NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Garda

Gadis Kesayangan Om Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Keluarga / CEO / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: yourladysan

Bening awalnya hanya mengagumi Garda seperti seorang anak terhadap ayahnya sendiri. Tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis membuat Bening bermimpi memiliki ayah seperti Garda. Namun, seiring berjalan waktu, ternyata perasaannya terhadap Garda berubah menjadi ketertarikan yang tak masuk akal. Bagaimana bisa dia menginginkan dan menyukai ayah dari sahabatnya sendiri?

Ketika Bening ingin menyingkirkan perasaan gila itu mengingat usia mereka yang terpaut jauh, tiba-tiba suatu hari Garda membuat pernyataan yang membuat Bening bimbang. Sebuah ciuman melayang, mengantarkan Bening pada kelumit masalah antara menjadi gadis kesayangan Garda atau janji persahabatannya dengan putri pria itu.

#adultromance #agegap #cintabedausia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yourladysan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mantan Istri Garda

Setelah selesai bimbingan, Bening tak langsung kembali ke indekos. Melainkan bergegas keluar dari pusat riset menuju fakultas. Ia harus menunggu Nata karena mereka janjian akan pulang bersama.

"Bening!" panggil suara yang cukup familiar. Terlihat cowok berambut buzz cut itu berlari dari arah kafetaria outdoor. "Hei, sibuk banget kayaknya. Mau ke mana lari-larian begini?"

"Hai, Bim. Aku mau nyamperin Nata. Lagi ada kelas," cetus Bening.

"Oh gitu, gue kira ada sesuatu yang mendesak."

"Nggak. Aku duluan, ya."

"Bening," tegur Bima mencegah langkahnya lagi. "Gue kepikiran sama kata-kata lo di malam konser itu. Menurut gue ... perasaan Nata nggak salah, tapi gue nggak punya kewajiban buat bales perasaan."

Astaga! Kenapa Bening harus terjebak pada hal semacam ini?

"Bim, kamu bisa pikirkan dulu dan kalian bisa lebih dekat, saling akrab. Nggak ada yang tau kan nanti gimana?"

"Lo gimana?" tanya Bima seraya memajukan langkah. "Maksud gue, lo pasti tau perasaan dan maksud gue selama ini, kan?"

"Bima, aku mohon. Jangan libatkan aku dalam hal-hal seperti itu. Nata itu sahabat aku," cetus Bening.

Cowok itu mengangguk singkat. "Tapi nggak ada siapa pun yang berhak atas perasaan orang lain. Lo nggak bisa cegah perasaan gue, Bening."

Sepasang mata Bening menghindar dari tatapan Bima. "Sori, aku harus pergi. Duluan, ya." Lantas Bening bergegas meninggalkan lelaki itu.

Bikin tambah rumit saja! Bening tahu perasaan Bima padanya, untuk itulah selama ini ia berusaha tak menanggapi. Sekarang ia malah menceburkan diri ke masalah yang lebih besar, yaitu terlibat dengan Garda.

Andai Nata mengetahui tentang hubungannya dengan Garda, lalu tahu bagaimana perasaan Bima padanya, gadis itu pasti akan membenci Bening habis-habisan. Semoga saja Bima tak sesumbar pada Nata tentang perasaannya untuk Bening. Harapan itu belakangan sering dilangitkan oleh gadis bermata bulat itu.

Sebelum melangkah memasuki gedung fakultas, Bening berhenti tak jauh dari pilar lebar. Ponselnya bergetar. Nama Garda terlihat di layar ponsel. Buru-buru ia menjauh ke ujung lorong koridor yang terhubung dengan taman belakang fakultas.

"Kenapa, Om?" tanya Bening.

"Kok kenapa, Sweetie? Emangnya saya nggak boleh menghubungi kamu?"

"B-bukan nggak boleh. Aku masih di kampus."

Garda terkekeh sebentar. "Ya sudah, lanjutkan kegiatan kamu. Malam ini nggak ada jam kerja, 'kan?"

"Aku haru shift malam, Om," kata Bening.

"Baiklah, tapi nanti hubungi saya. Biar saya suruh orang untuk menjemputmu kalau jam shift sudah selesai. Saya nggak mau kamu kenapa-kenapa."

Bening meringis sesaat. Padahal jarak minimarket dan indekos tak terlalu jauh. Namun, Garda benar-benar tak mau dibantah.

"Jangan dijemput pake mobil, Om. Tempatnya kan dekat," kata Bening.

"Terus kamu maunya gimana, Sweetie? Apa saya aja yang ke sana? Naik motor berdua, mau?"

Mendengarnya membuat Bening geli. Ia terkekeh sebentar. Tapi bukankah akan menyenangkan kalau berkendara berdua dengan Garda naik motor?

Bening menggeleng meski Garda tak melihat. Naik motor saat ini bukan ide yang bagus, apalagi berdua dengan Garda.

"Nggak usah. Pokoknya aku jalan kaki aja. Dekat," katanya.

"Ya Tuhan, kamu ini ... ya, ya, baiklah, Sweetie. Kabari saya nanti kalau sudah selesai." Ada jeda sesaat sebelum Bening menutup sambungan panggilan. "Kosongkan waktu kamu akhir pekan ini. Saya pengen ketemu dan menginaplah di unit."

"Bukannya Om lagi di luar kota?"

Begitulah Garda. Karena urusan bisnis, ia tiba-tiba saja berada di luar kota atau luar negeri. Ada yang mendadak. Ada yang tidak. Bening sudah terbiasa sejak mengenal Nata dan Garda.

"Saya ada waktu untuk kamu. Jadi, kosongkan saja waktumu."

Obrolan itu berakhir setelah Bening mengiakan kemauan Garda.

Ketika Bening hendak meninggalkan ujung lorong, atensinya tersita oleh sesuatu yang tampak tak asing. Pemandangan antara dua orang yang sedang berjalan kompak ke arah Toyota Camry yang terpakir tak jauh dari tempat Bening berdiri.

Gadis itu Nata dan seorang wanita yang memakai dress panjang berwarna hijau gelap. Bening ragu-ragu untuk mendekat karena mereka terlihat tengah berbicara serius. Sayangnya, kedua mata Nata justru menangkap keberadaan Bening.

Ekspresi kesal Nata berubah ceria. Ia melambai pada Bening.

"Bening, sini!" Nata berseru.

Sudah ketangkap basah, Bening akhirnya mendekat dengan langkah kaku. Ia menyapa wanita berambut curly di dekat Nata dengan senyuman rama. Namun, wanita itu tersenyum tipis tampak tak minat. Sama sekali tak bersahabat.

"Ini mama gua. Natalie," kata Nata memperkenalkan.

Bening mengejap. Mama? Itu berarti ... mantan istri Garda? Sepasang mata Bening mengamati wanita itu. Ia tampak elegan dan modis dalam balutan dress panjangnya. Meski sudah akhir tiga puluhan, tetapi Natalie tampak lebih muda. Kulitnya terawat dan pastinya Bening tahu itu juga hasil perawatan dengan harga bermiliar-miliar.

Selama ini Nata jarang membicarakan tentang mamanya. Bahkan di kamar Nata, tak ada satupun pas foto yang memperlihatkan kebersamaan mereka. Foto-foto Nata kebanyakan bersama Garda dan omanya.

"Natalie," kata wanita itu.

Bening tersadar dari lamunan. "Bening, Tante. Temannya Nata."

"Sahabat." Nata mengoreksi. "Karena Bening udah di sini, aku pamit dulu. Mama pulang aja. Nanti kita bicara."

"Nggak bisa, Natasha. Naik sekarang! Emangnya kamu nggak kangen sama Mama?" Natalie tampak bersikeras.

Nata mendengkus sejenak. "Mama jangan seenaknya, dong. Kangen? Mama ngomongin kangen sekarang? Ke mana aja?"

"Natasha ...," ujar Natalie sedikit penuh penekanan.

Bening tak mau berada di sana lebih lama lagi. Ia berkomentar, "Nat, pergi aja. Aku bisa pulang sendiri. Kita ketemu besok aja, oke?"

Lagi-lagi Nata berdecak. Bening menatapnya lama. Sampai akhirnya gadis itu menghela napas, wajahnya terlihat melunak dan pasrah. Senyum lebar terlukis di bibir Natalie. Dengan senang hati ia membukakan pintu mobil untuk sang putri. Meninggalkan Bening yang tercenung sendirian setelah Nata melambai padanya.

Mobil kian menjauh, Bening ditinggalkan. Meski begitu fokusnya hanya tertuju pada satu hal. Wanita itu. Natalie.

Sebentuk pertanyaan hadir dalam benak Bening. Kenapa Garda dan Natalie berpisah? Selama ini Nata hanya bilang karena sudah tidak cocok. Ibunya sibuk, Garda juga tak kalah sibuk. Jadi seringnya mereka melewatkan kebersamaan sebagai suami dan istri.

Pertanyaan lain hadir dalam benak Bening. Kenapa wanita itu datang lagi? Benarkah hanya karena merindukan Nata? Apa Garda mengetahuinya? Apa mereka pernah bertemu sebelum Bening mengenal Natalie tadi? Apa ... pertanyaan-pertanyaan lain mengendap begitu saja dalam pikiran Bening.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!