"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
"Anin, kamu mau kemana ?!" tanya Kakek Ray ketika melihat Anin akan pergi kearah kamarnya.
"Anin, mau kekamar Kek." jawab Anin.
"Mulai sekarang kamu tidur di kamar Revan, dan pakaian kamu semua sudah ada disana." ucap Kakek Ray.
"Kenapa Anin harus tidur di kamar Revan kek.. Kan dia memiliki kamarnya sendiri." Sambung Revan yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya.
"Kamu lupa Van kalau Anin sudah menjadi istri kamu sekarang?!" Revan menghela nafasnya, dia bukan lupa tapi dia tidak mau satu kamar dengan Anin, wanita yang tidak dia cintai.
"Tapi kek_"
"Tidak ada tapi-tapian, kamu harus satu kamar dengan Anin. Karena dia istri kamu sekarang. Kakek udah turuti kamu ya Van yang tidak mau mengadakan resepsi. Jadi tolong kamu biasakan adanya Anin di kamar kamu maupun di kehidupan kamu!" Revan memutar bola matanya mendengar ucapan kakeknya. Kemudian Revan langsung berjalan menuju kamar dan tidak bicara apa-apa lagi pada kakeknya.
"Anin sekarang kamu ke atas, tidur dikamar suami kamu sekarang." ucap kakek.
"Baik kek." Anin pun berjalan perlahan menaiki tangga menuju lantai atas dimana letak kamar Revan.
Sampainya di depan kamar Revan, Anin terdiam. Dia bingung apakah harus masuk kedalam apa tidak. Dari luar Anin bisa menghirup begitu harumnya kamar milik Revan, karena pintu kamar Revan yang terbuka lebar. Anin menghirup dalam-dalam harumnya, dari depan pintu saja Anin bisa mencium harum khas lelaki kamar miliki Papa dari Yuna itu. Anin sendiri saja langsung suka dan merasakan begitu nyaman dengan harumnya, gimana dengan wanita yang sangat di cintai oleh lelaki itu. Pasti begitu nyaman berada di dekatnya.
"Ya ampun Anin, apa sih yang lo pikiran..!" gumamnya.
"Kamu mau masuk kedalam apa di luar saja..! kamu suka kalau saya di marahi oleh kakek!" teriak Revan dari dalam yang melihat Anin diam saja di depan pintu bukannya masuk kedalam. Anin yang masih diam mematung langsung tersadar.
"I-iya tuan." Anin pun berjalan masuk ke kamar Revan.
Ketika Anin masuk kedalam kamar dan melihat keseluruhan isi kamar, ia menatap dengan takjub desain interior kamar milik Revan yang sangat bagus. Kamarnya sangat luas, kamarnya juga sangat rapi dan bersih. Selama dirinya bekerja beberapa tahun di rumah milik keluarga Maherza baru kali ini Anin masuk kedalam kamar Revan. Dirinya belum pernah sama sekali masuk keruangan pribadi milik Revan ini. Dan dia langsung merasa nyaman berada di dalam kamar lelaki itu.
Kemudian mata Anin berhenti ke sebuah bingkai foto yang ada di atas nakas, foto gadis kecil yang begitu cantik dan menggemaskan, yaitu foto Yuna. Anin tersenyum melihat foto itu, dia begitu sangat menyayangi Yuna. Lalu beralih ke bingkai foto di sebelah foto Yuna, foto Revan bersama Gladies wanita yang sangat di cintai oleh papa dari Yuna. Di foto itu keduanya berpose begitu mesra dan tersenyum bahagia. Anin mendesah pelan, setelah melihat foto itu. Ada perasaan bersalah pada wanita yang bernama Gladies itu. Sebab bukan wanita itu yang menikah dengan Revan, melainkan dirinya.
"Ya tuhan apakah aku bisa di bilang wanita perebut lelaki yang sudah milik wanita lain?" gumam Anin dalam hati.
"Kenapa masih berdiri diam disitu! itu koper kamu letak di ruangan pakaian sana! Di dalam ada lemari kosong berwarna putih kamu letak pakaian kamu di situ!" ucap Revan datar. "Dan, yah! Jangan pernah menyentuh pakaian saya ataupun barang-barang yang ada disana!" tambah Revan lagi.
"B-baik tuan." sahut Anin yang langsung menarik kopernya masuk kedalam walk in closed.
Lagi-lagi Anin menatap takjub ketika di dalam ruang pakaian milik Revan. Ruang pakaian yang begitu luas. Ruang pakaian saja seluas ini. Berarti kalau di kira-kira luas kamar milik Revan sama besarnya dengan rumah miliknya orang tuanya di kampung. Itulah yang ada di pikiran Anin saat ini.
Pakaian tersusun begitu sangat rapi seperti pajangan di mall. Apalagi sepatunya banyak sekali. Berbagai macam merek ada di lemari kaca, bisa di pastikan harganya pasti mahal semua. Kemudian Anin melihat lemari berwarna putih yang di katakan Revan tadi, Anin pun mendekati lemari tersebut. Lemarinya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tapi kalau untuk tempat pakaian nya masih ada tempat yang kosong.
"Ini bantal dan selimut, kamu tidur di sofa." ucap Revan memberikan Bantal dan selimut kepada Anin. "Aku rasa sofa seluas itu nyaman buat tempat tidur kamu." lanjut Revan lagi.
"Iya tuan." sahut Anin.
Ketika Anin hendak merebahkan tubuhnya ke sofa, tiba-tiba saja pintu di buka dari luar. Dan muncul gadis kecil masuk ke dalam kamar dengan tersenyum bahagia. Melihat siapa yang masuk kedalam kamar, Anin tersenyum manis menatap Yuna.
"Princess, ada apa sayang?!" tanya Revan yang lagi duduk di atas kasur sembari memainkan ponselnya.
"Papa, Yuna mau tidur disini sama papa dan bunda Anin juga.." ucap Yuna yang merengek pada Revan.
Ya, Yuna sekarang memanggil Anin dengan sebutan bunda. Karena Anin sudah menikah dengan papanya. Jadi Anin meminta Yuna memanggilnya dengan sebutan bunda.
"Kamu mau tidur sama papa?!" Yuna mengangguk. "Ya sudah naik sini!" ucap Revan meminta Yuna naik ke atas kasurnya.
"Ye.. Asik Yuna tidur sama papa dan bunda.." teriak Yuna senang. Kemudian Yuna berjalan mendekati Anin yang masih berdiri di dekat sofa. "Ayo bunda kita tidur, Yuna udah ngantuk." ucap Yuna sembari menarik tangan Anin ke kasur.
"Tapi princess. Emm, bunda tidur di sofa aja." tolak Anin.
"No! Yuna maunya tidur sama papa dan bunda. Kita tidur bertiga di atas kasur." ucap Yuna. Kemudian Anin menatap Revan merasa takut dan tidak enak. Sedangkan Revan menatap Anin datar.
"Sayang, biar bunda tidur di sofa aja ya.. Yuna tidur di kasur sama papa."
"Iya princess, biar bunda tidur di sofa aja ya..!"
"Gak mau papa..! Yuna mau kita tidur bertiga di kasur! Kalau papa dan bunda gak mau, Yuna bilang sama kakek buyut." Revan menghela nafasnya.
"Oke. Papa ngalah. Baiklah kita tidur bertiga." ucap Revan akhirnya dari pada berurusan dengan kakeknya malah semakin ribet.
"Yeh.. Makasih papa.." Yuna langsung memeluk papanya."
"Iya princess." Sahut Revan.
"Ayo bunda naik ke kasur." Yuna dan Anin pun naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya di sana. Sementara Revan menatap Anin dengan kesal. Dengan terpaksa Revan membiarkan Anin tidur di kasur king size nya. Kalau bukan karena putrinya, ogah dia tidur sekasur dengan Anin.
"Papa ayo sini bobok, kok malah diam aja." Revan mau tidak mau ikut merebahkan tubuhnya ke kasur. Mereka pun akhirnya tertidur dengan posisi Yuna di tengah dan Yuna meminta mereka berdua untuk memeluknya.
Sebenarnya ini adalah ide dari kakek Ray, yang meminta Yuna untuk tidur bersama papanya dan Anin. Karena kakek Ray ingin Revan dan Anin semakin dekat. Dan mereka nanti nya bisa saling jatuh cinta.