Dalam setiap perceraian, korban paling nyata adalah anak. memiliki orang tua yang tidak pernah harmonis adalah pukulan telak untuk seorang anak yang sudah mulai mengerti arti sebuah keluarga, itulah yang dialami Arkana.
Diusia remaja yang butuh perhatian penuh dan bimbingan untuk menentukan jati diri, Arkan malah mengalami keterpurukan atas perceraian kedua orangtuanya. dia tidak menemukan kehangatan dan dia selalu mencari perhatian dengan cara brutalnya.
Mungkinkah akan ada ruang teduh untuknya merasakan kehangatan ??
Bisakah dia melewati masa transisinya dengan baik ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sakabiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Vero
Lanina kembali ke kelas, Ami dan beberapa teman sekelasnya sudah menunggu dengan rasa ingin tahu mereka yang tak terbendung lagi. Saat Nina duduk di bangkunya, teman-teman langsung mengerubuni Nina dan bersiap mengintrogasi.
"Ada apa sih? Ada apa sih?" tanya si heboh, Tania.
"Cerita dong, jangan bikin penasaran!" desak temannya yang lain, Nina sampai bingung harus jawab apa, teman-temannya membuatnya merasa gerah.
"Kamu gak takut sama papinya Kayla?" tanya Ami kali ini, dia juga tampak gak sabar mendengar cerita Nina yang selama hampir 15 menit bermediasi di ruang kepala sekolah.
"Kenapa harus takut? Papinya Kayla sangat baik, dia sangat bijak!" kata Nina, banyak temannya yang tidak percaya dengan pernyataannya itu.
"Yang bener??"
"Oh, begitu ya?"
"Wah, kirain dia bakalan marah besar karena anaknya dilaporkan seperti ini."
Begitulah tanggapan-tanggapan dari teman-teman yang masih setia menyimaknya saat ini. Nina gak terlalu cemas, dia lega karena dia merasa masalahnya dengan Kayla sudah selesai.
"Papinya Kayla itu seorang penegak hukum yang sangat tegas dan bijak, apa yang harus ditakutkan?" kata Nina.
"Aaaah, syukurlah ... jadi masalah ini cepat selesai dan gak berlarut-larut lagi!" kata Ami.
Tak lama kemudian Vero datang dan masuk ke dalam kelas, kedatangannya membuat seisi kelas terdiam. Biasanya Vero mampir ke kelas 12b ini kalau dia ada perlu pada Arkan, sedangkan sekarang Arkan sudah seminggu tak masuk sekolah. Teman-teman sekelas Nina heran dan bertanya-tanya, ada apa Vero masuk ke kelas mereka?
Vero mendekat kearah kerumunan, Nina mulai merasa deg-degan lagi.
"Kalau Kayla labrak kamu lagi, kamu jangan takut buat bicara sama Pak Chandra!" kata Vero membuat orang-orang meleleh dengan sikap tegasnya.
"I-iya! M ... terimakasih banyak ya, buat semuanya," kata Nina malu-malu.
"Kalian juga ya, kalau ada hal-hal yang tidak menyenangkan yang sengaja atau gak sengaja kalian lihat, kalian harus berani bicara!" tambah Vero membuat aura kepemimpinannya terpancar sempurna, sikapnya itu semakin membuat teman-teman sekelas Nina meleleh.
"Kandidat calon ketua BEM di kampus kelak," bisik salah satu siswa, mereka semakin klepek-klepek pada Vero.
"Terimakasih ya Vero," kata seseorang di belakang Nina, Vero hanya mengangguk.
"Oh iya ...." Nina menarik sesuatu dari tasnya, jersey Vero yang sudah terbungkus rapi. Lalu dia berjalan mendekat kearah Vero.
"Ini punya kamu, terimakasih banyak sekali lagi," ucapnya lalu dia sodorkan bungkusan kecil itu. adegan itu sungguh manis, membuat orang seisi kelas merasa baper dan iri.
"Ya." Vero menerimanya.
"Keberanian kamu, memotivasi kami untuk speak up jika menghadapi masalah seperti kemarin!" kata Nina.
"Jangan takut, kita semua punya hak yang sama," ucap Vero dengan kata-kata bijaknya lagi.
Setelah itu Vero berlalu, dia pergi dari kelas Nina meninggalkan teman-temannya yang terlihat terhanyut dan semakin kagum dengan sosok Vero.
"Ya ampun, ternyata Vero tuh baik banget ya, dia bijak dan sikapnya benar-benar dewasa!" kata Tania penuh kekaguman.
"Jauh dari image yang kita tahu selama ini, kita kira Vero itu angkuh dan tidak peduli dengan teman-teman sekolahnya, ternyata dia sangat peduli dengan kita semua," imbuh Ami.
Nina malah senyum-senyum sendiri, dia jadi terbawa perasaan dengan sikap Vero tadi.
Sepertinya Nina mengalami serangan panah asmara dari Vero dan itu tepat menancap di hatinya. Dia kagum dengan aksi heroik Vero kemarin sampai hari ini. Vero benar-benar sudah jadi tameng untuk Nina. dia melindungi Nina dari tindakan Bulliying yang Kayla lakukan.
Tapi, di lubuk hatinya yang terdalam Nina hanya mampu mengagumi Vero dari kejauhan. Rasa kagum itu tak mungkin pernah dapat dia curahkan. Dia sadar betul kalau mengharapkan Vero adalah satu hal yang mustahil untuknya.
Jam pelajaran sudah selesai.
Satu persatu para siswa pergi meninggalkan sekolah tercinta mereka. Nina juga bergegas, setelah menjalani kegiatan belajar setengah hari di sekolah dia harus melanjutkan peran lainnya sebagai guru privat Arkan.
Nina tetap semangat, dia tak merasa lelah walau Arkan masih berdiri tegak di atas pendiriannya. Dia tidak menyerah walau Arkan tak pernah memberikan respon positif padanya. Dia akan terus mencoba sampai Arkan mau menyambut niat baiknya.
Ami sudah pergi bersama ayah yang senantiasa menjemputnya dengan sepeda motornya. Setelah memastikan Ami benar-benar berlalu, Nina menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke rumah Arkan. Nina menunggu di halte dekat sekolah.
Tiba-tiba ....
Vero berhenti tepat didepannya, Vero menepikan sepeda motornya tepat didepan Nina yang terpaku seketika. Vero membuka kaca helm fullfacenya.
"Mau pulang bareng?" tanya Vero benar-benar membuat Nina hampir terkena serangan jantung, Nina belum jawab dan dia malah bengong tak bereaksi.
"Hey!" sadarkan Vero, Nina jadi malu.
"Oh, m ... gak usah, terimakasih," sahutnya.
"Kenapa? Gue bawa dua helm kok," kata Vero lalu dia berikan satu helmnya pada Nina yang semakin tak bisa mengendalikan perasaan gugupnya.
"M. .. aku biasa naik angkot."
"Kamu gak pernah naik motor sebelumnya? Kalau takut jatuh, kamu bisa pegangan kan?" Vero malah menggodanya, Nina semakin tersipu malu.
"Nih." Vero memaksa Nina untuk menerima helm yang dia sodorkan, walaupun masih ragu Nina pun mau menerima tawaran manis itu.
Nina pakai helm itu lalu dia naik tepat dibelakang punggung Vero, jarak mereka sangat dekat saat ini. Nina semakin gugup bahkan Vero bisa merasakan kedua kaki Nina bergetar cukup hebat. Vero menoleh lalu tertawa kecil.
"Kenapa?" tanya Vero
'Aaah, aku gak bisa mengendalikan rasa gugup ini, duh jadi malu,' batin Nina.
"Jangan takut, aku gak akan ngebut-ngebut kok," kata Vero lalu dia mulai menghidupkan kembali mesin motornya.
Banyak yang melihat momen itu, Nina benar-benar membuat banyak orang iri dengan nasib baik yang dia dapat belakangan ini.
Vero memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang, dia tahu saat ini Nina sangat gugup. Vero malah senyum-senyum sendiri.
"Oh iya, rumah kamu dimana?" tanya Vero sedikit berteriak.
"M ... sebenarnya, aku harus ke rumah Arkan," sahut Nina, Vero tidak mengerti.
"Hah?"
"Tolong antar aku ke rumah Arkan," kata Nina lagi memperjelas maksudnya, Vero masih belum mengerti.
"Arkan? Ngapain ke rumah dia?"
"M. .. sudah beberapa hari aku nemenin dia belajar di rumahnya," sahut Nina, Vero masih mencoba mengerti dan mencerna maksud Nina.
"Oh ya?"
"Iya."
"Kok si Arkan gak pernah cerita."
"M. .. sebenarnya dia gak mau aku datang ke rumahnya, tapi Ayahnya yang nyuruh aku secara langsung, makanya aku gak bisa menolak."
"Oh, gitu ya ...."
"Iya, tapi dia benar-benar keras kepala! Dia masih gak mau di bujuk untuk kembali ke sekolah."
"Saat ini perasaannya sedang sangat terluka, kamu tahu kan orang tuanya baru saja bercerai?"
"Iya."
"Dia masih kecewa mungkin, tapi ... aku yakin, dia pasti bisa melunak lagi nanti."
"Semoga ..." harap Nina, tak terasa mereka mengobrol cukup panjang sampai Nina tak terlihat canggung lagi.
"M ... beruntung banget si Arkan," kata Vero dengan nada bergurau.
"Beruntung?" tanya Nina tak mengerti.
"Iya, bisa belajar secara privat sama kamu."
"Oh ...." Nina tersipu lagi.
"Bolehkan hari ini aku ikut jadi murid kamu juga?" goda Vero, Nina tersenyum simpul. Dia gak jawab, dia malah merasa semakin salah tingkah.
"Gimana? Boleh?" tanya Vero berharap.
"M. .. tentu saja, kita bisa belajar sama-sama."
Vero terlihat senang, sepertinya dia punya maksud lain. dia tidak menunggu lama untuk mendekati Nina. Dia tidak peduli tentang kehidupan Nina, dia hanya ingin mengenal gadis tangguh yang sedang dia bonceng saat ini.
Pribadi Nina benar-benar menarik atensinya, dia sungguh tertarik dengan Nina.
ko tokohnya sm kaya d platform sebelah y arkana n lalina 😂