Diputuskan begitu saja oleh orang yang sudah menjalin kedekatan dengannya selama hampir tujuh tahun, membuat Winda mengambil sebuah keputusan tanpa berpikir panjang.
Dia meminta dinikahi oleh orang asing yang baru saja ditemui di atas sebuah perjanjian.
Akankah pernikahannya dengan lelaki itu terus berlanjut dan Winda dapat menemukan kebahagiaannya?
Ataukah, pernikahan tersebut akan selesai begitu saja, seiring berakhirnya perjanjian yang telah mereka berdua sepakati?
Ikuti kisahnya hanya di lapak kesayangan Anda ini.
Jangan lupa kasih dukungan untuk author, ya. Makasih 🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Spesial
"Untuk sementara, kita masih akan tinggal di sini dulu. Nanti setelah semua urusan selesai, aku baru akan membawamu ke rumah," kata Bisma setelah mereka berdua tiba di apartemen.
Entah urusan apa yang dimaksud laki-laki itu. Meski penasaran, Winda tak ingin bertanya. Karena menurut Winda dan sesuai kesepakatan dalam perjanjian, urusan Bisma bukanlah urusannya.
"Lagipula, seminggu lagi kita juga harus kembali ke rumah kamu, 'kan?" lanjut Bisma yang teringat dengan pesan sang ibu mertua jika sekitar sepuluh hari lagi, acara resepsi pernikahan mereka berdua akan digelar.
Resepsi pernikahan yang seyogyanya dipersiapkan untuk Winda dan Leon. Namun, mantan kekasih Winda itu malah memutuskan hubungan kasih yang telah terjalin selama lima tahun begitu saja.
"Terserah bagaimana baiknya menurut Mas," balas Winda sambil berjalan sedikit lebih cepat agar bisa mensejajarkan langkah dengan langkah Bisma.
Winda terpaksa berjalan cepat dan hampir seperti berlari kecil karena Bisma mengisyaratkan dengan tangan agar dia berjalan di sisinya. Bisma memang menginginkan jalan bersisihan dengan Winda, tapi laki-laki itu tak memiliki inisiatif untuk menggandeng tangan wanita yang telah sah menjadi istrinya.
Jika tidak mau menggandeng, minimal pelankan langkahnya, kek. Begitu pikir Winda.
Akan tetapi, Winda tak menyuarakan protesnya. Hanya hentakan langkah kakinya serta bibir yang mengerucut, mengisyaratkan bahwa dia sedang sangat kesal pada Bisma.
Setelah membuka pintu unit apartemen dengan kunci akses yang dia bawa, Bisma baru mempersilakan Winda untuk masuk terlebih dahulu. Kedatangan mereka berdua tidak ada yang menyambut. Entah ke mana Nicholas mengajak Arsen bermain.
"Kalau lapar, pesan makanan aja di resto bawah. Nggak perlu masak karena kamu pasti lelah," kata Bisma sembari menatap layar ponselnya setelah laki-laki itu mendudukkan diri di sofa ruang keluarga.
Meski Bisma berbicara tanpa melihat ke arahnya, tapi senyuman indah berhasil terbit di sudut bibir Winda. Dia merasa diperhatikan, mendengar ucapan Bisma barusan.
"Apa aku boleh pesan apa saja, Mas?" tanya Winda mengetes suaminya.
"Hem," balas Bisma hanya dengan gumaman dan fokusnya masih pada layar ponsel dalam genggaman.
Winda mengedikan bahu, lalu berlalu hendak menuju kamarnya.
"Memangnya, kamu mau makan apa?" tanya Bisma kemudian.
Winda tersenyum. Lalu, dia berbalik dan berharap dapat melihat mata elang Bisma tengah menatapnya. Namun, apa yang dilihat Winda tak seperti yang dia harapkan. Karena ternyata, Fokus Bisma masih tetap pada layar ponselnya.
"Bisa nggak, sih, Mas, kalau bicara itu lihat orangnya," protes Winda.
Bisma sejenak mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.ke arah Winda. Tapi, itu hanya sekilas. Benar-benar sekilas pandang karena setelah itu Bisma kembali sibuk dengan benda pipih di tangan.
Winda yang merasa kesal menghentak kaki, membuat fokus Bisma kembali tertuju ke arahnya. "Aku sedang bekerja," kata Bisma.
Winda mengerutkan dahinya. Ingin rasanya dia bertanya, Bisma kerja apa dengan ponsel itu. Judi online, kah? Atau dia seorang penulis lepas?
Akan tetapi, Winda memilih untuk menelan kembali pertanyaannya. Dia berusaha untuk tidak kepo dengan kehidupan Bisma. Karena lagi-lagi, Winda teringat dengan perjanjian yang telah dia cetuskan sendiri.
Perjanjian yang kini seolah membelenggunya karena Winda jadi memiliki batasan sebagai seorang istri. Tak boleh menuntut. Tak boleh ikut campur urusan Bisma. Dan tak boleh baper.
Sanggupkah Winda menjalani perannya sebagai istri di atas kertas? Sementara di sudut hatinya yang lain, Winda mulai merasa nyaman dengan keberadaan Bisma, terutama Arsen bersamanya.
Ya, meski sikap Bisma masih begitu-begitu saja, tapi Winda yakin jika suatu saat laki-laki yang minim ekspresi itu akan berubah sikapnya. Mungkin, Winda hanya butuh waktu sedikit lebih lama untuk bisa membuat Bisma melihat dan kemudian menyadari keberadaan dirinya.
"Nggak usah berpikir macam-macam. Aku hanya membantu pekerjaan Nicholas karena dia sudah jagain Arsen."
Penjelasan Bisma kemudian, berhasil menyadarkan Winda dari lamunan. Wanita bermata bulat dan bening itu pun mengangguk-angguk. Lalu, segera berbalik hendak menuju kamar tamu, di mana kemarin dia tidur di sana.
"Kamu mau ke mana?" tanya Bisma, menghentikan langkah Winda.
"Aku mau istirahat, Mas. Kalau Mas mau pesan makanan, aku ngikut aja. Silakan mau dipesankan apa pun, pasti kumakan karena aku orangnya nggak ribet dan nggak pilih-pilih," terang Winda.
"Bukan soal makanan. Kalau kamu mau istirahat, di kamar kita saja," kata Bisma seraya menunjuk ke arah kamarnya, membuat Winda mengernyit.
"Kamar kita?"
"Jangan salah paham! Aku hanya ingin menjaga perasaan Arsen. Aku nggak mau dia berpikir bahwa kita sedang berantem karena pisah kamar," lanjut Bisma yang sepertinya dapat menebak isi kepala Winda.
"Aku masih ingat dengan perjanjian yang telah kita sepakati. Dan aku nggak ada niatan untuk melanggarnya. Nanti malam, aku bisa tidur di sofa," imbuh Bisma.
"Kenapa tidur di sofa, Ayah? "
Suara Arsen yang tiba-tiba saja sudah berada di sana dan tak terdengar suara apa pun sebelumnya, mengalihkan perhatian Winda dan Bisma.
"Apa Bunda marah sama Ayah dan tidak membolehkan Ayah tidur di ranjang yang sama? Memangnya, Ayah melakukan kesalahan apa sampai Bunda marah?" lanjut Arsen layaknya orang dewasa yang sedang menginterogasi sahabatnya.
"Ayahmu lagi sok jual mahal, Boy. Ingin dirayu sama bundamu," sahut Nicholas yang baru muncul. Laki-laki itu lalu tersenyum jenaka ke arah Bisma.
"Oh ...." Dengan ekspresi lucunya, Arsen manggut-manggut. Lalu, bocah kecil itu mendekati Winda.
"Kalau begitu, ayolah Bunda rayu Ayah agar nanti malam Ayah tidak tidur di sofa." Arsen kemudian menyeret pelan tangan Winda menuju sofa.
"Bunda duduk sini, ya," pinta Arsen setelah mendudukkan Winda tepat di samping Bisma.
Arsen buru-buru mengambil paper bag yang masih dipegang Nicholas. Lalu, menyerahkan pada Winda. "Kami bawakan makanan untuk Ayah dan Bunda."
"Apa ini, Sayang?"
"Buka saja, Bun. Itu makanan kesukaan Ayah. Maaf, Arsen belum tahu makanan kesukaan Bunda. Jadi, Arsen hanya beli satu. Bunda suapin Ayah, ya. Ayah juga harus suapin Bunda."
Kalimat panjang yang diucapkan Arsen, membuat Bisma melirik tajam pada Nicholas. Bisma sudah dapat menebak jika Nicholas, lah, yang telah mencuci otak Arsen. Sementara yang ditatap, tersenyum nyengir dan tanpa dosa.
"Ayo, Bun. Suapin Ayah," pinta Arsen setelah Winda membuka kotak makanan yang dia beli bersama Nicholas.
"Bundamu pasti malulah, Boy. Masak dia duluan yang nyuapin," celetuk Nicholas.
"Oh, iya. Kan ladies first, ya, Bos," kata Arsen menatap Nicholas dan laki-laki yang masih senyum-senyum mengejek Bisma itu mengangguk.
"Kalau gitu, Ayah dulu yang harus suapin Bunda."
Permintaan Arsen selanjutnya, membuat Bisma menghela napas panjang. Setelah sekali lagi melirik tajam pada Nicholas, Bisma kemudian mengambil kotak makanan yang dipegang Winda. Lalu, dengan sangat terpaksa Bisma mulai menyuapi wanita yang telah dia nikahi itu, demi menyenangkan hati Arsen.
"Jangan ngeles jika ini semua kamu lakukan hanya demi Arsen, Bis. Gue tahu, lu pasti juga menikmatinya, 'kan?" bisik Nicholas setelah Bisma menerima suapan dari Winda. Laki-laki itu tertawa puas kemudian.
Sementara Bisma berdecak. "Lu nggak akan lama di sini, 'kan?"
"Don't worry, Bis. Untuk beberapa waktu, gue akan nginap di rumah orang tua gue. Bokap sakit, dia nanyain lu."
"Om Rey sakit?"
Nicholas mengangguk. "Ajaklah Winda ke rumah. Bokap ingin berkenalan dengan wanita spesial yang telah berhasil mencairkan gunung es."
bersambung ...
Selamat Natal dan Tahun Baru
Selamat menikmati libur panjang akhir dan awal tahun Semoga di tahun 2025 nanti, apa yang belum dapat diraih di tahun ini, akan tercapai seperti yang diharapkan. Aamiin...
Yuk, vote dulu si Winda biar dia rajin nongol 😁
Dan sambil nunggu cerita ini up kembali, mampir dulu di novel keren karya temanku.
Judul; Mantan yang Disia-siakan Ternyata Konglomerat
Karya. Pipih Permatasari
Semoga Bisma segera menyadari, biar gak usah bertanggungjawab atas dasar janji kepada orang tua Lisa.
Jgn smp deh Bisma kelamaan percaya sm perempuan ulet kadut modelan Lisa begini.. Cepet kebongkar deh kelakuannya.. 😡😡😡