Josephine Silva alias Joey merupakan seorang gadis lugu dan polos.
Suatu hari dia bertemu dengan Devano Geraldi atau biasa dipanggil Al.
Mereka saling mencintai dan saling percaya satu sama lain.
Hingga pada suatu ketika di acara pernikahan mereka, tiba-tiba saja Al menggagalkan acaranya tanpa alasan yang pasti.
Lambat laun, ketika Joey sudah menata hatinya dan bangkit kembali, ia bertemu dengan Marcus Hanson Antinio (Mark), dengan sifat yang berbeda jauh dengan Al.
Mark pria yang angkuh dan sombong.
Mark melakukan berbagai banyak cara untuk bisa mendapatkan hati Joey.
Akankah Mark berhasil mendapatkan hati dan juga cinta Joey?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riana a s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Astaga, Aku Terlambat
Pagi hari yang cerah tiba. Terdengar kicauan burung yang bersahut-sahutan di atas pohon. Suara keramaian kota sekeliling tempat Joey tinggal sudah menghiasi indahnya pagi.
Alunan musik dari tetangga sebelah juga tak ketinggalan mengawali semangat pagi ini. Matahari menyinari bumi dengan riangnya menembus jendela kamar Joey. Membuat Joey terbangun dari tidurnya yang lelap. Dia melirik jam di kamarnya.
"Astaga, aku telat bangun." pekiknya.
Joey berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Jam di kamar Joey sudah menunjukkan pukul 6.30. Biasanya Joey bangun pukul 5.00. Kali ini dia telat efek tidurnya tadi malam wehabis pulang dari restoran bersama Mark.
Di dapur, Bik Darmi sudah menyiapkan sarapan pagi di atas meja. Ia menatanya di atas meja dengan rapi. Kelihaiannya dalam memasak patut diacungi jempol. Seninya dalam menata makanan di atas meja juga nggak kalah kreatif.
Mama Olin sudah duduk di meja makan menunggu Joey. Saat mama Olin menikmati sarapannya, Joey sudah datang.
"Tumben telat." kata mama Olin pelan tapi terdengar oleh bik Darmi dan Joey. Seketika bik Darmi menoleh ke arah pandangan mama Olin.
"Eh, non Joey. Duduk non, biar saya buatkan sarapan untuk non." ucap bik Darmi sopan. Ia sangat menyayangi majikannya yang satu ini. "Iya, bik. Trimakasih." ucap Joey duduk di samping mama Olin. Ingin rasanya mama Olin menanyakan kejadian tadi malam tapi,
"Mam, aku berangkat duluan ya. Aku uda terlambat, kata Joey. Sementara ia hanya memakan sarapannya sedikit. Cukuplah untuk mengisi perut selama dua jam.
"Lho, kok cepat selesai. Kamu kan belum menghabiskan sarapanmu." ucap mama Olin.
"Iya mam. Aku uda terlambat. Aku yang bertugas hari ini sebagai pembina upacara." ujar Joey. Ia mengambil tasnya dan berangkat ke tempat ia mengajar dengan menaiki sepeda motornya.
Suasana hari ini di sekolah sudah ramai. Anak-anak sedang bermain menunggu bel masuk berbunyi. Joey sudah sampai di sekolah. Di depan kelas Joey sudah ada salah satu orang tua siswa yang sudah menunggunya dari tadi.
"Pagi, bu!" sapanya.
"Pagi juga, bu." ucap Joey tersenyum menyambutnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Joey.
"Ini bu, botol minum anak saya nggak kelihatan bu. Kayaknya hilang di sekolah deh. Saya sudah mencarinya di rumah, tapi nggak
ketemu,bu." ucap orang tua murid tersebut.
"Oh, itu. Iya bu. Botol minumnya ada di kelas. Raffi meninggalkannya Jumat kemarin. Ada kok bu saya simpan di dalam laci meja saya." kata Joey memberi penjelasan dengan nada yang lembug dan sopan.
Salah satu hal yang wajib dilaksanakan Joey adalah menerima segala tanggapan, respon atau apa pun dari orang tua siswanya menyangkut masalah siswa di kelasnya.
Perihal apa pun itu akan di bahas mereka selagi orang tua siswa tersebut memberi respon. Orang tua Raffi adalah salah satunya yang paling respon terhadap Joey selaku guru kelas anaknya.
Segala yang berhubungan dengan Raffi akan diadukan mama Raffi kepada Joey. Ini adalah salah satu peraturan di sini. Kepala sekolah memberi wewenang kepada orang tua dan guru kelas untuk berinteraksi dalam perkembangan anak-anak di sekolah.
Joey merogoh tasnya mencari kunci kemudian membuka kelasnya.
"Yok masuk, bu." ajak Joey kepada mama Raffi.
"Iya bu. Trimakasih. Saya di sini saja, soalnya saya terburu-buru." ucap mama Raffi.
"Oh, gitu. Baiklah." kata Joey. Ia berlalu ke mejanya dan mengambil sesuatu.
"Ini bu botol minumnya." kata Joey mengulurkan botol tersebut.
Mama Raffi meraih botol itu.
"Trimakasih, bu" katanya.
"Sama-sama bu." ucap Joey tersenyum.
Mama Raffi pamit pulang.
Joey meinggalkan kelasnya setelah dikuncinya. Ia berjalan melewati beberapa kelas lain menuju lapangan.
Matahari sudah semakin ganas memancarkan sinarnya. Anak-anak juga semua sudah berada di lapangan. Joey menyusul ke sana.
Upacara hari ini berjalan seperti biasa. Anak-anak sangat antusias mengikutinya. Mereka juga sangat serius mendengarkan wejangan dari pembina upacara, Joey. Mereka sangat menikmati upacara hari ini dengan senyuman dan tentunya semangat yang luar biasa.
Berbeda dengan anak - anak yang berbaris di pojok. Mereka sibuk dengan aktifitasnya. Ada yang berjalan-jalan menyusuri lapangan, ada yang bolak-balik ke kamar mandi, ada yang bermain ayunan, ada yang memegang sampah plastik kemudian diremas-remasnya agar menghasilkan suara, ada pula yang duduk di barisan sambil melafalkan salah satu iklan di TV.
Sementara gurunya tetap mengawasi mereka. Iya, mereka adalah anak-anak dengan gangguan prilaku sosial. Kontak mata yang terganggu, bermain sesuka hati, tidak mampu bertahan duduk atau berdiri selama beberapa saat, cepat bosan dan suka marah bahkan melukai diri sendiri. Mereka adalah anak yang kurang mampu mengungkapkan apa yang dia inginkan.
Nggak jarang mereka melukai barang-barang atau bahkan dirinya sendiri hanya untuk pelampiasannya karena nggak mendapatkan apa yang diharapkannya. Sengaja mereka dibariskan di pojok barisan agar tidak terganggu anak-anak lainnya.
Kesabaran dan ketabahan yang ekstra haruslah dipupuk dalam mendidik mereka. Sikap yang tegas dan mendidik juga tak ketinggalan harus diterapkan. Karena mereka tau waktu jadi harus on time juga.
Setiap perubahan harus ada pemberitahuan terlebih dahulu. Jika tidak ada, maka mereka akan mengamuk seharian dan proses belajar mengajar pun akan terganggu.
Sesekali Joey memberikan pertanyaan sederhana kepada siswa saat memberi amanat upacara. Ada yang menjawab dan ada yang hanya mengangguk.
Sebenarnya pertanyaan itu nggak perlu dijawab. Karena dalam memberi amanat tidak ada istilah tanha jawab, memangnya wawancara. Tapi namanya juga anak-anak. Mereka mengira itu pertanyaan yang wajib di jawab.
Kurang lebih 30 menit, upacara pun usai. Tidak perlu lama-lama. Karena anak-anak akan jenuh dan malas yang membuat mereka nantinya nggak semangat belajar.
Semua siswa menuju kelasnya masing-masing didampingi dengan guru mereka.
Saat suasana di kelas Joey sedang serius belajar, terdengar pintu diketuk.
"Pagi, pak." sapa Joey terlebih dahulu kepada bapak kepala sekolah.
Bapak kepala sekolah membalas dengan senyuman. Bapak kepala sekolah dengan Joey hanya beda tiga tahun. Meskipun dia masih muda tapi tak melunturkan wibawanya di depan para guru dan murid-muridnya.
"Pagi,pak." sapa anak-anak serentak.
Mereka berlari menghampiri kepala sekolah dan menyalaminya.
"Pagi juga." ucap kepala sekolah mengulurkan tangannya.
Anak-anak senang menyambut kepala sekolah. Tidak ada rasa takut sedikit pun yang ditunjukkan mereka. Banyak hal yang ditanyakan mereka kepadanya. Biasalah pertanyaan anak-anak.
Joey mempersilakan anak-anak untuk duduk kembali di tempat duduknya masing-masing.
Anak-anak menuruti perintah Joey. Kepala sekolah memberikan senyum bahagianya kepada mereka.
Teringat ketika pertama kali mereka menginjakkan kaki di sekolah ini. Banyak hal yang sudah berubah. Sudah jauh lebih baik.
"Ada apa bapak mencari sah?" tanya Joey membangunkan kepala sekolah dari lamunannya.
"Ya, Joey. Maaf. Hari ini ada kunjungan dari sekolah xxx, jadi kamu harus mempersiapkan penampilan anak-anak yang akan kita tunjukkan kepada mereka.
Katanya mereka ingin mengenal lebih banyak tentang anak-anak seperti siswa kita ini. Saya minta kamu juga untuk menyiapkan acaranya, karena kamu saya tunjuk sebagai pembawa acara nantinya." kata kepala sekolah.
"Baik, pak." kata Joey dengan hormat.
Hal seperti ini biasa dihadapi Joey. Dia memang selalu ditunjuk dalam berbagai kegiatan. Karena Joey adalah salah satu guru yang penuh semangat dan aktif. Jadi kepala sekolah selalu mengandalkannya.
Bukannya tidak percaya dengan guru lainnya, tapi saat kepala sekolah meminta guru lain mereka selalu membuat alasan. Mereka selalu menghindar dengan alasan tidak mampu. Sementara Joey selalu siap siaga. Selagi saya mampu dan masih ada tenaga saya akan kerjakan. Begitu ucap Joey setiap rekan-rekannya guru menanyakannya.