Gwen Itzayana 27 tahun, gadis cantik yang berprofesi sebagai pengacara muda di kota New York. Harus berurusan dengan kartel narkoba di Meksiko setelah ayahnya seorang polisi yang sedang menyamar di dalam organisasi itu.
Penyamaran Eduardo berhasil di ketahui anggota kartel, menyebabkan pria itu di bunuh secara kejam.
Gwen menangisi kepergian Eduardo, hingga gadis itu nekat bertolak ke Meksiko dan menyusup ke dalam organisasi yang paling di takuti seantero negeri Sombrero tersebut.
Bagaimana nasib Gwen, mampukah ia bertahan hidup di antara penjahat-penjahat kejam itu. Apakah penyamaran nya akan di ketahui?
Terlebih Gwen di hadapkan pada pimpinan kartel di luar dugaannya. Apakah itu?
Ikuti kelanjutan kisah ini ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca 🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NEKAT
Katakanlah Gwen sangat nekat. Gadis itu membuka kamar Rafael tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, namun laki-laki itu tidak ada di kamar. Mungkin sedang mandi, pikir Gwen. Entahlah.
Namun Gwen memutuskan melihat Rafael yang bisa jadi berada di ruang kerjanya.
Sebenarnya sejak kejadian di kamar beberapa hari yang lalu, Gwen tidak pernah bertemu secara langsung lagi dengan Rafael. Karena Gwen tetap harus beristirahat di kamar di lantai dua.
Biasanya Matilde yang akan mengantarkan makanan untuknya.
Tiba di depan pintu ruang kerja Rafael, gadis itu langsung membuka saja handle tersebut. "Aku yakin tuan Rafael tidak ada juga–"
Kedua mata biru Gwen langsung berlawanan dengan sepasang netra coklat terang Rafael yang sedang duduk di kursi meja kerjanya dan menghunuskan tatapan tajam pada Gwen.
Rafael Tengah membaca tumpukan berkas di depannya. Tanpa mengenakan apapun untuk menutupi tubuh bagian atasnya.
Gwen sedikit salah tingkah dengan senyuman tampak sedikit dipaksakan di ujung bibirnya. Jemari tangan Gwen baru mengetuk pintu itu. Konyol memang. Tapi memang seperti itulah gadis itu yang sebenarnya.
Rafael menyandarkan punggungnya, menatap tajam gadis itu.
"Maaf tuan Rafael, menganggu waktu anda. Saya minta waktu sedikit saja untuk bicara", ujar Gwen menatap manik coklat Rafael yang sejak tadi menatapnya intens.
Gwen menunggu jawaban Rafael. Namun laki-laki itu tidak berkata apapun atas permintaan waktunya untuk menyampaikan sesuatu pada laki-laki itu.
Gwen menghela nafasnya. Ia tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bicara pada Rafael. Apalagi ia sedang sibuk seperti itu. Rasanya tidak sopan sekali.
"Ehem. Maaf mengganggu anda tuan. Lupakan apa yang aku katakan. Lain kali saja–"
Gwen hendak membalikkan badannya.
"Apa yang ingin kamu katakan?", tanya Rafael menghentikan niat Gwen untuk pergi.
"Aku mohon, jangan hukum Aleandro tuan Rafael. Ia tidak salah atas incident yang kami alami. Kejadian tersebut murni kecelakaan", ucap Gwen setengah memohon.
Mendengar itu, membuat Rafael mengernyitkan dahinya. "Hanya karena mandor itu, kamu berani menerobos masuk keruangan ku?", ketus Rafael.
"Tapi tuan memotong gaji Ale. Itu tidak adil sekali. Tuan bisa di tuntut karena bertindak semena-mena pada bawahan anda", balas Gwen setengah mengancam.
Rafael tertawa mendengar ucapan Gwen. Laki-laki itu berdiri dan mendekati gadis itu yang spontan melangkah mundur. Manik biru terang gadis itu membulat sempurna.
Gwen memasang ancang-ancang untuk pergi, ia melebarkan pintu di sampingnya.
"Siapa yang akan menuntut ku, hem?", ujar Rafael dengan cepat menarik tangan Gwen dan memeluk pinggangnya.
"Oh. Iya aku asal bicara saja. Spontanitas", ujar Gwen sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Rafael. Kali ini ia memang ceroboh, tidak hati-hati.
Namun usaha Gwen sia-sia. Tenaga laki-laki itu sangat kuat.
"Ada hubungan apa kau dengan mandor itu, hem? Sampai-sampai kau nekat seperti ini di depan ku. Bahkan kau memanggil namanya dengan mesra begitu", desak Rafael menunggu jawaban Gwen yang mendadak pucat pasi.
"Aku...dan mandor mu? Yang benar saja. Kami berteman. Karena ia telah menyelamatkan aku", jawab Gwen sekenanya. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya dari tatapan intimidasi Rafael yang menghunus tajam seakan mengoyak jantungnya.
"Mandor kesayangan mu itu sudah melakukan kesalahan. Ia lalai karena membiarkan kamu ikut ke padang rumput itu. Kau harus tahu aturan di sini, tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun!"
Gwen kembali menatap manik coklat Rafael. Seakan menyelami apa yang ada di pikiran laki-laki itu. Tatapan itu begitu teduh.
"Kenapa kamu jahat sekali? Bisakah kamu mempercayai orang di sekitar mu sedikit saja? Apa yang ada dalam diri mu hanya kekerasan, tuan Rafael?"
Gwen memberanikan diri menyentuh dada bidang laki-laki itu. Keduanya terlihat intim.
"Bisakah tuan berlaku lembut sekali saja pada orang yang sudah menyerahkan jiwanya membantu tuan? Tanpa harus mencurigainya. Apa hati tuan benar-benar sudah keras membatu?", ujar Gwen terdengar begitu lembut di telinga Rafael.
Sepintas kata-kata Gwen mengingatkan nya pada Thalita mamanya yang selalu berkata lembut pada ia dan Camilla adiknya dulu.
Perlahan pelukan tangan Rafael di pinggang Gwen mengendur. Wajahnya kembali dingin.
"Pergilah ke kamar mu. Jangan pernah menerobos masuk seperti tadi, atau aku akan menunjukkan siapa diriku sebenarnya pada mu...!"
...***...
To be continue
Tinggalkan komentar kalian ya 🙏🏻
Hm... sepertinya ada yg bakal di halalin ini mah /Grin/