NovelToon NovelToon
Misteri Kutukan Kastil Tuan Edward

Misteri Kutukan Kastil Tuan Edward

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romantis / Misteri / One Night Stand / Cinta Terlarang / Suami Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tiara sari

Fania seorang gadis cantik yang berasal dari desa, ia seorang anak art yang bekerja di sebuah rumah mewah.

Rumah yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggalnya, menjadi misteri oleh penghuni desa, karena rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh pemilik rumah.

suatu ketika Fania mendengar suara aneh dari balik kamar, kamar yang terbilang aneh itu membuat Fania penasaran.

Saat melihat itu Fania merasa.... mau tau kelanjutan ceritanya, jangan lupa baca terus novel ini ya semoga kalian suka dengan karyaku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. hasrat kerinduan

"Bagaimana... Bagaimana bisa Fania memiliki kekuatan seperti itu."

Fania menetap telapak tangannya secara bergantian, "Ada apa dengan tubuhku. Kenapa orang itu merasa panas saat menyentuhku."

"Kalian kenapa?" tanya pria bertubuh gendut kepada kedua anak buahnya.

"Dia aneh bos. Dia seperti memiliki ilmu sihir." jawab pria itu melihat bahwa tangannya sudah terluka.

"Jangan bohong kalian, dia hanya manusia seperti kita bukan alien yang memiliki kekuatan." ujarnya yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan anak buahnya.

"Kalau bos gak percaya silakan sentuh dia." lelaki itu baju selangkah, dan benar saja belum dia pegang pria itu segera menarik tangannya barulah ketiga pria tersebut pergi.

Fania merasa bingung dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa memiliki kekuatan. Ini bukan dunia novel atau dunia kerajaan, tapi kenapa ia memiliki kemampuan luar biasa.

Edward seketika mengubah wujud menjadi manusia, dia datang menghampiri Fania saat wanita itu ingin masuk ke dalam.

"Fania." Fania berbalik dan melihat pria yang selama ini dia rindukan, Fania dengan cepat memeluk pria itu membuat Edward tersentak.

Selama ini dia belum pernah di peluk dengan tulus oleh wanita, kali ini dia merasakan hal aneh itu. Setiap dia di dekat Fania rasanya sangat beda, seperti ada yang mengalir di dalam tubuh.

Fania melepaskan pelukan sambil menatap Edward dengan hangat, "Edward, kenapa kamu ada di sini. Kenapa kamu bisa tahu aku tinggal di sini."

"Ceritanya boleh di dalam saja. Gak enak Fania kalau kita lama-lama di luar, apalagi suasana di sini sangat dingin." kata Edward, Fania mengangguk dan mereka berdua masuk ke dalam rumah.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku Edward. Kenapa kamu bisa tahu alamat rumahku." Fania menatap Edward yang duduk dengan diam, dia sama sekali belum menjawab hanya menatap Fania begitu dalam.

Edward memutuskan berpindah tempat duduk, dia tetap diam tidak merespon apapun yang diucapkan Fania. Lalu wanita itu seketika terkejut saat Edward tiba-tiba saja menciumnya, Fania dengan cepat mendorong tubuh Edward.

Karena kekutan Edward lebih besar dari Fania, Fania cuman bisa pasrah dengan apa yang dilakukan Edward.

Edward semakin memperdalam ciuman, melihat Fania tidak menolak Edward dengan cepat memperdalam ciuman yang dia lakukan di bibir Fania.

Keduanya sama-sama saling menikmati satu sama lain, sampai ciuman itu terlepas membuat Fania terengah-engah. Edward menyentuh bekas bibir Fania yang baru saja dia cium.

"Maaf aku kelepasan Fania." ucap Edward merasa bersalah dengan apa yang dia perbuat.

"Gak Apa-apa Edward." Fania melepaskan kerinduan dengan memeluk tubuh Edward dengan erat begitu juga dengan Edward.

Fania duduk di pangkuan Edward saat Edward terus mengelus rambut dan wajahnya dengan lembut. keduanya saling menikmati momen berdua, sampai akhirnya Edward mengajak Fania ke kamar untuk tidur bersama.

Awalnya mereka saling diam tidak ada suara di antara mereka, sampai Edward membalikan badan buat menatap wajah Fania.

"Fania."

"Hem."

"Kenapa kamu gak bilang kalau kamu gak tinggal di tempat kamu yang lama." Fania berbalik menatap Edward, lelaki itu menatapnya dengan tatapan hangat.

"Maaf. Aku merasa aku harus meninggalkan tempat itu."

"Kenapa?"

"Karena kalau aku kelamaan di sana nyawaku terasa terancam." Fania tidak berani mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi.

...•••...

Sebelum Fania memutuskan keluar dari rumah tersebut, Fania merasa di teror setiap harinya. Mulai dari suara aneh, sampai ia mendapatkan kirimin sebuah paket yang isinya sebuah ancaman.

Fania tidak habis pikir dengan orang yang mengirim ancaman tersebut, dari awal dia tinggal di sana bersama dengan ibunya. Ini pertama kalinya Fania merasa tidak nyaman tinggal di rumahnya sendiri, Fania memutuskan untuk pindah dan pergi dari kota asalnya.

Setelah pergi hidupnya terasa damai tidak ada gangguan lagi, "Karena aku ingin hidup mandiri aja, lagian tinggal di kampung gak bisa mendapatkan uang lebih banyak."

Edward mengangguk, lalu ia berusaha memejamkan mata tetapi hasilnya nihil. Dia sama sekali tidak bisa tidur, sedangkan Fania sudah tidur nyenyak.

Edward merasa tidak nyaman karena harus tidur di samping Fania, apalagi saat kejadian di ruang tamu. Dia merasa bodoh sudah berani mencium bibir Fania tanpa izin, entah kenapa bibirnya sangat enak seperti anak kecil ingin mencicipi sebuah permen.

Itulah yang dirasakan Edward, saat itu Edward merasa hawa panas di tubuh merasa aneh. Ada sesuatu yang ingin Edward rasakan, tetapi ia urungkan niat itu dia tidak mau kalau dirinya merenggut apapun yang bukan menjadi miliknya.

Kecuali Fania yang memberikan itu dengan senang hati, "Fania."

Edward menyentuh pundak Fania dan menggoyangkan pundaknya, Fania sama sekali tidak bereaksi, mungkin wanita ini sudah tertidur lelap sampai Edward memanggil saja tidak ada sahutan.

"Fania." Edward memanggil yang kedua kalinya, sekujur tubuhnya terasa menggigil tanpa sadar tangan Edward masuk ke dalam selimut yang dikenakan Fania.

Fania merasa ada sesuatu yang hangat masuk ke dalam selimut, Fania membuka mata melihat siapa yang hangat itu. Ternyata ada sebuah tangan masuk ke dalam selimut dan memeluknya dengan erat.

Fania tersenyum dan mengelus tangan tersebut Edward tersadar lalu berkata, "Kamu belum tidur Fania."

"Aku terbangun saat aku merasakan ada sesuatu yang aneh di balik selimut, ternyata tangan kamu yang masuk dan memelukku." ucap Fania dengan lembut.

"Maaf aku sudah mengganggu waktu tidur kamu." timpal Edward merasa bersalah sudah mengganggu tidur Fania.

Fania berbalik melihat Edward, "Ada apa? Kenapa kamu belum tidur juga."

"Fania."

"Hem."

"Apa aku boleh minta sesuatu sama kamu." kata Edward ragu.

"Apa itu." jari tangan Edward menyentuh bibir Fania dengan lembut, Fania yang mengerti maksud dari Edward menyetujui keinginan pria ini.

Edward mendekat dan mengambil bibir manis Fania, Edward terus menciumi dan menghisap bibir manis Fania dengan lembut dan ganas. Fania terus mengikuti gerakan yang diberikan Edward, sampai lidah mereka masuk ke dalam untuk mencari kenyamanan.

Mungkin hanya sebuah ciuman saja yang mereka lakukan, tetapi bagi mereka ini sangatlah nikmat sampai-sampai Edward menginginkan hal lebih dari sekedar ciuman.

Edward berpindah tempat, kini tubuh Fania sudah dia kuasai sedangkan dia berada di atas dan Fania berada di bawah menikmati apa yang dirinya berikan.

Fania melingkarkan kedua tangannya ke leher jenjang Edward, mereka sama sekali belum melepaskan ciuman yang mereka lakukan. Tangan nakalnya masuk ke dalam piyama yang dikenakan Fania, lelaki itu mengelus dan meraba bagian tubuh Fania.

Sampai tangan tersebut bertemu sebuah benda kenyal yang belum Edward kenali, benda itu begitu besar dan kenyal. Edward belum pernah merasakan benda kenyal itu, tapi kali ini dia merasakannya.

"Hem... Ahh..." Fania tanpa sadar mend3s4h hebat saat dua gunung yang dia jaga di sentuh dan diremas dengan kuat.

Kekuatan Edward sangatlah luar biasa, ini pertama kalinya Fania merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Ciuman itu berpindah ke leher jenjang Fania yang begitu harum dan wangi, tangan Fania meremas bagian punggung Edward Dnegan kuat saat Edward terus menyentuh tubuhnya tanpa ampun.

Edward menghentikan permainannya lalu kini dia beralih menatap wajah Fania dengan lembut, "Boleh aku melakukannya malam ini Fania. Apa kamu mengizinkan aku menyentuh tubuhmu."

Ekspresi wajah Edward sudah dipenuhi api gairah panas yang terus membakar, Fania mengangguk dan menyetujui keinginan pria ini. Karena Fania sudah tidak tahan untuk disentuh lebih dalam lagi, dan benar saja dugaannya Edward sudah menyentuhnya kembali.

Kali ini sentuhannya terasa berbeda dari sebelumnya, seperti ganas tidak lembut kaya awal. Edward semakin percepat tempo permainan, membuat Fania pasrah dan tidak berdaya untuk mengimbangi kekuatan yang dimiliki Edward.

Kekuatannya sangat luar biasa melebihi kekuatan manusia pada umumnya, Fania berusaha menahan gejolak api tersebut tapi tidak bisa. Dia ingin melakukannya lagi dan lagi, itupun yang dirasakan mereka berdua.

Entah udah berapa lama mereka melakukan itu, sampai sekarang pun Edward belum menghentikannya.

Edward melihat bahwa Fania sudah mulai kelelahan, dia meringankan tempo kecepatannya dan mengakhiri permainannya kali ini. Tetapi dia tidak ingin mencabut benda pusaka yang tertanam di dalam tubuh Fania, Fania terlelap begitu juga dengannya.

seluruh keringat yang mengalir di tubuh mereka sudah mereka abaikan, ditambah rasa nikmat yang mereka lakukan bersama membuat keduanya sama-sama menikmati satu sama lain.

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!