Kisah ini ku angkat 50:50 kisah nyata dan fiksi, so aku berharap kalian mendukungku🙏
Aldhea kini menjalani hidupnya dengan penuh rasa jenuh karena sudah menjadi mahasiswa semester 6. Ya, semua orang tau banyak mahasiswa yang sudah mulai depresi jika sudah mendekati semester akhir. Kehidupan sehari-harinya sangatlah membosankan.
Hingga tiba di suatu waktu mereka bertemu. Bertemu salah satu bocah laki-laki yang masih duduk di bangku SMA, tetapi membuat hidup Aldhea berubah. Mereka berdua kian menjalin ikatan pertemanan tapi terkadang juga seperti layaknya sepasang pasangan. Mereka tidak bisa disebut teman tetapi mereka juga tidak lebih dari teman. Hubungan tanpa status itu, membingungkan ya?
Akankah dhea menjalani kisah itu tanpa adanya status yang jelas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suarapraja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kompetisi Olahraga 4
"dhea, ngapain?" tanya fathan yang tiba-tiba memasuki ruang UKS.
"eh, fathan. Gapapa lagi ngobrol doang" balas dhea kepada fathan.
"kalian, pacaran?" tanya fathan lalu melihat alva dan dhea.
"enggggaa" jawab dhea dengan nada sedikit keras.
"emang kenapa kalau pacaran?" tanya alva dengan melihat fathan dengan wajah yang serius.
"apasi, va. Engga kok kita cuma temen" jelas dhea dan kembali melihat fathan.
"oh yaudah, tar makan siang bareng mau ga, dhea?" ucap fathan dan menatap dhea.
"boo" ucap dhea belum selesai tapi dipotong oleh alva, "gaboleh. dia nemenin gue disini jadi makannya juga disini. kalo lo mau gabung makan disini boleh, tapi kalo lo bawa dhea pergi yang gaboleh" terangnya.
Dhea tidak dapat berkata-kata lagi jika alva yang sudah berbicara. Ia juga sedikit bingung kenapa tidak bisa bertindak atas dirinya sendiri dan lebih memilih alva yang mengendalikan dirinya. Begitukah ketika kita jatuh cinta? kita akan menuruti keinginan orang yang kita suka dan kita tidak merasa keberatan jika ia mengatur hidup kita, batinnya dalam hati.
"kok lo yang nentuin si. Tanya dhea lah" ucap fathan yang tidak terima dengan keputusan alva.
"jadi gimana, hm? kamu mau ninggalin aku disini sendiri?" tanya alva dengan menatap kedua bola mata dhea serius.
Walaupun dhea suka, ia harus tetap memiliki perasaan gengsi.
"ya kalau mau ditinggal sendiri, aku pergi" ucap dhea lalu mengalihkan pandangannya dari wajah alva.
"aku gamau ditinggal sendiri. Berarti kamu disini, ya. Udah jelas kan?" jawab alva lalu melihat fathan dengan wajah songong yang diperlihatkannya.
"gapapa fath kalau mau gabung makan disini aja" ucap dhea menegadahi.
"aku makan di ruang panitia aja sama yang lain" ucap fathan dengan nada kecewa dan akhirnya pergi meninggalkan ruang UKS karena sudah menemukan apa yang ia cari.
"jangan suka sama dia ya" ucap alva tiba-tiba.
"kenapa?" tanya dhea yang sedikit bingung.
"ga ikhlas aku" balasnya.
"dih bocah. Yaudah mau makan apa kamu?" tanya dhea kepada alva.
"mie ayam" balasnya.
"Yaudah tunggu disini aku beli dulu" ucap dhea lalu beranjak dari tempat duduknya tiba-tiba ditahan oleh alva, "suruh siapa pergi beli sendiri? gaboleh, kamu disini aja. Kan bisa gofood kenapa mau keluar nyarinya. aku gamau kamu kemana-mana sendirian ya" ucapnya tegas kepada dhea.
"Yaudah kamu yang pesan" balas dhea lalu kembali duduk.
Akhirnya mereka memesan makanan dan makan bersama dalam ruang UKS. Mereka cuma berdua dalam ruangan itu dan tidak ada Siapapun jadi mereka bebas untuk mengobrol satu sama lain.
"alva, gimana keadaanmu?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba memasuki ruang UKS.
"udah baik bu" balas alva sembari menghabiskan sisa makanan dimulutnya.
"syukurlah kalau gitu. Sekolah kita menang dan masuk semi final besok. Kamu jadi pemain cadangan aja ya sekarang" terang wanita tersebut dan mengelus pundak alva.
"iya bu, maaf karena lalai sebagai seorang kapten, bu" balas alva dengan nada menyesal karena meras tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang ia pegang.
"gapapa udah musibah ga ada yang tau" terang wanita tersebut.
"kakakmu?" lanjut wanita itu dengan melihat dhea yang menemani alva sedari tadi.
"iya bu, saya kakaknya alva" jelas dhea terlebih dahulu karena takut alva menjawab dengan sembarangan.
"oh begitu, yasudah ibu tinggal dulu ya" ucapnya lalu akhirnya pergi meninggalkan dhea dan alva.
"kok, kakak?" tanya alva dengan ekspresi badmoodnya.
"ya kan emang gitu. Aku lebih tua dari kamu berarti aku kakakmu" jelas dhea menceritakan fakta yang sebenarnya.
"ga, ya" balas alva yang tidak terima.
"terus apa?" tanya dhea penasaran selama ini alva menganggapnya apa karena status mereka berdua saja tidak jelas sama sekali.
"ya yang jelasnya bukan yang kamu maksud" jawab alva seperti tidak ada kepastian sama sekali.
Dhea bingung. Benar-benar bingung terhadap jawaban dari alva. Kita tidak berpacaran tapi kenapa sikap dan perlakuannya seolah-olah dia pacarku? Kenapa dia tidak terima jika aku menyukai orang lain? kalaupun dia suka aku, kenapa dia tidak mau memperjelas hubungan ini? batin dhea dalam hati.
Ingin sekali rasanya menanyakan hal itu semua tetapi rasa gengsi yang dimiliki dhea lebih tinggi dan lebih memilih untuk mengikuti alur takdir saja. Entah rahasia tuhan apa yang sedang direncanakannya untuknya dan untuk alva.
Hari sudah mulai malam dan semua kegiatan akhirnya telah dihentikan. Kompetisi akan dilanjutkan esok hari. Semua siswa sudah bergegas untuk siap-siap pulang begitupun alva dan dhea yang sudah seharian di ruang UKS.
"kamu baliknya sama ockta kan?" tanya alva melihat dhea yang sudah bersiap-siap untuk keluar dari ruang UKS bersama.
"iya" jawab dhea singkat.
"yaudah sini ku anterin ke ockta" ucap alva dengan menggenggam tangan dhea.
"ga ya. Kamu sakit udah langsung pulang aja dirumah. Aku bisa sendirian" terang dhea menolak.
"aku gamau kamu ngelakuin apa-apa dengan sendirian, padahal ada aku disampingmu" jelas alva dengan memegang kedua bahu dhea lalu menatap matanya dengan ekspresi serius.
"aku gamau bergantung sama kamu, alva" balas dhea merasa tidak enak.
"tapi aku mau kamu bergantungnya sama aku, bukan orang lain" jelas alva yang tidak mau kalah.
"kenapa? kenapa kamu senang direpotkan?" tanya dhea yang masih tidak mengerti.
"kalau kamu yang repotin, aku ga masalah. Justru aku mau kamu ngerepotin aku, bukan orang lain yang kamu repotkan" jelasnya sekali lagi.
Selang mereka berbincang, tiba-tiba ockta datang.
"dhea" ucap ockta tiba-tiba.
"kalian masih ngobrol ya? yaudah terusin dulu gue tunggu diluar. Atau kalian mau pulang bareng?" ucap ockta yang melihat keduanya Nampak mengobrol dengan serius dan merasa kehadirannya tidak pas.
"engga kok udah selesai, nih ta bawa pulang temenmu" ucap alva lalu menyerahkan dhea ke ockta. Sudah seperti barang saja cara alva menyerahkan dhea ke ockta.
"kalian berantem?" tanya ockta yang bingung karena dhea mengeluarkan ekspresi yang tidak biasanya.
"engga paansi ta, udah ayo pulang" ucap dhea dan memegang tangan ockta agar segera pergi dari lokasi tersebut.
"yaudah duluan ya, va. Moga lekas sembuh lo" teriak ockta yang sudah mulai jauh dari ruang UKS dan alva cuma melambaikan tangannya dari jauh.
Akhirnya dhea dan ockta pulang bersama.
"sumpah cape banget" ucap ockta yang tiba-tiba meregangkan tubuhnya langsung dikasur.
"mandi dulu woii" balas dhea.
"lo duluan deh gue mau regangin badanku dulu sakit banget rasanya" ucap ockta.
Akhirnya dhea memilih untuk bersih-bersih duluan. Ia mengerti bahwa ockta benar-benar kelelahan sementara dhea, hari ini ia tidak melakukan apa-apa selain menemani alva, bocah laki-laki yang ia sukai.
"mau makan apa, ta?" tanya dhea tiba-tiba.
"apa aja udah. Kok bisa juga ya kita lupa beli makanan sebelum pulang. Jadinya repot nih harus keluar lagi nyari makanan" ucap ockta yang merasa sangat bodoh melupakan hal penting itu.
"udah lo disini aja biar gue yang keluar. Gue juga mau beli buku diluar jadi sekalian aja" ucap dhea yang mengerti bahwa ockta sangat lelah.
"bener nih? lo ga minta ditemenin?" ucap ockta memastikan.
"iya gapapa biar gue aja. Lo tinggal bilang mau makan apa" tanya dhea dengan ekspresi yakin ia bisa pergi sendiri.
"em, apa aja udah" jelas ockta.
"gini ya kalo cewe ditanyain. Jangan jawab terserah woi jangan buat gue bingung" ucap dhea kesal.
"kalo gue bilang kemauan gue, lo nya kesusahan nanti"ucap ockta merasa tidak enak.
"gapapa udah tinggal bilang aja" balas dhea.
"yaudah kalau maksa, gue mau makan lalapan" jelas ockta.
"lalapan? oke. Gue cabut dulu" balas dhea yang sudah siap-siap untuk keluar.
Dhea keluar untuk saat ini dengan berjalan kaki karena ada lalapan yang didekat lapangan dan ia berniat untuk membeli disitu saja. Selang ia berjalan kaki, tiba-tiba terdengar suara seperti sekumpulan anak laki-laki yang berkelahi disudut lapangan yang Nampak gelap itu.
Dhea berusaha melihat bahwa ada seseorang yang tengah digebukin oleh rombongan. Dan ketika ia melihat dengan jelas, sepertinya ia mengenali sosok tersebut.
"alvaa?" ucap dhea kaget yang melihat sosok alva dari jauh.
***