NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berperang Melawan Tikus

"Lubangnya besar!" seru Noil.

Ketika mereka menemukan lubang saluran air yang dikatakan Bucket, Noil tersenyum menatap lubang di depannya. Setidaknya jika Noil terpaksa harus masuk ke dalam sana untuk menemukan Lopp, dia tidak perlu khawatir akan menyangkut.

Noil menatap lubang dan bertanya-tanya.

"Seberapa panjang ya ujungnya?"

Flint berseru di depan lubang.

"Huuu ...!"

Seperti lubang gua, lubang saluran itu juga menjawab suara Flint kembali.

"Huuu ...!"

"Kuharap aku tidak harus masuk ke dalam sana," kata Flint sambil menggeleng takut.

Noil menyeringai.

"Kau takut ada hantu di dalam sana."

"Ini masih siang dan di dalam sana sudah sangat gelap," kata Flint, "bisa ada apa saja di dalam gorong-gorong itu, ular raksasa! anjing-anjing gila berkaki delapan! laba-laba seukuran gajah, apa saja!"

"Hantu juga," kata Noil.

"Jangan bicarakan soal hantu," kata Flint, "mereka bisa mendengarmu."

Flint berkedik ketika dia mendengar jeritan di kejauhan.

"Apa itu?"

"Bucket menjerit," kata Noil, "apa kau yakin sudah menaruhnya di kardus yang kering?"

"Ya, di kardus terbaik yang bisa kutemukan di tempat sampah," kata Flint, "burung bangau yang malang hidupnya berantakan sekali, jika kita terlalu lama tinggal di kota ini, kita bisa saja bernasib sama dengannya."

Noil menatap ikan yang berenang di sekitar kakinya.

"Hai lihat ada ikan lagi," kata Noil, "yang ini lebih besar dari yang tadi pagi."

"Makan saja," kata Flint, "nanti kalau kau ingin memuntahkannya lagi, aku akan dengan senang hati membantumu, kali ini aku akan menendang perutmu dengan sangat keras sampai kau menyesalinya!"

"Yang ini kelihatan sangat sehat," kata Noil.

Noil menyaksikan ikan yang berenang menggodanya untuk di tangkap.

"Satu hal yang kumengerti," kata Flint, "kalau kita ingin selamat tinggal di sini adalah dengan tidak melakukan apa-apa."

"Jadi kita hanya akan berdiri saja sampai Lopp datang," kata Noil.

"Ya."

"Aku lapar."

"Ya, aku juga."

Jadi Noil dan Flint menunggu di depan lubang saluran air, mereka menunggu meskipun perut mereka kelaparan, mereka tetap di sana meskipun lalat-lalat mulai mengerubunginya, mereka tetap berdiri meskipun kaki mereka penat karena mereka takut kalau-kalau air genangan di kakinya mengandung racun yang membuat tubuh mereka menghitam jadi mereka tak berani merebahkan diri dan mencelupkan diri di genangan air.

Noil dan Flint tetap tak bergerak sampai sesuatu mulai menggigiti kaki Flint.

"Auch!" seru Flint memekik.

"Apa?" kata Noil.

Flint mengangkat salah satu kaki depannya.

"Ada sesuatu di air, bertaring dan suka menggigit, dan yang jelas bukan semut," seru Flint, "lihat! gigitannya sampai membekas."

"Bekas luka yang ...," kata Noil.

Noil berhenti bicara karena tersengat kaget.

"Oke, aku juga digigit!"

Flint berkata, "Ada yang tidak suka dengan kita, serangan!"

"Auch!" kata Noil, "mereka mulai membuatku kesal."

"Auch!" kata Flint, "mereka tak mau berhenti."

"Mereka terlalu cepat, aku tak bisa melihatnya, jangan-jangan hantu," kata Noil.

Flint menjerit.

"Sudah kubilang jangan bicara soal hantu!"

Noil menunjuk bayangan hitam kecil yang bergerak menghilang dengan cepat di dalam tumpukan sampah di dalam air

"Di sebelah sana!"

"Apa itu?" tanya Flint.

Flint melompat-lompat menghindari serangan di kakinya yang makin banyak, Noil memarahinya.

Noil berkata,"Jangan bergerak terus, kau membuat airnya menjadi keruh, aku jadi semakin sulit melihatnya."

"Oh ya," kata Flint, "jadi aku harus diam saja sementara kakiku digigiti sampai habis."

"Ya ampun Flint, diamlah sebentar, aku juga digigit!" kata Noil, "berpikirlah dengan jernih."

"Oh, maafkan aku jika tidak bisa berpikir dengan jernih, tapi apa kau tidak melihatnya kita sedang diserang!"

"Kita harus memancingnya," kata Noil.

Noil meletakkan satu kakinya ke depan, ke bagian air yang jernih. Noil tidak mempedulikan gigitan di tiga kaki lainnya, dia hanya menunggu serangan berikutnya pada kaki kanannya.

Ketika mendapatkan serangan, Noil segera menendangnya, penyerang itu terlempar ke atas, hitam kecil dan memiliki ekor.

"Tikus!" seru Flint, "itu tikus, ya ampun kita diserang tikus, apa itu Lopp?"

"Jika kau tanya aku, aku tanya siapa?" kata Noil.

Flint memanggil ke arah tikus itu.

"Hai Lopp, apa kau Lopp?"

"Tidak ada jawaban," kata Noil, "kurasa dia bukan Lopp."

"Jika bukan dia, mungkin yang lainnya," kata Flint, "lihat disana!"

"Banyak sekali, mereka ada di mana-mana!" kata Noil.

Noil dan Flint menatap semua tikus yang kini bermunculan keluar dari persembunyian mereka di dalam air.

Flint memekik.

"Kita dikepung!"

"Sepertinya mereka tidak bersahabat."

"Kita harus keluar dari sini atau kita akan berakhir tanpa kaki, hei berhenti mengigitiku, apa yang kau inginkan dari kakiku."

"Kita benar-benar dikepung, bukan hanya dibawah kaki kita," kata Noil, "Flint mendongaklah."

Flint mendongak, menatap ribuan tikus yang muncul di sekitar sampah mengepung mereka. Noil dan Flint hampir tak mungkin melompat keluar, tikus-tikus yang berada di atas air tampak takkan hanya mengincar kaki Noil dan Flint.

"Yang di atas sana, tikusnya besar-besar, berharaplah, kalau salah satunya bernama Lopp atau ini akan buruk sekali," kata Flint.

Noil mengambil dua langkah maju.

"Biar aku yang bicara," kata Noil, "kami datang dengan damai."

"Ya ampun mengapa kau mengatakan itu," kata Flint, "datang dengan damai, memangnya kau itu alien dari luar angkasa?"

"Jangan banyak protes, kalau kau punya ide yang lebih baik katakan padaku."

Flint berseru,"Platnya Noil! platnya, undangannya!"

Noil mengambil plat besi di lehernya dengan satu kaki depannya dan menunjukkan ke semua tikus.

Noil berkata, "Kami datang karena undangan ini ... apa kalian bisa membacanya, lihat!"

Noil menggerakkan plat besi ke kanan dan ke kiri dan semua kepala tikus mengikuti gerakan Noil ke kanan-ke kiri.

"Kami di undang oleh Lopp ketua geng pemberontak, kalian pasti mengenalnya kan?" kata Noil.

Para tikus saling menoleh satu sama lain. Tak ada jawaban.

"Ada diantara kalian bernama Lopp?" tanya Noil.

Sunyi.

"Lopp!" kata Noil, "dengan dua p di belakang, L-o-p-p."

Senyap.

"Oh ayolah," kata Flint, "kalian ada ribuan masak tidak ada yang bernama Lopp!"

"Apa kita bisa menyerangnya sekarang?" kata seekor tikus kecil di bawah air pada gerombolan tikus besar yang berada di atasnya, di tumpukan sampah.

"Hei ... hei ... tunggu dulu!" kata Flint, "kita teman, bukan musuh, ini masih bisa dibicarakan, Noil lakukan sesuatu jangan diam saja."

"Bukan musuh!" kata salah satu tikus kecil di bawah air, "kalian baru saja menendang Muss."

"Itu karena kalian mengigiti kami," kata Flint, "lagipula bukan aku yang melakukannya tapi dia!"

Flint menunjuk Noil.

Noil berkata, "Okh itu ya, yang namanya setia kawan."

"Sudah kubilangkan, jangan menendang sembarangan," kata Flint.

"Oke, memang aku yang menendangnya tapi kambing ini yang memberi usul."

"Aku! sejak kapan kau pandai berbohong!" jerit Flint, "hai ... apa yang kalian lakukan jauh-jauh dari kakiku, oke itu tidak sengaja, dia tidak sengaja menendang temanmu, jangan bergerak, tetap di sana, jauh-jauh dari kakiku, kenapa kalian ini suka sekali menggigit?"

"Kami tidak ingin mengganggu kalian," kata Noil, "kami hanya mencari Lopp."

"Ya," kata Flint, "katakan juga kalau Lopp itu juga seekor tikus seperti mereka!"

Seekor tikus yang sangat besar bergerak maju, salah satu matanya, tepatnya mata sebelah kirinya buta. Bull harus memiringkan kepalanya untuk melihat Noil dengan satu matanya yang tersisa.

Bull berkata dengan suara berat.

"Kau bukan binatang pertama yang mengaku bahwa kau kenal si ini atau si itu, dan mereka semua sama, mereka hanya penipu, pembohong besar yang hanya ingin mencuri persediaan makanan kami."

"Kami bisa mencari makanan kami sendiri," kata Noil, "kami bukan pencuri."

Bull berkata, "Memangnya ada pencuri yang akan bilang: ya aku pencuri!"

Noil mendesah.

"Apa yang harus kami lakukan agar kalian bisa percaya, temui saja Lopp dia yang membuat undangan ini."

"Kami ada ribuan, kau pikir kami akan meng-absen anggota kami satu persatu untuk mencari siapa yang bernama Lopp, akan butuh berminggu-minggu untuk mencarinya," kata Bull, " kalian pikir kami akan bisa dibodohi oleh seekor kucing besar dan kambing."

"Dia memang kambing hutan, tapi aku bukan kucing, aku singa!" kata Noil, "apa kalian tidak pernah melihat tv episode si singa halilintar?"

"Ini buruk! mereka mengira kamu kucing," kata Flint, "tikus dan kucing tidak akan pernah akur."

"Aku bukan kucing rumahan," kata Noil pada Flint.

"Aku tahu!" kata Flint, "masalahnya mereka tidak tahu!"

Seekor tikus kecil, muda, anggota geng baru ingin menunjukkan pada yang lainnya bahwa dia sudah punya cukup gigi depan yang kuat untuk menggigit, dia langsung melompat mengigiti paha Flint.

Flint memekik.

"Hai, apa yang kau lakukan! Kau tidak lihat ya kita sedang berunding, tidak boleh ada gigitan saat berunding, itu aturannya."

Tikus itu masih menempelkan giginya di paha Flint.Tikus itu memberitahu Flint.

"Aku tidak akan melepaskanmu."

Flint mengancam.

"Tikus kecil, lepaskan atau aku akan menendangmu jauh-jauh."

"Coba saja kau menyakiti si kecil Derr kami," kata seekor tikus di air.

Dan seperti dikomando ratusan tikus lainnya bergerak maju.

"Okh, ya ampun!" kata Flint, "oke, aku tidak akan menendangnya."

Saat Flint mengatakan itu, ribuan tikus yang berada di atas air menertawainya, seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon.

"Kenapa tertawa?" kata Noil, "kalian pikir kami tidak bisa melawan, jika ini harus berakhir buruk, akan kupastikan ratusan dari kalian akan terluka."

"Aku anggap ini sebagai akhir dari perundingan," kata Bull.

Bull dengan sudut mata kanannya memberi aba-aba pada tikus besar di sampingnya.

Tikus di samping Bull mengangguk, dia melompat cukup tinggi untuk menyerang mata Noil, tapi tak cukup cepat, dalam satu kali ayunan dengan satu kaki depannya Noil menghempaskan tikus itu hingga terpental jauh.

Ketika ratusan tikus di air bergerak ke arah Noi, Noil mengaum dan gelombang getarannya cukup untuk membuat para tikus di air berkedik ketakutan. Para tikus mulai berpikir ratusan kali untuk melangkah maju.

"Coba saja!" geram Noil, "kali ini aku tidak hanya akan menggunakan kakiku."

Flint mengenyahkan tikus muda yang terus menempel di pahanya, dengan satu hentakan kaki tikus itu jatuh ke air.

"Kalian pikir hanya kalian yang punya gigi untuk menggigit, aku punya banyak gigi geraham yang besar-besar dan berbahaya," kata Flint.

"Menarik, kita lihat seberapa lama kalian bisa bertahan," kata Bull, "serang dari segala arah!"

Noil dan Flint menatap ribuan tikus yang bergerak maju membentuk lingkaran hitam menggelilingi mereka. Bagi Noil dan Flint tak ada yang bisa dilakukan selain bergerak mundur.

"Aku rindu pada Otie," seru Flint.

"Siapa Otie?" kata Noil, "apa dia pohon apel lainnya yang hanya perlu ditendang pohonnya lalu buahnya akan berjatuhan."

"Bukan," kata Flint, "itu nama kambing betina, dia cantik sekali, jika aku kembali dengan banyak bekas luka di badanku, kurasa dia akan menolakku."

"Memangnya tikus-tikus ini akan berhenti setelah memberi banyak bekas luka pada kita," seru Noil.

"Jadi apa rencanamu?" kata Flint.

"Tidak berhasil," kata Noil, "tadi kupikir dengan menggertak mereka, mereka akan takut dan pergi."

"Jadi kita sudah tidak punya rencana apa-apa lagi."

"Ada," kata Noil, "tapi kita mungkin akan berhadapan dengan ular raksasa, atau laba-laba seukuran gajah."

Flint menatap Noil.

Noil sedang melirik ke lorong di belakang mereka, satu-satunya jalan keluar mereka. Jika tidak mungkin maju, setidaknya mereka bisa mundur ke belakang.

Flint menendang seekor tikus yang melompat ke arahnya.

"Ular raksasa terdengar lebih baik dari ribuan tikus gila yang mengamuk," seru Flint.

Noil dan Flint berbalik, melompat, berlari masuk ke dalam gorong-gorong.

"Bagaimana dengan hantu?" kata Noil sambil berlari.

"Lari saja terus jangan pikirkan hantu di tempat gelap seperti ini," kata Flint, "ke arah mana sekarang, belok kiri atau kanan?"

"Sebelah kanan!" kata Noil, "aku bisa mencium bau udara kebebasan."

"Kuharap kau benar, karena kita tidak mungkin berlari selamanya. Sampai mana sih ujung gorong-gorong ini?"

"Kalau kau tanya aku, aku tanya siapa? Flint apapun yang kau lakukan jangan sekali-sekali menoleh ke belakang."

"Kenapa memangnya?"

"Pokoknya jangan menoleh!"

"Terlambat!" kata Flint, "aku sudah menoleh, kenapa tikus-tikus itu cepat sekali, padahal kaki mereka kecil, ya ampun mereka seperti air bah!"

Lalu, Flint mulai menjerit seperti kebiasaannya.

"Kita akan mati ...! Kita akan mati ...!"

"Sudah kubilang jangan menoleh, mereka takkan bisa menangkap kita, kalau kita terus berlari, ayo Flint lebih cepat lagi."

"Tunggu aku!" jerit Flint.

Ketika Flint melihat Noil mulai menghilang di depannya, Flint meneriakinya.

"Berapa kali aku harus bilang, aku kambing bukan singa! Aku tidak bisa berlari secepatmu!"

Noil hanya terdengar suaranya ketika dia berkata.

"Lebih cepat lagi Flint."

Lalu, Flint mendengar Noil bersuara.

"Okh, ya ampun!"

Flint memekik kaget ketika dia tiba-tiba melihat Noil berdiri diam di depannya.

"Noil apa yang kau lakukan di sana! Jangan berdiri di sana! Kenapa kau tiba-tiba berhenti," pekik Flint.

"Berhenti!" kata Noil.

"Tidak bisa!"

"Berhenti Flint!"

"Minggir dari sana atau aku akan menabrakmu!"

"Berhenti Flint, di depan jalan buntu," kata Noil, "di depan sana hanya ada LUBANG!"

Flint menjerit.

"Kau kan sudah tahu aku tidak bisa berhenti mendadak, aku tidak bisa!"

Flint menjatuhkan dirinya, dalam usahanya agar dia bisa berhenti. Tapi gorong-gorong yang licin membuat Flint malah meluncur cepat.

Flint menabrak Noil, mendorongnya jatuh bersamanya ke dalam lubang.

"KITA JATUH ...!" jerit Flint.

"YA AKU TAHU ...!" pekik Noil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!