Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Hari ini menjadi hari terakhir bersantai untuk dua sahabat itu. Ya, besok keduanya sudah mulai perkuliahan perdana.
"Jadi besok kalian sudah mulai kuliah ya?" Tanya mama Anin memecah keheningan suasana sarapan.
"Iya ma. Ahh Rika jadi nggak sabar, pasti dikelas ku ada cogan."
"Rik, inget lo udah ada si Boy."
"Iya Anin ku sayang cintaku."
"Kalian ini ya ada-ada aja. Inget pesan mama, kuliah yang bener. Kamu juga Rika perbaiki niat kamu itu."
"Iya ibu negara siap."
"Mam, aku sama Rika mau ketoko buku ya!" ucap Anin sambil menatap ke arah mamanya.
"Iya boleh, asal jangan kelamaan. Tapi pulangnya mama nitip martabak ya." ucap mama lagi.
"Siap itu ma."
Setelah selesai sarapan, Anin dan Rika langsung masuk ke kamar.
"Anin, lo mau ngapain ke toko buku? Ahh gue tau jangan bilang lo mau ketemuan ya sama si Langlang itu?"
Anin bukannya langsung menjawab ia malah memukul lengan Rika.
"Aduh sakit..!"
"Makanya kalau ngomong itu di filter dulu. Namanya kita ke toko buku ya pasti mau beli buku lah."
"Ya deh."
*****
Kini Anin dan Rika sudah bersiap-siap. Keduanya langsung keluar kamar dan langsung berpamitan pada mama.
"Ma, kita keluar dulu ya." pamit Anin pada mamanya tak lupa ia mencium tangan mamanya.
"Iya sayang, kalian hati-hati ya. Oh iya ini buat Anin dan ini buat Rika." ucap mama sembari menyerahkan uang merah sebanyak lima lembar ke masing-masing.
"Buset, ini beneran?" Tanya Rika yang tak percaya.
"Iya beli gih keperluan kalian."
"Buset Anin, mama lo kaya bener." Ucap Rika lagi
"Mama tidak kaya juga Rik, tapi cukup untuk Anin."
"Ya sudah ma, Anin berangkat ya."ucap Anin dan menarik tangan Rika segera.
Hampir setengah jam menempuh perjalanan kini keduanya sudah tiba di sebuah Mall dan keduanya langsung menuju toko buku.
"Anin gue dibagian sana ya? Ntar telpon aja kalau lo udah selesai." ucap Rika
"Oke deh." ucap Anin.
Kini keduanya terpisah, Anin menuju rak bagian buku-buku tentang keluarga. Tak sengaja ia berhenti di bagian buku tentang Broken Home. Kebetulan sekali buku itu tidak terbungkus, mungkin memang sengaja agar pembeli bisa melihat isi didalamnya seperti apa.
Lembar demi lembar Anin buka, hingga tiba-tiba ia menemukan kata.
"Tidak mudah berada di titik ini. Tuntutan bahkan makian yang selalu datang. Dituntut untuk bisa bersikap dewasa. Diharuskan paham akan arti perpecahan. Dimaki dengan perkataan tidak mengenakkan. Dan dijatuhkan dengan berbagai perspektif negatif. Bukan kami yang meminta ini semua. Bahkan kami tidak pernah berfikir perpecahan itu terjadi. Kami hanya di tuntut untuk menjalaninya. Kadang kala, menangis, mengeluh, rapuh, jatuh, tidak tahan, bahkan stress."
"Hufft, ternyata seberat itu." gumam Anin.
Namun tiba-tiba...
"Anin?" Sapa seseorang membuat Anin seketika menoleh ke arah suara.
"Kak Gilang? Ngapain kesini juga?"
"Hahahahahah"
"Loh kok ketawa sih, kan tadi nanya?"
"Kamu juga nanyanya aneh, ya kalau kita ke toko buku ya pasti tujuan utamanya nyari buku terus dibeli kan?"
Anin tak menjawab sama sekali. Entahlah kini perasaannya sedang jedag jedug. Wkwkwk
"Kamu sendirian dek?" tanya gilang lagi. Karena sedari tadi ia hanya melihat Anin sendiri.
"Sama Rika kak." jawab Anin seadanya.
"Kenapa malah singgah di deretan buku broken home? Itu sama saja kamu membuat luka kamu lagi yang kemaren-kemaren sebenarnya bisa dikategorikan sembuh."
Degh...!!
"Apasih kak." Ucap Anin berusaha mengelak.
"Masih harus ditutupi juga dari saya dek? Perasaan kemaren saya ada deh pas papa kamu.."
"iyaiya kak terserah. kalau gitu saya duluan."
"Susah banget ya bagi kamu Anin buat bisa nerima aku." gumam Gilang dan setelah itu dia pergi dari sana juga.
Anin menyusul Rika, untung saja Rika keliatan saat Anin tengah mencari Rika tadi.
"Napa lo? Kok buru-buru gitu?"
"Ahh nggak.. Lo udah selesai?"
"Iya udah sih ini, btw buku yang mau lo beli mana?" Tanya Rika.
"Sudah gue pesan online. Udah ayo buruan pulang yuk.!!!
Rika yang semakin bingung dengan tingkah sahabatnya hanya bisa mengikuti langkah Anin yang sangat cepat. Namun ternyata, nasib tak dapat di tolak, Rika melihat Gilang di pintu keluar toko itu.
"Kak Gilang..!!!" teriak Rika
Anin seketika tersentak saat Rika menyebut nama Gilang. Ia segera menoleh ke arah Rika. Anin mencoba memberi kode pada sahabatnya itu, tapi Rika malah mendekati Gilang
"Aduh nyesel gue bawa lo Rik.!!!"