NovelToon NovelToon
HAZIM

HAZIM

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Haryani Latip

Awal pertemuan dengan Muhammad Hazim Zaim membuat Haniyatul Qoriah hampir terkena serangan Hipertensi. Meski gadis itu selalu menghindar. Namun, malangnya takdir terus mempertemukan mereka. Sehingga kehidupan Haniyatul Qoriah sudah tidak setenang dulu lagi. Ada-ada saja tingkah Hazim Zaim yang membuat Haniyatul pusing tujuh keliling. Perkelahian terus tercetus diantara mereka mulai dari perkelahian kecil sehingga ke besar.

apakah kisah mereka akan berakhir dengan sebuah pertemanan setelah sekian lama kedua kubu berseteru?
Ataukah hubungan mereka terjalin lebih dari sekadar teman biasa dan musuh?

"Maukah kau menjadi bulanku?"

~Haniyatul Qoriah~

🚫dilarang menjiplak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haryani Latip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Liburan Musim Hujan (part2)

Happy reading😙

Air hujan sepertinya semakin mengguyur bumi, namun aku tetap tak bergeming di tempat. Masih disini, di posisi ini. Masih mencari definisi cinta yang sebenarnya. Masih berusaha mengungkapkan segalanya walau aku tak bisa. Dan masih merangkai kata walau aku tak tahu bagaimana cara untuk mengucapkannya.

Tidak! Aku sekarang tidak baik-baik saja,namun aku tahu. Tuhanku tidak akan selamanya membiarkan ku dalam keadaan bingung.

~Aydan Atthullah~

______________________________________________

"Pakai ini saja," ucap Aydan.

Haniyatul tercengang. Demikian juga dengan Ainul. Mereka tidak menduga sama sekali bahwa lelaki itu tiba-tiba saja ada dihadapan mereka sembari mengulurkan jaket berwarna abu-abu.

"Makasih, mas Aydan, tapi kami juga sudah ingin kembali ke kamar," tolak Haniyatul.

"Pakai saja, malam ini dingin, nanti kamu bisa flue," ucap Aydan.

Haniyatul menatap kearah Ainul yang sedang menundukkan wajahnya.

"Mas Aydan bagaimana?" tanya Haniyatul seraya mengambil jaket berwarna abu-abu yang diberikan padanya.

"Aku masih ada jaket yang lain," ujar Aydan. Kemudian, berlalu pergi.

Haniyatul mengenakan jaket yang diberikan Aydan padanya tadi. Bau parfume lelaki itu masih menempel di jaket tersebut.

"An, ayo!" ajak Haniyatul.

Raut wajah Ainul terlihat sedih. Namun, ia berusaha sebisa mungkin untuk tersenyum.

Zaim terus menatap sosok Haniyatul yang semakin menjauh darinya. Perasaan resah mulai menyelubungi hatinya.

"Mas Zaim," panggil Suraya.

"Ah, maaf. Saya ada urusan sebentar, Assalamualaikum," Zaim pamit pada Suraya. Lalu meninggalkan gadis itu dalam kondisi kesal.

Entah semuanya di mulai dari mana, tapi perasaan ini semakin hari semakin besar. Perlahan dan tanpa sadar aku berlari padamu. Berusaha meraihmu. Padahal dulu aku menolak kehadiran mu. Batin Aydan.

Ia menatap ribuan bintang di langit. Hanya suara ombak memukul pantai memenuhi malamnya yang sunyi.

***

Ya, Ilahi. Ampuni hamba, sungguh hamba tidak bisa menahan rasa cemburu yang perlahan menyelubungi hati ini.

Ya, Ilahi. Ampuni hamba, tidak sewajarnya hamba begini. Memaksakan cinta padanya. Perasaan ini hanya perasaan sepihak dan dia tidak tahu apapun itu. Batin Ainul.

Ainul duduk di pinggir kasurnya. Perlahan, air matanya mengalir membasahi pipi. Sungguh hatinya benar-benar kacau. Puas ditepis rasa cemburu. Tetapi, semakin lama rasa cemburu itu semakin kuat. Ia merasa tidak sepantasnya ia marah sedemikian rupa. Apalagi cemburu, karena dirinya dan Aydan tidak memiliki apapun ikatan. Gadis ini menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis dalam gelap tanpa sedikit pun pencahayaan. Hanya cahaya bulan yang menerobos masuk dari kaca jendela.

Sementara itu, di serambi penginapan terlihat seorang gadis sedang berdiri sendiri. Dengan mengenakan jaket berwarna abu-abu. Angin pantai menyapa jilbabnya, sehingga jilbab panjang berwarna hijau itu berkibar mengikuti arah angin.

Mengapa baru sekarang?

Mengapa tidak dari dulu lagi?

Mengapa kau mendekat saat rasa itu sudah hilang di hatiku?

Mengapa kau datang ketika aku sudah melupakan segalanya.

Mengapa? Mengapa Aydan. Jangan salah paham, aku tidak marah. Hanya saja aku butuh jawaban.

Haniyatul meremas kasar jaket yang di pakainya. Pikirannya terbang bersama angin. Entah kemana.

Samar-samar, terdengar suara seseorang sedang mengaji di pendopo kayu yang letaknya tidak jauh dari penginapan.

Tatkala ia membaca surat Asy-Syams. Ia menangis teresak-esak.

Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha.

Qad aflaha man zakkaha.

Wa qad khaba man dassaha....

(Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya....)

Zaim bertanya-tanya, apakah ia termasuk dalam orang-orang yang menyucikan jiwa atau mengotorinya. Sungguh, celakalah ia jika, termasuk dalam orang-orang yang mengotori jiwa.

"Astagfirullah," Zaim beristigfar. Ia teramat menyesal karena tadi sempat cemburu saat melihat Aydan memberikan jaketnya pada Haniyatul. Padahal, Haniyatul bukanlah wanita yang memiliki ikatan yang sah dengannya. Kemudian, ia pun melanjutkan bacaannya. Ia tersenyum saat membaca ayat-ayat nikmat dan surga. Sungguh, Allah Maha menepati janjinya.

Haniyatul terus berdiri di serambi penginapan. Perasaan tenang kian menyelubungi hatinya saat mendengar Zaim sedang membaca Al-Qur'an. Seakan embun-embun penyejuk jiwa menyirami sekujur tubuhnya.

Rasa cinta, tidak selamanya diucapkan dengan kata I love You. Masing-masing orang punya cara untuk menyampaikan rasa cinta itu. Salah satunya adalah dengan melalui doa.

***

Pak Razek mengelilingi penginapan laki-laki seraya membunyikan alarm dan mengetuk-ngetuk pintu kamar setiap siswa.

"Bangun! Bangun! Shalat tahajud!" teriak Pak Razek.

Tok! Tok!

Alif membuka pintu kamarnya sembari mengocek-ngocek matanya.

"Ada apa, pak?" tanya Alif.

"Bangun! Shalat tahajud," sahut pak Razek. Lalu, beralih ke kamar lain untuk membangunkan siswa yang lain pula.

Alif masuk kembali ke kamarnya. Mengambil wudhu. Kemudian, mengganti pakaiannya dengan baju yang lebih bersih yang dipadankan dengan sarung berwarna biru.

Tok! Tok! Tok!

Kini Ustazah Laidah pula yang membangunkan para siswa perempuan.

"Bangun! Bangun!"

Haniyatul membuka pintu. Ia mengocek-ngocek matanya untuk memperjelas penglihatannya.

"Iya, ada apa Ustazah?" tanya Haniyatul. Sama seperti Alif tadi.

"Shalat tahajud, nak," setelah mengucapkan kalimat tersebut. Wanita berusia 20an itu pun beranjak menuju ke kamar lain.

Haniyatul masuk ke kamarnya. Lalu membangunkan Ainul. "An, bangun, An."

"Hmmm," Ainul mengeliat. Kemudian bangun dari pembaringannya sembari membaca doa tidur.

"Ada apa, Han?" tanya Ainul. Gadis itu menggapai kaca matanya yang terletak di atas nakas. Lalu dipakainya.

"Bangun shalat tahajud," jawab Haniyatul. Di lihatnya mata Ainul membengkak. Mungkin, karena semalam ia menangis.

"An, kamu cemburu ya?" tanya Haniyatul.

Ainul yang tadinya ingin ke kamar mandi. Tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada Haniyatul.

"Maaf, aku terlalu mengikutkan hati," ucap Ainul.

"An, kamu tidak salah apapun, hanya saja kamu terlalu mengaguminya. Percayalah, jika kalian berjodoh, Allah pasti akan menyatukan kalian," Haniyatul mendekati sahabatnya. Ia mengambil kedua tangan gadis tersebut lalu menggenggamnya.

"Kamu, menyukai Aydan?" tanya Ainul. Ia mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk.

"Untuk sekarang, aku tidak punya perasaan apapun dengannya. Tapi kita tidak tau ke depannya bagaimana, karena Allah Maha membolak-balikkan hati manusia," jawab Haniyatul dengan mantap. Kemudian, ia memeluk tubuh sahabatnya. Coba menenangkan Ainul bahwa semua baik-baik saja.

***

Zaim mengimami shalat sunnah malam ini di Mushollah yang berukuran tidak terlalu besar. Hanya kelas XI yang mengikuti liburan ke pantai. Kelas X tidak jadi pergi karena ada kegiatan pramuka di Sekolah. Sedangkan, kelas XII sedang sibuk untuk persiapan ujian. Dan ada juga siswa kelas XI yang tidak ikut liburan musim hujan kali ini karena tidak diizinkan oleh orang tua mereka.

Haniyatul duduk di shaf pertama. Di sebelah kanannya ada Ainul dan sebelah kirinya ada Suraya. Mereka baru saja selesai melaksanakan shalat Hajat. Dan akan di lanjutkan dengan shalat Tahajud, kemudian di tutup dengan shalat Taubat dan Witir.

Sungguh tartil sekali Zaim membaca ayat-ayat Al- Qur'an. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Semakin lama, perasaan mengagumi laki-laki itu menyelinap begitu saja di hati Haniyatul. Tanpa kata permisi sama sekali.

Semua menengadahkan tangan untuk membaca doa setelah selesai melaksanakan shalat Witir. Begitu Zaim mengucapkan kata Aamiin, semua jemaah serempak mengusap telapak tangan mereka ke wajah.

Clik!

Tiba-tiba saja lampu mati, terdengar suara riuh para siswi.

"Maaf, mohon waktunya sebentar," ucap Zaim di mice.

Kini tiada lagi suara terdengar. Suasana benar-benar sunyi dan gelap.

"Silahkan tutup mata kalian, jangan buka sehingga saya memberikan instruksi," titah Zaim.

Tanpa bertanya alasannya, para siswa mengikuti begitu saja perintah Zaim tadi.

Instrumen sedih pun terputar, tidak terlalu kuat. Tapi jelas terdengar.

"Hari ini saya ingin menyampaikan sedikit kisah, semoga kita semua mendapat manfaatnya. Aamiin," ujar Zaim. Lalu ia melanjutkan ucapannya lagi. "Semua orang pasti tahu, insan yang bergelar ibu, seberapa sering kita membentaknya dan seberapa sering kita memarahinya. Ia tidak pernah sekali pun dendam kepada kita," Zaim menangis teresak-esak.

"Kemarin, ibu teman saya meninggal, meninggalkan teman saya sendiri, yang masih ingin kasih sayang seorang ibu. Kepergian sang ibu itu bukan hanya sementara, tapi untuk selamanya. Ibu teman saya itu memang punya penyakit. Selama berbulan-bulan teman saya itu menjaga sang ibu. Terkadang tanpa sadar ia membentaknya. Tapi, setelah itu ia meminta maaf lagi. Sungguh kita sebagai seorang anak hanyalah seorang remaja yang kadang bertindak dengan emosi tanpa bisa berpikir jernih. Akan tetapi, pada satu hari. Teman saya itu mandi, tanpa ia dengar sang ibu memanggil-manggilnya. Ibu yang tidak tahu bahwa anaknya sedang mandi, ia pun murka dan mengatakan bahwa anaknya adalah anak durhaka. Dan setelah mengucapkan kata-kata itu sang ibu pun meninggal. Adik kecil teman saya itu melihat segalanya dan sampai sekarang adik kecilnya itu memanggilnya anak durhaka. Wahai teman-teman sekalian. Teman saya itu, tidak perlu saya sebutkan namanya. Sudah berbakti pada ibunya, tapi masih juga dikatakan durhaka. Bagaimana dengan kita yang setiap hari membentak sang ibu. Berkata kasar dengan mereka. Nauzubillah, sungguh itu perbuatan dosa besar. Bagaimana jika kalian pulang nanti, kalian hanya mendapatkan mayat sang ibu tanpa sempat meminta ampun...."  Zaim menangis terisak. Ia tidak bisa membayangkan lagi. Jika, suatu hari ibunya atau ayahnya diambil oleh Allah, tanpa ia sempat meminta maaf pada kedua orang tuanya.

"Bagaimana jika kalian pulang nanti, kalian mendapati tubuh ibu kalian sudah dibungkus dengan kain kafan," ucapnya dalam tangisan.

"Pertanyaannya! Apakah kita pernah mengatakan pada ibu dan ayah kita sekalii saja. Ibu maafkan anakmu ini, maafkan aku ibu,"

Seluruh jemaah yang hadir menangis terisak-isak. Suara tangisan mereka terdengar di setiap penjuru Mushollah. Suasana sepi, musik instrumen sudah tidak terputar lagi. Yang terdengar hanya suara ombak memukul pantai.

Haniyatul menangis. Mengingat dosa-dosanya pada sang ibu. Baik yang sengaja ia lakukan maupun tidak di sengajakan. Begitupun dengan semua yang hadir di Mushollah, demikian juga dengan para guru. Hanya saja Suraya tidak tersentuh sedikit pun dengan cerita Zaim tadi. Hatinya yang sekeras batu tidak terusik sama sekali, apalagi merasa empati atau sedih. Terkadang ia tertawa sinis, melihat seluruh siswa yang sedang menangis.

"Jika kalian pulang nanti, maka mohon maaflah kepada kedua orang tua kalian, cium tangan mereka," lanjut Zaim lagi. Ia menyeka sisa-sisa air matanya.

Cklit!

Lampu pun kembali menyala. Tanpa instruksi dari Zaim, seluruh siswa pun membuka mata. Seketika mata Zaim beradu pandang dengan Haniyatul. Lalu, keduanya menundukkan pandangan mereka.

***

Seluruh siswa menyantap sarapan pagi mereka sebelum berangkat untuk pulang.

"Mas Aydan, ini jaketnya." Haniyatul mengulurkan jaket berwarna abu-abu itu pada Aydan yang saat itu sedang menyantap sarapannya.

"Makasih, mas," ucap Haniyatul. Diikuti dengan anggukan kepala dari Aydan.

"Kalau Aydan di panggil Mas, kalau aku di panggil Za, Za," protes Zaim.

Mukhlis mengulum senyum sembari berkata. "Aku juga pernah dipanggil mas Mukhlis."

"Serius?"tanya Zaim tak percaya. Sedangkan Haniyatul sudah berlalu pergi.

"Iya!" jawab Mukhlis. Mantap.

"Ini tidak adil, seharusnya aku di panggil mas Zaim. Iya, kan," raut wajah Zaim tampak tak berpuas hati karena sikap Haniyatul yang selalu saja berbeda padanya.

***

Musim hujan belum berakhir hanya karena mereka sudah selesai liburan di pantai. Awan kelabu masih saja memenuhi langit. Haniyatul meletakkan sepeda santainya di parkiran sepeda. Hari ini mereka semua sudah mulai bersekolah seperti biasa. Setelah seharian kemarin tidur dan istirahat di rumah. Kini gadis itu terlihat lebih fresh lagi.

"Assalamualaikum, Han," teriak Ainul dari kejauhan.

"Walaikumsalam," ucap Haniyatul perlahan, tetapi ia melambaikan tangannya pada Ainul.

Haniyatul berjalan mendekati Ainul. Kemudian, mereka berjalan beriringan menuju ke kelas.

"Han, maaf lancang. Kamu pacaran dengan Zaim?" tanya Rosmita. Gadis ini tiba-tiba saja bertanyakan hal itu pada Haniyatul ketika berpapasan dengan gadis tersebut.

Mata Haniyatul melebar. Ia saling bertukar pandang dengan Ainul. Raut wajah Haniyatul terlihat kaget sekali. Demikian juga dengan Ainul.

"Pacaran dengan Zaim?" ucap Haniyatul dan Ainul. Serempak. Mereka mengerutkan dahi. Sehingga hampir saja kening mereka bertaut menjadi satu.

_________________tobe continue_______________

1
Ai
mampir, Thor
Tetesan Embun: terima kasih 🥰🙏
total 1 replies
👑Queen of tears👑
bakal sad boy ini zaim 🥴
👑Queen of tears👑
aku bersama mu aydan,,sm² penasaran 🤣🤣🤣
👑Queen of tears👑
nyeeessss/Brokenheart/
👑Queen of tears👑
huhf,,,😤
👑Queen of tears👑
ehmmm🧐
👑Queen of tears👑
kannnn rumit cinta segi delapan itu🧐😎
👑Queen of tears👑
menyukai dalam diam itu sungguh menyiksa kantong
👑Queen of tears👑
temannya aydan,,,mmm cinta segi delapan ini🧐
👑Queen of tears👑
banting Hani🤣🤣
👑Queen of tears👑
nikotin mulai keluar🤣🙈
👑Queen of tears👑
no Hani
but Honey hehehe gak sayang juga sih tapi madu hahahahaha 🤣✌️
👑Queen of tears👑
dingin..dingin tapi peduli m kucing😍
mmm...jdi pengen dipeduliin 🙈
👑Queen of tears👑
hmmmm,,aku mulai menemukan radar disini🧐🧐😎
👑Queen of tears👑
cinta pada pandangan pertama,,dari merangkak naik kemata/Drool/
Rinjani Putri
hallo KK author ijin tinggalkan jejak bintang ya disini
Tetesan Embun: silakan kak, makasih🤗
total 1 replies
Floricia Li
ketat bgt aturannya 😭
Floricia Li
lucu bgt hani 😭😭
Floricia Li
heh ngapain ditarik 🤣🤣
Floricia Li
lucuu bgt masi ada kunang kunang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!