnya kalau mau jadi istri teladan." kata Anggara yang tak memutuskan pandangannya dari wajah cantik istrinya.
"Apa tuh, bang?" tanya Dena.
"Nanti abang kasih tau, sekarang kita makan dulu. Habisin semuanya ya, gak baik buang-buang makanan." ucap Anggara sambil memikirkan nanti mau pakai gaya apa yang enak buat malam pengantin.
❤️❤️❤️
Gaya kupu-kupu bang, biar ntar si Dena jadi kepompong, abang jadi ulat.
banyuan segera datang...
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
waahh.
moga2 dena segera tlp anggara..
kan jaeak mereka lebih dekat..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
❤❤❤❤
bawa bala bantuan.
biar mereka bisa lepas dari evan..
❤❤❤❤
dena ama maya otw bestian ini..
😀😀😀❤❤❤❤
biar mereka barengan ngegrebej evan...
😀😀😀😀❤❤❤❤
kalo kanur sdri bisa2 cila dan pengasuhmya jadi korban..
❤❤❤❤❤
deg2an..
moga2 ada petunjuk buat Gara...
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
sama aja..
❤❤❤❤❤
tapi malh sangat berterima kasih..
❤❤❤❤❤
ehhh..
motor udah dipeyokinnaja ama evan..
❤❤❤❤
maya itu...
❤❤❤❤❤❤
apa pun selalu tampak indah..
coba kalo gak pasti akan bilang istri kurang ajar...
😀😀😀😀❤❤❤❤