Kematian mendadak Gandawasa Natadharma, miliuner pemilik perusahaan game terbesar asal Indonesia yang bermukim di San Fransisco, Amerika Serikat, menimbulkan kecurigaan bahwa kematiannya tidak wajar.
Istrinya yang berbeda lima belas tahun lebih muda, Lily Kanissa Natadharma, tentu saja menjadi orang pertama yang paling dicurigai. Wanita yang pernah dikenal sebagai “Gadis Teh Botol”, sejak fotonya yang sedang minum teh botol di kelas ketika remaja, pernah viral. Gadis manis bermata indah dengan wajah polos bagai malaikat pada waktu itu, kini telah menjelma menjadi wanita yang luar biasa cantik menawan dan sangat berkelas.
Ketika digiring ke luar mansionnya yang mewah dengan tangan diborgol, para wartawan menghujani Lily dengan pertanyaan. Ia hanya melontarkan satu kata dengan wajah dingin, “Bodoh.” Lalu ia menundukkan kepala dan masuk ke mobil polisi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Detektif Maxmillian Anderson diuji kemampuannya untuk menguak fakta, mencari bukti-bukti serta menyelidiki motif yang membuat janda miliuner itu melakukan tindakan kriminal. Demi harta? Atau karena orang ketiga?
Benarkah dia pembunuhnya, atau ada orang lain yang melakukannya?
Namun, yang lebih penting adalah, mampukah Max menepis daya tarik Lily, yang dengan keanggunannya yang dingin, justru telah membuat hati Max terbakar sejak matanya singgah di wajah wanita itu, bahkan dari jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Tuduhan Pelecehan
Sementara itu, di San Francisco.
Setelah mendengar uraian Andrea kemarin bahwa Gandawasa pernah mendapat tuntutan pelecehan seksual, Max menimbang-nimbang, mana yang harus ia lakukan terlebih dahulu.
Apakah menemui Lily kembali untuk menanyakan hal itu, atau menemui Andrew Wang, orang kedua di perusahaan, tangan kanan Gandawasa, untuk menginterogasi dan menyelidiki orang-orang di kantor.
Setelah merenungkan kemungkinan wanita yang menuduh Gandawasa masih sakit hati dan memendam dendam, meskipun kasus itu berakhir damai, akhirnya Max memutuskan untuk pergi menemui Lily, kemudian menemui wanita yang dimaksud. Semoga wanita itu tidak tinggal jauh-jauh.
Dan ke sanalah Max melajukan mobilnya saat ini.
Hati Max dipenuhi gelembung-gelembung semangat, mengingat sebentar lagi ia akan bertemu kembali dengan Lily. Menatap wajahnya lagi. Kali ini tanpa diawasi Andrea, sehingga ia akan bebas menikmati kecantikan dan keanggunan wanita muda itu.
Max bukan tidak tahu bahwa ini sangat tabu. Lily belum lepas dari status terduga, masih bisa menjadi tersangka. Tetapi perasaan yang telah hinggap di hatinya sejak hari pertama, tidak mampu ia enyahkan.
Selama ia bisa menjaga jarak dan tidak ada kontak fisik, mengagumi diam-diam tidak berdosa bukan? Bahkan jika menginginkan dan mengkhayalkannya, asalkan tidak diwujudkan, itu tidak apa-apa. Max menghibur diri.
Max tiba di mansion miliuner itu lagi, menghentikan mobil tanpa mematikan mesin, membuka pintu dan keluar, lalu memijit interkom dengan kamera dua arah di gerbang.
Tak lama kemudian, sebuah wajah muncul di layar interkom itu. Max melambaikan tangan sambil tersenyum.
“Detektif Maxmillian Anderson, ingin bertemu Nyonya Lily Kanissa Natadharma untuk penyelidikan lanjutan.”
Wajah di layar interkom itu tidak mengatakan apa-apa, hanya gerbang terbuka otomatis.
Max kembali naik ke mobil dan melajukannya ke halaman mansion.
Seorang pelayan telah membuka pintu dan menunggunya. Max turun dan dibimbing masuk ke ruang tamu.
Tak lama kemudian, Lily muncul.
Berjalan dengan anggun, mengenakan setelan blus berkerah V tanpa lengan dan celana lebar berwarna off white. Rambutnya dikuncir di belakang, sehingga seluruh lehernya yang jenjang terekspos sempurna.
Wajahnya hanya dioles lipstik berwarna peach seperti biasa, dan sedikit pemerah pipi, sehingga memberi rona yang membuatnya tampak segar.
Max menghela napas dalam hati. Wanita ini, setiap kali ia menemuinya, tingkat pesonanya seolah makin meningkat.
Lily mengulurkan tangan dan mengangguk. “Inspektur.”
Max menyambut uluran tangan Lily, terasa halus dalam genggamannya. Max ingin berlama-lama memegang tangan itu, tetapi itu tidak pantas. Jadi tentu saja ia segera melepasnya.
“Lily. Maaf aku datang mengganggumu lagi.”
Lily tersenyum tipis, dan melambaikan tangan ke arah sofa, sebagai isyarat untuk Max agar duduk. Sementara ia sendiri menempatkan dirinya di seberang Max.
“Sebelum pembunuhnya ditemukan, Anda boleh datang ke sini kapan saja,” ujar Lily. “Apakah ada perkembangan?”
“Aku telah menyelidiki beberapa hal, dan menemukan bahwa ternyata almarhum suami Anda pernah dituntut oleh seorang wanita atas tuduhan pelecehan seksual.” Max langsung pada tujuan kedatangannya tanpa basa-basi, sambil mengamati perubahan di wajah Lily.
Namun wajah Lily tampak datar.
“Itu sudah bertahun-tahun yang lalu, dan telah selesai dengan damai. Apa yang ingin Anda ketahui?”
“Bolehkah Anda bercerita, bagaimana itu terjadi, dan prosesnya? Aku bisa membaca di pemberitaan, tapi ingin mendengar langsung dari mulutmu.” Mengucapkan kata 'mulutmu', tanpa sadar Max memperhatikan bibir Lily.
Bibir itu mulai bergerak untuk berbicara.
Bibir yang mungil tapi penuh, pasti sangat memuaskan untuk dicium. Max menelan ludah sambil memaki-maki dirinya sendiri, lalu berusaha memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan Lily.
“Itu sekitar empat tahun lalu, waktu usia pernikahan kami baru dua tahun.” Lily memulai cerita. “Tiba-tiba seorang wanita bernama Ashley Young mengaku telah dilecehkan oleh Ganda.”
“Siapa Ashley Young ini?” Tanya Max, mengalihkan perhatiannya pada mata Lily, agar tidak terus berkhayal mencium bibirnya.
“Seorang magang di kantor Ganda. Suatu malam mereka pergi bersama untuk merayakan keberhasilan suatu proyek. Makan dan minum, tentu saja. Mereka bahkan pergi beramai-ramai, bukan hanya berdua.”
“Lalu?”
“Begini saja, Inspektur. Mari ikut saya, akan saya tunjukkan beberapa video yang waktu itu kami jadikan bukti, yang membebaskan Ganda dari segala tuduhan. Nanti silakan Anda menilai sendiri.” Lily bangkit dari sofa.
Max ikut berdiri dan siap mengikutinya. Lily berjalan mendahuluinya, sementara Max menjaga dua langkah di belakangnya, bersikap sebagai seorang gentleman.
Lily membuka pintu sebuah ruangan, yang diperkirakan adalah kantor Gandawasa. Ruangan itu, seperti juga ruangan lain di mansion, seluruhnya didominasi warna putih, baik furnitur maupun langit-langitnya, bahkan kursi kantor juga dibungkus kulit berwarna putih.
Satu-satunya aksen di ruangan itu adalah karpet motif zebra yang digelar di bawah meja kerja. Dan tanduk rusa yang digantung di dinding. Keseluruhan interior yang sangat elegan dan sangat bersih.
Tentu saja sangat berbeda dengan kantor Max sendiri, yang dipenuhi berkas kasus kejahatan dan didominasi warna coklat yang memberi kesan berat.
Lily duduk di kursi kantor, menyalakan komputer di meja, sementara Max dipersilakan duduk di sofa yang ada di tengah ruangan. Setelah sekitar dua tiga menit mengetik, Lily mengangkat kepala dan menatap Max.
“Kemarilah, Inspektur. Silakan lihat videonya.”
Max berjalan mendekat, agak membungkuk di dekat kursi Lily, sementara Lily tidak beranjak, hanya memutar kursi itu sedikit, menghadap ke arahnya.
Ini adalah jarak terdekat mereka. Wangi halus menguar dari tubuh Lily, memasuki penciuman Max, entah itu aroma sabun atau parfum mahal. Tangan Lily yang terletak di meja juga hampir bersentuhan dengan tangan Max yang bertumpu di sana.
Tangan itu sangat mungil, kulitnya sangat bersih, dengan kuku-kuku yang terawat. Sementara tangan Max sangat besar, dengan jari-jari yang panjang dan agak berbulu. Max kembali ingat bagaimana rasanya ketika tangan itu ada dalam genggamannya tadi.
“Ada beberapa video, silakan Anda nilai sendiri.” Lily menggeser kursi mundur dan bangkit, mempersilakan Max untuk duduk.
Max duduk dan merasakan sisa kehangatan tubuh Lily di kursi. Max memejamkan mata.
'Ini benar-benar gila. Kami sedang di tengah penyelidikan pembunuhan, dan pikiranku melayang-layang dengan mesum!' Max menggelengkan kepala, lalu mulai konsentrasi pada video pertama.
Di video itu, tampak Gandawasa yang seolah diseret-seret oleh seorang wanita berambut pirang. Wanita itu cantik, mengenakan pakaian yang mencetak tubuh, dadanya jelas besar. Wanita itu melingkarkan tangannya di lengan Gandawasa, yang sepanjang waktu menyelipkan kedua tangannya ke saku celana.
Dari lobby, mereka menunggu lift terbuka, di dalam lift ketika mereka hanya berdua pun, mereka tidak melakukan apa-apa. Wanita itu tidak melepaskan tangannya dari lengan Gandawasa, sementara kedua tangan Gandawasa tetap berada di saku celananya. Sangat jelas Gandawasa tampak enggan.
Entah apa yang membuatnya, seorang CEO perusahaan, mau diseret-seret oleh seorang magang?
Setibanya di depan sebuah pintu, kemungkinan besar pintu kamar wanita itu, mereka berdua memang masuk. Tetapi tidak ada video lanjutan di dalam kamar, sehingga tidak diketahui apa yang terjadi selanjutnya.
Video kedua menunjukkan suasana perayaan di meja makan. Tidak tampak ada yang mabuk, sehingga tidak mungkin mereka tidak sadar sampai melakukan perbuatan tercela.
Video ketiga, adalah Ashley yang sedang ditanyai di dalam mobil polisi.
“Ya kami melakukannya atas dasar suka sama suka,” Ashley berkata.
“Bagaimana bisa dia yang ditangkap?” tanya Max, mengangkat kepala dan menatap Lily yang sedang menunggu di depan meja.
“Ketika mereka di dalam kamar, tiba-tiba ada dua polisi yang mengetuk pintu.” Jawab Lily.
“Bagaimana bisa tiba-tiba ada polisi yang mengetuk pintu? Dan bagaimana kondisi mereka berdua ketika pintu dibuka?” Max mengerutkan kening.
“Ashley hanya mengenakan handuk. Ganda sedang duduk di tempat tidur. Tapi pertanyaannya, Inspektur, bagaimana dua polisi bisa mengetuk pintu di waktu yang tepat, bukankah itu sangat mencurigakan?”
“Hm…” Max setuju. “Seolah sengaja untuk menjebak.”
“Tapi di sini Ashley mengatakan bahwa mereka melakukannya atas dasar suka sama suka. Bagaimana bisa ada tuduhan pelecehan seksual?” Tanya Max lagi.
“Karena ternyata Ashley masih di bawah umur. Ketika melamar sebagai magang, dia menulis umurnya dua puluh. Ternyata dia masih enam belas.” Lily menjelaskan.
“Kalau begitu dia juga bisa dituntut atas identitas palsu dan penipuan.”
“Itulah pertimbangan-pertimbangan hakim yang akhirnya membebaskan Ganda dari segala tuduhan. Dan satu lagi, gadis itu meminta $100,000 sebagai syarat damai.”
Max menyandarkan tubuh di kursi.
“Menurutmu, apakah Ashley dikirim oleh seseorang untuk menodai reputasi suami Anda?”
“Saya tidak akan berkomentar. Anda bisa menyimpulkan sendiri. Satu hal yang pasti, Inspektur…” Lily menggantung ucapannya.
“Apa?”
“Saya memercayai suami saya. Dia adalah lelaki paling manis yang pernah saya kenal. Dan dia punya satu adik perempuan yang sangat dia lindungi, jadi tidak mungkin dia tidak sopan terhadap wanita.”
tapi ini Lily loh Max, ntah bisa tertarik atw tak yaak, Gandawasa orang satu negara sama Lily.
kok Aku curiga Kenneth ada kerjasama sama Lily bwt membunuh Ganda yaak🤔 ntah ada motif apa. mungkin yaak. Kenneth orang Asia kan? sama-sama Asia sama Lily.
Aku tadi sempet lieur ini karya apa, ehh baca Napen nya ternyata cover Lily Gandawasa gantiii
Ganbatte kak Dela... next yaak
lanjut thor...
" Wanjiruu orang yang cerdas klo iya dia yang membunuh Gandawasa pantas wae gituu caranya juga unik, alon alon tapi pasti."
tapi ehh di paragraf ini kak Dela udah dibuka😁
next kak
next kak
lanjutkan kak, semangat.
terimakasih udah update.
next kak Dela
setelah kmaren ada kecurigaan Ganda tewas kna salah sasaran yg seharusnya bwt calon presiden itu, aku skrng curiga ke mungkin seseorang yg mencintai Lily?
ini racun efeknya perlahan kan yaak?
ahh ntahlah masih blom teraba. bisa jadi juga pelaku nya ada dirumah Ganda itu juga selain Lily.
next kak up lagi yaaak
tak salah nemu bacaan nih, keren juga sama kek Damar dan Qing Qing.
ditunggu next up nya kak Dela
Ganbatte...