Lanjutan Novel Liontin dan Devia Pura-Pura Amnesia
Mustika Naga Biru, slah satu pusaka keramat. Keberadaan Mustika Naga ternyata berdampak yang sangat luar biasa bagi yang memilikinya. Pemilik saat ini adalah keluarga besar Anderson yang di sebut Liontin.
Andara Putri Dharma , seorang gadis yang mempunyai keturunan dari Naga. Naga berwujud manusia bernama Mpu Bathara Naga atau Ki Bledek. Dara mempunyai misi untuk menumpas musuh bebuyutannya dahulu kala, bernama Azael atau Raja Ibliss saat ini.
Keturunan Naga yang lahir di hari dan weton yang sama, yang bisa mengendalikan Pedang Naga Langit setelah bersatu dengan Mustika Naga.
Davin, salah satu keluarga Anderson tertarik dengan Dara. Apalagi ia menyimpan Mustika Naga itu.
Dalam penyatuan itu ternyata memakan korban, yang tak lain adalah Raden Mas Satria Hadiningrat. Satria selama ini dilindungi Mustika Naga atau Liontin yang disimpan keluarga Anderson.
Dara dan Davin harus menyempurnakan Pedang Naga Langit. Dan ternyata....!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasukan Kera
Pagi harinya Dara seperti biasa melakukan rutinitas sekolah. Ia berangkat dengan jalan kaki.
Hari ini masih diadakan class meeting, hari ke dua. Seperti biasa, Dara di minta untuk berjaga diluar lapangan, meski hari kemarin sempat pada penasaran. Kenapa Dara bisa ambil bola di belakang sekolah.
Namun Dara menunjuk sebuah tangga agar tidak di curigai yang tidak-tidak. Semua tampak biasa saja, tidak seperti hal kemarin yang membuatnya penasaran.
Dara tidak mempunyai teman sama sekali di sekolah ini. Semenjak Nita sudah lulus dan pindah kuliah.
Sementara Dara pun lebih banyak diam dan menyendiri, daripada bergabung dengan circle di setiap kelasnya.
Cuaca mendung pagi ini, tak mengurangi semangat aktifitas kegiatan yang di adakan sekolah. Bahkan pagi ini sudah begitu gelap, rasanya akan hujan deras saat ini.
Tiba-tiba dari arah samping sekolah, terdengar jeritan dari para siswa meminta tolong. Dara menatapnya sekilas. Kemudian duduk di taman seorang diri sambil bermain ponsel.
Dara menutup matanya untuk melihat yang telah terjadi disana.
"Pasukan apa itu?" celetuknya dalam hati.
Karena Dara melihat segerombolan kera berbulu keemasan datang berduyun-duyun ke tempat ini.
"KESURUPAN...!!"
Teriak salah satu siswa yang berlari ke arah ruang guru, bermaksud melaporkannya.
Dara terkesiap, karena mendengar adanya siswa yang kesurupan di sekolahnya.
Sudah lama dan lama sekali tidak pernah terjadi seperti saat ini. Dan ini pertama kalinya terjadi semenjak Dara sekolah di tempat ini.
Siswa yang kesurupan pun berbondong-bondong menuju tanah lapang. Melakukan ekspresi nya, seperti kera.
"Apa yang terjadi...!"
Dari samping Dara berlari seorang guru dengan peci di atas kepalanya.
Kemudian mendatangi siswa-siswi yang sudah kesurupan.
Dara tahu jika itu pak Ilham, seorang guru agama sekaligus seorang ustad.
Murid dan guru berkerumun di halaman sekolah untuk memastikan. Bahkan tidak ada yang berani datang ke arah kerumunan siswa yang kesurupan.
Pak Ilham bersama beberapa guru akhirnya mendatangi untuk menyadarkan serta mengusir hantu yang masuk ke dalam tubuh siswa-siswi tersebut.
"Pagi-pagi masak udah ada yang kesurupan. Ini pasti ada kesalahan." Celetuk salah satu guru yang berjalan gontai melewati Dara.
Pak Handi melewati Dara, dan mengabaikan Dara di tempatnya, ia berjalan lurus ke arah kerumunan.
Berbeda dengan Dara yang melihat keanehan pada pak Handi. Terutama sosok yang di punggung pak Handi.
Sosok yang menyerupai kera dan berbulu keemasan.
Dara terkesiap dengan penglihatannya. Kemudian menatapnya tanpa berkedip.
Kera di punggung pak Handi pun kini menoleh dan menatap Dara.
Tentu kera tersebut terkejut kemudian melompat dan menyeringai tajam ke arah Dara.
Sementara pak Ilham berusaha menyadarkan satu per satu siswa yang telah kerasukan. Namun apa daya, ia terpental karena diserang oleh beberapa siswa.
"arggghhh....!!"
Teriak pak Ilham, dan beberapa guru menolongnya.
"Panggil Kiyai Husman!"
Ucap salah satu guru menyarankan Kiyai Husman untuk datang membantu ustad Ilham saat ini.
Namun sebelum datang Kiyai Husman, siswa kembali kesurupan dan semakin bertambah. Bahkan hingga puluhan saat ini yang sudah terkena.
Membuat para guru frustasi.
Tak lama kemudian Kiyai Husman, salah satu pengurus pondok pesantren di seberang jalan datang membantu.
Bahkan tidak cuma Kiyai Husman yang datang.
Lelaki sepuh dan berpakaian serba hitam serta berpenutup kepala sorban hitam pun datang. Ia biasa di panggil Mbah Wir, salah satu dukun dan terkenal suka membantu orang kemalangan di daerah ini.
Namun baru beberapa langkah ke depan, ia mundur perlahan. Seakan ketakutan melihat yang ada di depannya.
"Pasukan kera !" Ucapnya lirih.
Kemudian duduk bersila, bukan untuk mengusir ataupun mengusik. Ia ingin bertanya tujuan dari pasukan kera tersebut.
"Kenapa kalian datang ke tempat ini?" ucap Mbah Wir meski lirih dan tidak di dengar oleh siapapun. Kecuali yang di ajak bicara.
Namun Dara mendengarnya. Seakan sudah menjadi hal biasa seperti khalayak umumnya.
Ya , Dara mendengar setiap ucapan yang terlontar dari bibir dan hati Mbah Wir serta pasukan dari kera tersebut.
"Bukan urusanmu!"
Salah satu manusia kera tersebut menjawabnya.
Tiba-tiba pak Kiyai yang membantu untuk mengusir manusia kera yang merasuk ke salah satu murid, menyerang membabi-buta.
Dara yang melihat itu, mengibaskan tangannya. Membuat seluruh manusia kera terpental jauh.
Hingga siswa yang kesurupan menjadi pingsan.
Semua yang ada di tempat itu berteriak histeris, karena kejadian itu.
Dara kembali fokus terhadap ponselnya, seakan tidak terjadi apa-apa.
Salah satu manusia kera, yang tadi di punggung pak Handi kembali mendatangi Dara.
Begitu juga Mbah Wir yang mengetahui kibasan tangan Dara yang membuat seluruh manusia kera terpental, kini menatap Dara dari kejauhan.
Manusia kera yang ada di depan Dara melompat ke arah pak Handi, membuat pak Handi kini yang kesurupan.
Dara tersentak kaget. Terlebih teriakannya lebih keras daripada yang lainnya.
Mbah Wir yang melihat kejadian itu langsung berdiri dan mendatangi pak Handi. Namun ia kemudian di serang oleh pak Handi.
Perkelahian pun terjadi antara Mbah Wir dan pak Handi. Meski bukan adu jotos, keduanya berguling untuk mempertahankan diri.
Tinggal satu manusia kera yang masih merasuk ke tubuh pak Handi. Setelah mereka terpental jauh, perlahan datang kembali. Namun tidak merasuki para siswa kembali.
Mereka menatap Dara serta mengelilinginya.
Sementara Mbah Wir tampak kewalahan karena pergumulan tersebut. Nafasnya terengah, membuat Dara menatap pak Handi dengan tajam.
Mata Dara mengeluarkan cahaya biru seperti laser, menusuk ke arah manusia kera yang merasuki pak Handi.
Hingga tak lama kemudian terdengar erangan kesakitan dari pak Handi lalu pingsan.
Sementara manusia kera yang merasuki pak Handi keluar dalam keadaan terbakar.
"Ampunnnn...!!!" tak lama kemudian kera itu menghilang.
"Apa tujuan kalian?" tanya Dara meski secara batin kepada gerombolan manusia kera tersebut.
Lama kelamaan gerombolan kera itu menghilang satu-persatu. Tiada jawaban karena pimpinan mereka telah musnah.
Kerumunan sekarang berganti dengan pertolongan kepada siswa serta guru yang telah di rasuki oleh gerombolan manusia kera tersebut.
Berbeda dengan Mbah Wir yang masih menatap Dara tak percaya.
Perlahan Mbah Wir mendatangi Dara. Namun belum sampai di depan Dara, Mbah Wir sudah di cegat oleh seorang pemuda, kemudian merangkulnya.
"Bang Timo!" Celetuk Dara dalam hati.
Keduanya menjauhi Dara membiarkan Dara kembali seorang diri.
Sesaat Mbah Wir menatap Timo, kemudian menganggukkan kepala.
"Jadi apa yang akan anda lakukan?" tanya Timo.
"Saya ingin bertanya kepadanya, kenapa hanya dengan kibasan tangan, mereka langsung terpental seperti tadi?" Sahut Mbah Wir.
"Itu tidaklah penting, nanti biar di kasih tahu!" Timo tersenyum kemudian meninggalkan Mbah Wir.
Mbah Wir diam sesaat. Ia menutup mata, menerawang sekita tempat tersebut.
"Aku tidak merasakan adanya si Kumbang. Apakah dia sudah pergi?" Batin Mbah Wir yang bisanya merasakan aura dari Macan Kumbang di area sekolah itu.
"Jangan-jangan gadis muda itu orang yang di maksud Si Kumbang!. Ahhhh... sepertinya dugaanku benar. Karena orang yang mempunyai kemampuan tinggi lah yang mampu membebaskan si kumbang. Apalagi pasukan kera seperti ini. Sekali kibasan tangan makan mereka terpental." Monolog Mbah Wir. "Aku akan mencari tahu kebenarannya!" Gumamnya mantap.
Mbah Wir akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut. Meski sempat di cari oleh pengurus sekolah karena merasa Mbah Wir lah yang berhasil mengusir makhluk yang membuat murid serta guru mereka kesurupan. Pengurus ingin mengucapkan terimakasih.
Ia sudah berlalu pergi dan menghilang di kerumunan orang yang mulai berdatangan. Baik dari medis maupun pihak keamanan.
Timo kembali masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Dara. Namun tempat semula Dara duduk sudah tidak ada seorangpun. Dara sudah pergi meninggalkan tempat tersebut.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kenapa jadi cinta romantis🤣🤣🤣
dirubah oeeee
sama Noveltoon
Horor, horor tahuu🤣🤣🤣