Nizma Aida Mahfud, gadis cantik putri sulung dari Ustad Yusuf Mahfud, pemimpin pondok pesantren Al Mumtaz. Berparas cantik dan lulusan Al-Azhar Kairo membuat dirinya begitu didamba oleh semua orang.
Namun dia harus menerima kenyataan ketika sang Abah menjodohkannya dengan seorang pria bernama Bagas Abimana. Pria menyeramkan penuh tatto di sekujur tubuhnya dan merupakan ketua geng preman penuh masalah dan jauh dari Tuhan.
Sebagai seorang putri yang berbakti akhirnya Nizma menerima perjodohan itu meski banyak pihak yang menentang.
Akankah Nizma mampu menaklukkan hati seorang Bagas yang sekeras batu? mungkinkah Bagas akan berubah menjadi sosok imam yang baik bagi Nizma? ikuti terus kisah rumah tangga dengan bumbu cinta didalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 bekal sebelum pergi
Bagas terus melengkungkan bibirnya ke bawah. Sementara Nizma membantu memakaikan jaket untuk suaminya.
"Abang kopi udah aku siapin dibawa ya. Terus ada beberapa cemilan keripik sekalian abang bawa juga." Bagas tak menjawab hanya mengangguk dan pasrah dengan perlakuan Nizma.
"ini rambutnya nggak dikuncir aja biar rapi?" Nizma melihat rambut Bagas yang masih tergerai dan menutupi sedikit wajahnya.
"Nggak usah, gini aja biar gendruwo takut lihatnya." ucap Bagas dengan wajah merajuk.
"ih, ya kalau gendruwonya takut, kalo malah naksir abang gimana? Kan abang ganteng." Nizma mencoba untuk menghibur Bagas agar tak lagi kesal.
"Kalau dia naksir, tinggal bilang kalau aku udah punya istri cantik di rumah." Bagas mendekati Nizma lalu mengecup bibirnya.
"Sayang banget udah tinggal dikit lagi padahal, apa aku bilang aja kalau nggak enak badan ya?" Bagas masih saja berusaha membahas kegalauannya.
"Sabar Abang, dahuluin kepentingan warga. Lingkungan sini akhir-akhir ini banyak maling." Nizma berusaha membujuk Bagas.
"Tapi besok aku harus berangkat ke Singapura, mana seminggu lagi." gerutu Bagas.
"Insya Allah. Kalau memang hubungan ini diijabahi oleh Allah maka semua akan dimudahkan Abang." senyum hangat Nizma tentu saja langsung meluluhkan Bagas.
"Ya sudah abang berangkat dulu ya. Kamu istirahat. Pintu aku kunci dari luar jadi kalau butuh apa-apa telfon atau chat aja." Bagas kembali memeluk Nizma.
Walaupun dengan langkah berat Bagas pun pergi menuju pos ronda. Memang benar Bagas harusnya mementingkan kepentingan umum sebelum kepentingan pribadinya.
Namun meski begitu Bagas tetap saja tak bisa menghilangkan wajah cemberutnya.
"Wahh, ini akhirnya Mas Bagas datang. Kopinya tidak lupa kan?" celetuk bapak-bapak.
"Ini, sudah siap kopi spesial buatan istri saya yang sek_" Bagas cepat-cepat menutup mulutnya. Sialnya sejak tadi Bagas terus terbayang-bayang tubuh indah Nizma apalagi saat membuat kopi terlihat begitu sexy.
"Tapi kok kecut gitu mukanya Mas Bagas? kurang jatah ya?" bapak-bapak tampak terkikik.
'Boro-boro kurang jatah, dapet aja belum.' Bagas merutuk dalam hati.
"Hmm.. Yaudah kita keliling saja pak RT." Bagas sengaja ingin menghindari bapak-bapak mulut lemes itu.
Entah kenapa mereka selalu suka meledek Bagas. Karena Bagas adalah pengantin baru dan warga penghuni baru di lingkungan tersebut. Mereka sebenarnya tak berniat membully hanya saja mereka ingin mengakrabkan diri dengan Bagas.
Bagas pun hanya bisa menghela nafas kasar. Dalam hati, kadang berpikir apakah hubungannya ini benar-benar mendapat Ridho-Nya.
'Ya Allah, apa memang aku ini benar-benar tidak pantas menjadi suami Nizma? Sampai ingin melaksanakan tugasku saja tak diberi kesempatan.' batin Bagas.
Namun saat Bagas baru berkeliling tiba-tiba seorang pria paruh baya menghampiri Bagas.
"Mas Bagas.."
"Pak Beni, loh bukannya Bapak masih di pekalongan?" tanya Bagas.
"Alhamdulillah balik duluan Mas, istri sama anak masih disana." ujar Pak Beni.
"Terus Pak Beni kenapa kesini? Bukannya istirahat dulu Pak?"
"Nggak ah Mas, saya pengen ngeronda aja. Di rumah nggak ada orang bosen. Kalau Mas Bagas mau saya gantiin lagi. Mas Bagas pulang aja." ucap Pak Beni.
Tentu saja Bagas seperti mendapat sebuah kesempatan emas. Kali ini tak ingin menyia-nyiakan kesempatan lagi. Dengan ceria Bagas langsung berpamitan kepada yang lainnya untuk pulang.
"Maklum pengantin muda lagi gencar-gencarnya nyetak pasukan." ujar bapak-bapak.
Sementara Nizma di rumahnya kini sedang menatapi dirinya di cermin. Dia belum mengganti pakaiannya dan masih memakai lingerie hitam yang begitu sexy untuknya. Dan bisa dibilang ini adalah pakaian sexy pertama yang Nizma kenakan seumur hidupnya.
Kulitnya yang putih bersih begitu kontras dengan warna pakaian tersebut sehingga tubuhnya tampak terekspos sempurna. Apalagi body nya yang aduhai selama ini tertutupi oleh gamis.
Nizma pun senyum-senyum sendiri kala mengingat Bagas yang sempat menjamah dirinya. Rasanya dia masih merasakan getaran aneh di tubuhnya. Setiap kali Bagas menyentuh area sensitif Nizma seperti merasakan ribuan kupu-kupu terbang di atas perutnya.
Tak ingin pikirannya semakin merebah jauh kini Nizma memutuskan untuk memakai lotion ke tubuhnya. Kebiasaannya yang selalu dia lakukan sebelum tidur untuk menjaga kelembaban kulitnya.
Namun tak berselang lama Nizma mendengar suara pintu terbuka. Dia pun heran padahal Bagas baru saja pergi setengah jam lalu.
"Astaghfirulloh. Jangan-jangan maling." Nizma mulai panik namun sedetik kemudian Bagas muncul di kamarnya.
Tanpa aba-aba Nizma langsung memeluk Bagas dengan erat.
"padahal baru ditinggal beberapa menit udah kangen banget ya." ucap Bagas sembari mengusap puncak kepala istrinya.
"Aku kira ada maling. Aku takut abang." Nizma masih memeluk Bagas.
"nggak akan ada maling yang berani masuk rumah ini Nizma. Kamu lupa kalau suamimu ini pengawal VVIP?" Bagas memang memasang keamanan khusus di kediamannya. Kamera CCTV tersembunyi di segala tempat bahkan tak diketahui oleh Nizma sendiri, alat penyadap serta pengawalan yang siap memantau keadaan mereka selama 24 jam.
Sedikit berlebihan memang tapi Bagas tak ingin mengambil resiko. Mengingat pekerjaannya yang acap kali menimbulkan masalah dengan musuh. Dia tak ingin terjadi sesuatu dengan istrinya.
"Kok abang sudah pulang?" tanya Nizma kemudian.
"Berarti abang diridhoi oleh Allah, kita dikasih waktu untuk berdua." Bagas tampak tersenyum manis hingga tampak lesung pipitnya.
"Boleh abang lanjutkan yang tadi?" bisik Bagas mesra. Nizma pun tersenyum sambil mengangguk.
Tanpa aba-aba Bagas langsung mengangkat tubuh Nizma ala Bridal dan membawanya ke atas ranjang.
Bagas kembali mengecupi sang istri. Dia begitu menikmati momen ini hingga saat tangan Bagas mulai menjamah area inti Nizma gadis itu menahannya.
"Kenapa?" Bagas mengerutkan alisnya.
"A-aku dengar, pertama kali melakukannya akan sakit banget ya abang?" ucap Nizma ragu-ragu.
"iya, itu akan sakit saat pertama kali. Tapi abang akan melakukannya dengan lembut dan pelan agar kamu tidak kesakitan." tatapan Bagas tak ayal membuat Nizma seolah terhipnotis. Dia pun menurutinya.
Bagas kembali melanjutkan aksinya. Perlahan namun pasti kini Nizma sudah tak lagi memakai sehelai kain. Namun berbeda dengan Bagas yang masih memakai pakaian lengkap.
Merasa tak adil Nizma hendak melepas kancing kemeja yang dipakai Bagas. Tapi tangan Bagas menahannya.
"Kenapa abang nggak lepas baju?" tanya Nizma lirih.
"Aku malu Nizma, tubuhku begitu kotor banyak tatto. Mungkin kamu bakal illfeell." Bagas menggigit bibir bawahnya.
"Abang, sudah aku bilang aku mau Abang. Aku menerima abang seutuhnya. Dan aku ingin melihat tubuh dan milik abang." ucapan Nizma tanpa sadar justru semakin meningkatkan gairah dalam diri Bagas.
Akhirnya dengan sekali gerakan satu persatu Bagas melepas pakaiannya. Tubuh kekar dengan perut kotak-kotak terlihat sempurna dengan tinggi badannya.
Tampak Tatto tergambar di sekujur tubuhnya menyisakan bagian lengan serta kaki kanannya saja.
Sisanya semua penuh dengan tatto bahkan tubuhnya bagian kiri sudah penuh akan gambar-gambar itu.
"beri aku bekal sebelum keberangkatanku Nizma. Jadikan malam ini malam terindah untuk kita berdua."
...****************...
Abang Bagas dengan rambut gondrongnya
Sama cntik
ahhh.. pinisirin.
lanjut thor