Seorang wanita yang telah rela kehilangan keperawanannya demi seorang lelaki yang dicintainya, selama 4 tahun lamanya yang tak lain adalah tunangannya. Hingga suatu hari hubungan mereka berakhir karena orang ketiga, hal ini menyebabkan sang wanita menderita trauma sehingga membuatnya menjadi wanita yang playgirls namun kembali terjatuh menjadi mudah jatuh cinta dan pecinta seks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MICHELLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam Belas
Sepanjang perjalanan aku terdiam tanpa kata, dengan wajah cemberut menahan kesal berkepanjangan.
Bathin ku. . .
*N*ukan kah ini hari pertama ku sekedar melihat-lihat kampus Ammar saja??? tapi di setiap kami berjalan mengelilingi kampus, entah sudah berapa cewek yang menyapa nya dengan genit, dan Ammar menanggapinya. Tanpa memikirkan perasaan ku di sampingnya, Sampai akhirnya aku bertemu dengan cewek bernama Abel, tante girang itu dan kemudian aku di rendahkan.
Cih. . . mengingat namanya saja aku ingin menelannya hidup hidup. Sedangkan kau. . . Ammar, sebagai laki-laki yang ku cintai, sebagai pacar ku, tanpa sedikit pun kau berusaha meyakinkan ku dari mereka para cewek-cewek genit itu, yakinkah aku dong. . . bahwa kamu bukan lah cowok playboy yang menebar banyak cinta pada setiap wanita, aku benar-benar takut Ammar, yakinkan akuuu. . . bukan malah ikutan diam seperti ini daritadi, ini malah membuat ku semakin marah pada mu Ammar.
Aku menghela nafas panjang, kemudian Ammar melaju dengan cepat dan berhenti di pinggir jalan seketika. Aku tetap diam memalingkan wajah ku ke luar jendela mobil, menanti apa yang akan dia lakukan kali ini.
" Fan. . . mau sampai kapan ngambek gitu? Jangan kayak anak kecil deh. "
So What??? sekarang malah dia yang ngatain gue kayak anak kecil?
Aaaaarrrrggghtttt. . .
" Oh ya? Emang aku anak kecil, aku jelek, aku manja, aku tidak pintar berdandan, aku tidak ok dari penampilan, aku kurus, dan aku. . . pokoknya aku gak sesempurna para cewek-cewek genit di kampus mu tadi itu."
Dengan reflek aku mengeluarkan segala uneg-uneg ku yang sedaritadi ku tahan.
" Oh astaga tuhan, jadi kau cemburu pada mereka tadi? Hahahahaha. Ngapain coba cemburu gak jelas gitu??? " Ammar menanggapi ku dengan candaan, membuat ku semakin ingin menampar untuk menyadarkannya posisi ku saat ini.
Namun ku tahan, karena aku begitu masih mencintainya.
" Bukan cemburu Ammar, bukan cemburu seperti yang kau pikirkan itu, melainkan aku kecewa Ammar. Aku kecewa pada mu, kenapa kau diam saja saat Abel merendahkan ku tadi hah? kenapa kau malah terdiam gelagapan dan melepaskan genggaman tangan ku??? kenapa.. kenapa Ammar??? "
Tangis ku mulai pecah tak tertahan, aku membuka pintu kemudian keluar dari mobil. Aku menangis tanpa henti. . .
Kemudian Ammar ikut keluar dari mobil.
" Ayo masuk lagi ke dalam mobil Fanny, jangan menangis seperti ini dipinggir jalan, banyak yang lewat di pinggiran trotoar ini, apa kau tidak malu? " Tanya Ammar yang berdiri di hadap ku.
" Oh, kini kau peduli? apa hanya merasa malu?takut di nilai jelek dengan orang-orang yang melihat ku menangis, iyya??? begitu kan? karena seorang cowok tampan sepertimu membuat gadis kecil seperti ku menangis di pinggir jalan malam-malam pula, lalu apa yang mereka pikirkan?" Jawab ku dengan terus mengomel tanpa henti.
Seketika Ammar memelukku dengan erat. Aku meronta, berusaha melepaskan pelukannya itu.
" Lepaskan !! aku bukan ingin di peluk oleh mu, tapi sebuah ketegasan. Sebuah keberanian dan pengakuan yang tulus dari mulutmu Ammar. Lepaskaaan. . . " Tangis ku sudah pecah, semakin keras dalam pelukan Ammar.
" Tenang lah dulu Fanny.. tenang, ku mohon tenang. Kau sedang emosi saat ini. Banyak orang memperhatikan kita, mari kita bicara di dalam mobil saja. Sebelum aku lebih nekat nantinya. " Ammar seolah terdengar mengancam ku lagi. Ini membuat hati ku kembali bergejolak penuh emosi.
Ku dorong dengan sekuat tenaga tubuh Ammar dan melepaskan pelukannya, Ammar terkejut melihat ku seperti ini.
Aku menatapnya tajam,
" Apa lagi kali ini Ammar? apa lagi yang akan kau lakukan terhadap ku hah? kau mulai mengancam ku??? " Tanya ku dengan isakan tangis, terasa sesak di dada.
Seketika Ammar mencium dan ******* paksa bibir ku, aku meronta menolak ciuman Ammar yang kasar itu.
" ummh. . . Lep. . . umm. . paskan. . . Ammar. . . " Ammar terus saja memaksa ******* habis bibir ku, aku terus menolaknya, kali ini aku tidak tertarik dengan ciuman mu Ammar. aku benar-benar kecewa kali ini dengan sikap mu di kampus tadi.
Plakkk !!!
Aku menampar pipi Ammar setelah berhasil ku melepaskan diri dari ciumannya.
Ammar terdiam, kemudian menunduk lesu. Kemudian dia bersimpuh setengah duduk di hadapan ku, aku terkejut heran.
" Fanny, tampar aku sepuas mu. Jika itu bisa membuat amarah mu mereda, silahkan tampar aku. Aku memang bukan laki-laki sempurna untuk mu, kau begitu baik, kau yang sempurna di mata ku, tidak pantas aku perlakukan seperti ini, ku mohon maafkan aku Fanny. " Ammar masih menundukkan wajah nya dengan setengah duduk di hadapan ku.
Wajahnya terlihat sedih dan bekas tamparan ku di pipinya itu sudah mulai memerah.
Aku mulai merasa bersalah, aku tak tega melihatnya sebegitu nya padaku, rela ku tampar habis-habisan hanya demi meredahkan amarah ku ini, aku mulai goyah dan luluh.
" Bangun lah, cepat bangun Ammar jangan membuat ku makin di pandang kasar oleh orang yang melihat ku setelah aku menamparmu tadi, ayo bangun. "
Aku memegang kedua bahu Ammar kemudian membantunya bangun, berdiri tepat di hadapan ku.
Kemudian ku pegangi kedua pipi nya, ku sentuh bekas tamparan ku tadi di pipinya. Ammar tampak meringis seperti kesakitan, kembali aku meneteskan air mata.
" Kau tau Ammar, betapa aku sangat mencintai mu. sangat mencintai mu. Aku mulai takut kehilangan mu, aku tidak bisa jauh lama-lama dengan mu, dan sepertinya. . . aku tidak bisa lagi hidup tanpa mu Ammar. Apa kau percaya itu? " Aku terus meneteskan air mata, sembari memegangi bekas tamparan ku tadi di pipi Ammar. Ammar kembali menatap ku dengan lekat kali ini.
" Apa kini kau mulai meragukan ku Fanny? Apa kini di hati mu sudah tidak ada lagi kepercayaan untuk ku? Harus bagaimana aku membuktikannya Fanny? Bahwa aku pun sama sepertimu. Aku mencintai mu, aku mencintaimu. . . aku sangat mencintai mu Fanny. Percaya lah.. aku tidak ingin berpisah dengan mu, aku benci jauh dari mu, bahkan aku tidak rela jika kau akan meninggalkan ku nantinya, plisss. . . percaya pada ku Fanny. " Ammar menatap ku dengan wajah sedih, kedua tangannya memegangi tangan ku yang sedaritadi menyentuh pipi bekas tamparan ku tadi.
Ku coba menatap mata Ammar dalam kegelapan malam, bahkan dalam kegelapan saja aku bisa tau dari sorotan matanya, dia memiliki sebuah kebohongan besar pada ku.
Aku menyeringai dengan sinis menatap wajah nya.
" Kau. . . Kau memang ahli dalam hal ini Ammar, kau memang pemain hati yang handal, kau. . . kau pembohong. Aku tau itu, aku bisa merasakan dari sorot mata mu itu Ammar. " Jawab ku dengan isakan tangis kembali.
" Fanny, aku tidak pernah menganggap hubungan ini main-main, jika benar demikian.. untuk apa aku membawa mu kerumah ku dan memperkenalkan mu pada orang tua ku hah? " Bantah nya dengan nada marah.
Aku mulai muak melihatnya, kau masih saja tidak mengakui kesalahan mu dimana Ammar.
Aku meraih ponsel di tangan ku, dengan gemetar aku membuka rekaman dari Farel yang sudah ku simpan rapat-rapat dua bulan terakhir ini. Ku putar dengan volume full, agar dia bisa mendengarnya dengan puas.
Lama. . . ku putar ulang kembali, sampai dia benar-benar menyadarinya. Ku lihat kini Ammar terdiam, terkejut, tertegun dengan mata terbelalak, dengan mulut sedikit terbuka, dengan sekujur tubuhnya yang kaku terdiam berdiri di hadapan ku.
" Fanny. . . da. . darimana. . . Kau. . . da. . .patkan rekaman itu?" Akhirnya Ammar membuka suaranya dengan terbata-bata dan ekspresi benar-benar terkejut di wajahnya hingga membuat bibir nya sedikit gemetar.
" Heh. . . kenapa Ammar? Kau terkejut? kenapa rekaman ini bisa sampai di tangan ku? Selama 2 bulan terakhir ini, sebenarnya aku sudah menyadari hal ini cukup lama dari sikap mu, jauh sebelum rekaman ini akhirnya terdengar oleh ku, dan aku sengaja menahannya untuk tidak bertanya langsung pada mu Ammar. Karena aku takut kau benar-benar meninggalkan ku hari itu juga.
Apa kau tau bagaimana perasaan ku ketika mendengar rekaman ini? Kau pikir kenapa aku sampai terlihat kurus begini hah? Kau pikir apa yang aku lakukan? Dengan bodohnya aku menghukum diri ku sendiri karena mu Ammar, tidak kah kau begitu terlihat seperti seorang pembunuh? Aku hampir mati menahan rasa sakit atas pengkhianatan mu itu dengan wanita lain, dengan Nayla, sepupu Farel. . . "
Kini Aku terduduk lemas di atas trotoar pinggir jalan, rasanya aku sudah tidak mampu lagi menopang kaki ku untuk berdiri tegak. Ku rasa, aku sudah mengeluarkan segala uneg-uneg yang ku tahan selama ini dengan derai airmata. Aku memukul mukul dada ku sendiri, terasa sangat sesak.
Ammar masih terdiam berdiri di depan ku dengan tatapan kosong.
" Fanny, aku. . . aku tidak tau harus bagaimana selain mengucapkan kata maaf pada mu, tapi soal Nayla. . . aku, aku hanya. . . " Ammar menghentikan ucapannya dengan menunduk. Dengan sekuat tenaga aku kembali berdiri menatap wajahnya yang kini mulai gelisah.
" Apa kau Mencintai Nayla? " Tanya ku pada Ammar.
Ammar masih terdiam, menundukkan wajahnya.
Ingin rasanya ku teriak melihat ekspresinya ini, mudah terbaca oleh ku.
" Fanny.. awalnya aku hanya, sekedar iseng saat Andi menggoda ku dengan Nayla. Tapi lama kelamaan aku terhanyut dengan candaan itu, aku.. jujur mulai sedikit menyukainya. Tapi itu sebulan yang lalu, sekarang kami sudah tidak lagi berkomunikasi Fanny, percayalah."
" Itu artinya, kau belum memberi keputusan pada nya, dan pada ku juga. Saat ini, ku tanya kau Ammar
Aku ingin mendengarnya langsung dari mata dan mulut manis mu itu. Jawab jujur, putuskan Nayla atau kita. . . bubar saja, dan tidak lagi saling mengenal. " Aku menatap tajam mata Ammar yang semakin gelisah, terdiam begitu lama menatap ku tanpa kata yang jelas dan pasti.
perasaan g....
perasaan waktu fanny SMA si ammar udh kuliah... masa udh 3 tahun si Ammar g lulus2? apa ngambil S2 ya?? tp koq ada istilah KKN???
terus selama ini melakukan zina itu apa namanya🤦🤦🤦🤦
apalagi disini Fani lemah akan agamanya
budak nafsu
mudah bget memaafkan