Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.
Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.
Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…
Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?
Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 : The Party
Sudah lebih dari dua puluh menit keduanya masih terjebak dalam lift. Keadaan yang membuang waktu untuk bisa sampai tepat waktu di acara.
Dalam keadaan gelap gulita terasa lebih menakutkan lantaran tidak adanya suara yang memenuhi ruangan balok itu, selama hampir setengah jam mereka hanya berdiri. Perlahan kaki Liliana terasa lemas, dengan model gaun yang dipakainya saat ini, tidak memungkinkan untuk dirinya jongkok. Diikuti kepalanya mulai sedikit pusing, penderita darah rendah sepertinya tidak disarankan untuk berdiri terlalu lama.
Keseimbangannya sedikit tidak teratur sampai kakinya bergerak kemana kemari menimbulkan suara dari ujung heelsnya.
"Apa anda ingin pingsan?" tanya Lucien tiba-tiba, yang entah dimana keberadaannya saat gelap ini.
Liliana terdiam sejenak, sebelum menjawab, "Tidak, saya hanya sedikit pusing."
Detik berikutnya lampu kembali nyala, lift bergerak kembali turun ke lantai 1. Masih perlu beberapa detik untuk mencapainya, tetapi tubuh Lilian bergerak semakin tak beraturan, ia tampak mulai berkeringat dengan berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Lucien melihat kondisinya, dengan sigap tangannya terulur menangkap tubuh Liliana yang hampir jatuh.
Pintu terbuka memperlihatkan beberapa orang telah menunggu diluar, Lucien segera menggendong gadis itu membawanya keluar. Dengan langkah tergesa ia menuju ke depan gedung apartemen, dimana Grack sudah menunggu disana.
Begitu tubuh Liliana didudukan ke kursi mobil, Lucien menutup pintu mobil dan berjalan ke sisi kanan mobil.
"Apa ada air minum, tuan?"
"Ada nyonya," balas Grack sembari menyerahkan segelas plastik botol kemasan ke Liliana dibelakangnya.
"Ah terimakasih—" Liliana mengambil air minum tersebut. Pusingnya perlahan mereda ketika aliran air sudah mencapai tenggorokannya. Tubuhnya pun perlahan kembali seperti sebelumnya.
Lucien duduk disamping gadis itu sambil menatap datar, memastikan jika gadis itu harus kuat untuk mengikuti acara ini.
Lucien memiringkan kepalanya, "What's happen to you?"
"Saya darah rendah, sangat lama menunggu didalam lift sehingga saya pusing. Maafkan saya sudah merepotkan anda, dan terimakasih," ucap Liliana dengan tersenyum menampilkan satu gigi gingsul miliknya.
Lucien menatap Liliana yang tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya, "Grack, tablet penambah darah milikmu, kau membawanya bukan?"
"Saya bawa tuan," jawab Grack seraya mengobrak-abrik kantong celana nya. Lalu menyerahkan pada Liliana, "Ini nyonya silahkan anda minum."
Gadis itu menerima dengan mantap, menolak pun tidak ada gunanya, Lucien hanya secara tidak langsung memaksa gadis itu untuk datang bersamanya.
~• suddenly become a bride •~
Tampak jelas dari kaca depan mobil jika masih ada beberapa mobil didepan mereka yang masih berjajar lurus kedepan, begitupun mobil yang dibelakang mereka. Liliana saling menggenggam tangannya, perasaan mulai tidak tenang meskipun dari tatapan ia begitu santai. Jantungnya berdebar kian cepat, remasan ditangan kian menguat saat ia melihat mobil bergerak kedepan mengambil antrian.
Setiap mobil yang datang akan berhenti tepat didepan pintu utama mansion itu, mengeluarkan tamu-tamu undangan yang berpenampilan berbagai macam, lalu mobil melanjutkan jalan dengan meninggalkan ruang untuk antrian mobil dibelakangnya.
Mobil yang ditumpangi Liliana tiba, gadis itu masih terduduk ditempat. Hal ini hanya untuk sekedar tampilan pertunjukan dimana Lucien sebagai pria akan membukakan pintu untuk Liliana, mengulurkan tangannya untuk digenggam—itulah yang dibayangkan Liliana sehingga ia masih diam dimobil.
Namun, yang terjadi beberapa saat ialah Grack yang membukakan pintu untuknya.
Liliana keluar bak seorang princess, ia berjalan memutari mobil untuk mencapai Lucien. Langkah anggun diikuti gaun yang bergerak halus menyesuaikan jalannya. Liliana menggandeng lengan Lucien, keduanya masuk. Seluruh perhatian tertuju pada mereka, seolah mereka menjadi spotlight, diantara banyaknya insan yang memenuhi ruangan.
Kedua pasangan itu melangkah berirama menghampiri meja tempat keluarganya. Jika membicarakan fisik keduanya sudah sangat sempurna sebagai pasangan, Lucien dengan tubuh tinggi nan gagahnya, serta wajah tampan yang diukir sempurna. Begitupun dengan Liliana, wajah mungil nan cantiknya sungguh mendeskripsikan seorang peri dibayangkan orang-orang, ditambah tubuh tinggi dan proporsional miliknya.
"Selamat malam semuanya," sapa Lucien dimeja yang sudah terisi keluarga Dravenhart.
"Malam Lucien, duduklah, sambutan masih sebentar lagi," ucap Dewi pada cucunya.
Tatapan Dewi tertuju pada Liliana, dimana gadis itu terlihat begitu percaya diri saat bergerak, tenang dalam tatapannya dan sangat anggun saat tersenyum.
Selang beberapa menit tatkala semua tamu telah datang, seseorang berjalan dihadapan semua tamu, beliau mengatakan beberapa kalimat untuk mempersilahkan Lucien sebagai pengantin.
Pria itu dengan tegas menatap seluruh tamu dalam beberapa detik, dengan tangannya yang membawa gelas champaign. Tidak ada kebisingan yang tercipta didalam ruangan tersebut, kecuali instrumen musik yang mengalun lembut sebagai latar suara ketika pria itu akan berpidato singkat.
"Selamat malam, Tuan dan Nyonya, keluarga dan sahabat yang kami hormati."
"Dua hari yang lalu kami telah mengucap janji suci dan malam ini— terimakasih telah hadir untuk merayakan kebahagiaan bersama, dalam suasana yang hangat."
"Izinkan kami mengajak anda semua untuk mengangkat gelas—" Lucien kemudian mengangkat gelas champaign miliknya sebelum melanjutkan kalimat, seraya menunggu semua tamu yang hadir mengangkat gelas masing-masing.
Ia kembali mendekatkan bibir kearah microphone, "Untuk cinta yang tulus, serta kebahagiaan yang selalu menyertai." Lalu terakhir ia meminum champaign tersebut diikuti oleh semua tamu.
Beberapa menit telah terlewati, hingga rangkaian acara hampir rampung, tersisa acara terakhir dimana sang pengantin akan memulai dansa pertama dihadapan para tamu.
Didepan sana, seorang MC membuka suara, "Ladies and Gentleman, please welcome the bride and grom for their first dance!"
Liliana melangkah bersama Lucien disampaingnya, berdiri dihadapan semua orang, lampu menyoroti keduanya. Dalam semalam gadis itu merasakan bagaimana hidupnya seorang princess di dongeng.
Keduanya saling beradu pandang, seolah dunia hanya diis oleh mereka. Perlahan salah satu dri masing-masing tangan mereka bergerak ke udara kemudian bertaut satu sama lain, tangan Liliana yang lain jatuh pada bahu Lucien. Sementara sisi tangan lain Lucien bertumpu pada pinggang kecil Liliana.
Musik mulai mengiringi keduanya, gerakan demi gerakan tercipta seirama, dengan perlahan tetapi tepat. Lucien tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Liliana, tatapannya datar. Gadis itu merasa gugup saat manik kebiruan Lucien seolah menusuk halus pada respon tubuhnya.
Hingga diakhir dansa, tubuh keduanya saling menempel. Lengan Lucien melingkar di pinggang Liliana. Gadis itu tersenyum, secara spontan usai dansa mereka tercipta dengan indah.
Detik berikutnya, ia terkejut sangat terkejut saat pria itu dengan lancangnya mendaratkan bibir tebal miliknya dibibir Liliana. Gadis itu berusaha mengontrol respons dirinya untuk tidak langsung mendorong pria itu.
Ketika sorot lampu kembali menyeluruh, tidak berfokus pada keduanya. Lucien menjauhkan bibirnya dari Liliana.
Tiba waktunya after party, dimana tamu menikmati hiburan dengan santai. Berbincang, berdansa atau networking. Disisi kiri dan kanan tersedia meja panjang yang berisi berbagai makanan dan minuman.
Sementara dua pasangan tersebut saling bergandengan, hingga datang beberapa klien yang akan berbincang singkat dengan mereka. Hanya sekedar membicarakan bisnis, atau hanya sekedar memuji kecantikan dan ketampanan pasangan itu.