NovelToon NovelToon
Hanya Sebatas Ranjang

Hanya Sebatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Angst
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Berawal dari ketidaksengajaan lalu berujung pada pernikahan yang tidak direncanakan. Nadia yang mencoba bertahan hidup dengan menggantungkan harapannya pada pernikahan yang hanya dijadikan sebagai hubungan sebatas ranjang saja, tak mengira hidupnya akan berubah setelah ia memberi Yudha seorang anak yang diidam-idamkan.

“Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena kita sama-sama saling membutuhkan,” kata Yudha.

“Tapi bagaimana jika kamu yang lebih dulu jatuh cinta padaku?” tanya Nadia.

“Tidak akan mungkin itu terjadi,” sarkas Yudha.

Lantas bagaimanakah kelanjutan hubungan pernikahan Nadia dan Yudha yang hanya sebatas ranjang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10. Merasa Bersalah

Merasa Bersalah

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan ...”

Beberapa kali menghubungi, beberapa kali juga kalimat itu yang terdengar. Bu Nana sampai meniupkan napasnya resah. Padahal Yudha meminta ia menghubungi kembali Nadia untuk memberinya kesempatan sekali lagi bekerja di King and Queen Hotel. Tetapi sayangnya ponsel Nadia tidak bisa dihubungi.

Ada apa dengan Nadia?

“Maaf, Pak. Nadia tidak bisa dihubungi. Nomornya tidak aktif,” kata Bu Nana sembari menggeleng pelan.

“Coba sekali lagi. Siapa tahu ada kesalahan jaringan.” Entah mengapa sejak melihat Nadia mengamen di jalanan, perasaan ibanya muncul begitu saja. Yudha tak bisa membayangkan seperti apa kesulitan yang dialami Nadia sejak ia pecat dari pekerjaannya.

Perasaan iba Yudha itu muncul bersamaan dengan perasaan khawatir dengan keselamatan hidup gadis itu. Apalagi seperti kata Bu Nana bahwa gadis itu adalah seorang yatim piatu. Hidup yang dijalani gadis itu pasti tidak mudah.

“Tidak bisa dihubungi, Pak. Nomornya masih tidak aktif,” ujar Bu Nana usai mencoba menghubungi Nadia sekali lagi seperti perintah atasannya. Tetapi hasilnya tetap saja nihil.

Yudha menghela napas. Ia tampak sedang berpikir sejenak. Beberapa menit kemudian ia lantas berkata, “Bu Nana tahu alamat tempat tinggalnya?”

“Dia sudah tidak punya tempat tinggal lagi, Pak. Dia sudah diusir dari rumahnya ...” Akhirnya Bu Nana menceritakan apa yang terjadi pada Nadia seperti yang ia ketahui dari Nadia sendiri. Rumah orang tua Nadia yang menjadi satu-satunya tempat berteduh gadis itu sudah digadaikan beberapa tahun lalu. Karena tidak sanggup melunasi hutang yang ditinggalkan mendiang kedua orangtuanya, rumah itu pun kemudian disita.

Yudha menyandarkan punggung bersamaan dengan helaan napas pelannya. Teringat ketika malam kemarin ia tak sengaja bertemu Nadia, rupanya malam itu Nadia terlunta di jalanan karena tidak punya tempat untuk berteduh. Kemungkinan besar gadis manis itu juga tidak punya uang yang cukup untuk menyewa tempat tinggal. Jika seperti itu keadaannya, lalu di mana gadis itu tidur kemarin malam?

Diam-diam ada perasaan bersalah menyelinap masuk ke dalam sanubari Yudha. Ia teringat kembali bagaimana gadis itu memohon untuk tidak dipecat. Padahal gadis itu sedang sangat membutuhkan pekerjaan, tetapi dia rela kehilangan pekerjaannya karena tidak ingin orang lain kesusahan karena ulahnya.

Bukan hanya Nadia, Yudha juga teringat kembali bagaimana keputusan yang diambilnya terlalu cepat ketika ada karyawan yang melakukan kesalahan. Mungkin saja kesulitan yang mereka hadapi sama persis seperti Nadia.

“Bu Nana, saya mau bertanya sesuatu. Tolong jawab saya dengan jujur,” kata Yudha kemudian. Membuat Bu Nana sedikit terkejut.

“Pak Yudha mau bertanya soal apa? Kalau saya melakukan kesalahan lagi, tolong maafkan saya, Pak.” Walaupun Yudha sudah memberinya kesempatan, namun perasaan khawatir masih ia rasakan. Sebab Yudha merupakan sosok yang dikenal berhati dingin dan tak kenal ampun.

“Bukan, bukan tentang itu, Bu Nana. Saya hanya ingin mendengar pendapat Bu Nana tentang saya.”

“Maksud Pak Yudha? Saya kurang mengerti.”

“Sikap yang saya ambil dengan memecat karyawan yang melakukan kesalahan tanpa memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya itu, apakah sudah benar?”

Bu Nana menelan ludah. Terus terang saja ia tidak berani jujur dengan sikap atasannya itu. Kepemimpinan Yudha sungguh jauh berbeda dengan Tuan Malik, ayahnya.

Tuan Malik dikenal baik hati dan bijaksana. Satu kesalahan yang dilakukan karyawan tidak lantas membuat beliau cepat mengambil keputusan untuk memecat mereka. Sikap yang beliau ambil adalah memberi mereka kesempatan. Apalagi jika karyawan itu sudah berkeluarga. Sebab beliau tahu seperti apa beban hidup yang mereka tanggung.

“P-Pak Yudha sudah melakukan hal yang benar. Itu sudah menjadi resiko atas kesalahan yang mereka perbuat. Pak Yudha sudah melakukan tindakan yang benar,” ujar Bu Nana sedikit terbata, sebab kalimat yang keluar dari mulutnya itu tidak sesuai dengan isi hatinya.

“Saya ingin jawaban yang jujur, Bu Nana. Bu Nana tidak perlu menyembunyikan apapun dari saya. Tidak apa-apa, katakan saja. Saya mungkin akan mengkaji ulang keputusan-keputusan yang pernah saya ambil sebelumnya.”

Baru kali ini Yudha merasa sudah jahat sekali sebagai manusia. Mungkin karena sikapnya inilah yang membuat hidupnya nelangsa. Siapa yang tahu, sakit hati dari banyak karyawan yang sudah ia pecat dulu itu berimbas buruk pada hidupnya. Mungkin itu sebabnya juga ia tidak bisa menjadi seorang ayah. Sebab ada sakit hati seorang ayah yang lain ketika pegangan hidup mereka ia patahkan.

Beberapa dari karyawan yang pernah ia pecat dulu adalah laki-laki yang sudah berkeluarga. Laki-laki yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya namun kebahagiaannya ia rampas.

Yudha merasa berdosa. Sikapnya itu sudah menyengsarakan hidup orang lain. Sehingga balasan dari apa yang pernah ia lakukan dulu itu pun kini sudah ia rasakan. Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk merasakan kebahagiaan dengan menjadi seorang ayah.

****

“Silahkan dihitung kembali,” kata seorang penjaga toko ponsel, tempat Nadia menjual ponselnya.

Uang hasil mengamen pagi tadi tidak cukup untuk Nadia menyewa sebuah kamar kost. Uang itu hanya cukup untuk makan saja. Sehingga terpaksa ia menjual ponselnya, satu-satunya harta yang ia punya.

“Sudah pas. Terima kasih,” kata Nadia seusai menghitung uang yang diberikan.

Setelah mendapatkan uang dari hasil menjual ponsel, Nadia kemudian menyewa sebuah kamar kost sederhana dan terjangkau. Rencananya sebagian uangnya akan ia gunakan sebagai modal untuk menjual kue.

Selesai merapikan kamar kost, Nadia kemudian pergi ke swalayan terdekat untuk berbelanja bahan-bahan kue.

Sementara di lain tempat, di sebuah rumah sakit terbesar di kota itu, Maura sedang duduk di depan meja kerja seorang dokter tampan. Wanita itu duduk dengan menopang dagu sembari matanya awas memandangi wajah tampan sang dokter yang tengah sibuk memeriksa sebuah berkas.

Dia Dokter Rizal, dokter spesialis kanker yang merawat Maura, sekaligus sahabat terdekat Maura dan Yudha. Sahabat sejak dari bangku perguruan tinggi sampai sekarang.

Dokter berparas tampan yang masih betah melajang itu kemudian menutup berkas, lalu mengangkat wajahnya, menatap Maura yang tak henti memandanginya sedari tadi.

“Berhenti menatapku seperti itu,” kata Rizal. Ia merasa risih terus-terusan dipandangi saat ia sedang bekerja. Padahal ada banyak tumpukan majalah di meja tamu yang bisa digunakan Maura untuk mengusir rasa bosan, bukan malah memperhatikannya seperti ini.

Maura menggeleng, disertai dengan senyuman.

“Kalau aku berhenti, nanti mataku bisa sakit,” dalih Maura melupakan siapa dirinya.

“Justru matamu nanti sakit kalau kamu terus-terusan menatapku seperti itu, Maura. Jujur aku merasa risih. Aku jadi tidak nyaman bekerja.”

Bukannya berhenti menatap Rizal, Maura malah mengulurkan tangannya, melepas kacamata yang bertengger di hidung lancip dokter itu.

“Rasanya sudah lama aku tidak melihat wajahmu tanpa kacamata ini.” Maura melipat kacamata itu lalu menyimpannya ke dalam tasnya.

“Ra, kembalikan.”

“Kamu tahu tidak, kamu jauh lebih tampan tanpa kacamata.”

Rizal menarik sudut bibirnya. “Omong kosong. Bukankah suamimu jauh lebih tampan? Dia juga jauh lebih mapan. Apakah itu sebabnya kamu memilih dia?”

“Tidak juga. Kamu keliru kalau menilaiku seperti itu. Aku memilih dia karena aku merasa kecewa pada seseorang. Dan kekecewaan itu sekarang berubah menjadi perasaan bersalah. Aku merasa bersalah dengan pilihanku.”

-To Be Continued-

1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si Maura sok paling tersakiti...
Elisabeth Ratna Susanti
wah parah nih cowok
Elisabeth Ratna Susanti
wah mulai gaswat nih
🌞MentariSenja🌞
maukah kamu menjadi pacarku?
🌞MentariSenja🌞
ya gak salah klo nanti Yudha berpaling, aku dukung mlh.
ngomong rindu tp giliran diladeni ngomong capek ngantuk, kan pengin /Hammer//Hammer//Hammer/
🌞MentariSenja🌞
cinta jgn menjadikan kamu bodohlah Yud
🌞MentariSenja🌞
padahal katanya sakitnya gak ketulungan klo on fire to gak tersalurkan ...eeh ngomong apa sih 🤭🤧
FT. Zira
bahaya ini.. yg di tangan siapa pikirannya siapa🤧🤧
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): udah mulai berhalusinasi dia🤭🤭 saking terlalu lama puasa
total 1 replies
FT. Zira
ketika cinta mulai bersemi😙😙
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): belum cinta sih, lbh ke tertarik saja
total 1 replies
FT. Zira
yakin.. minta maaf.. bukan minta nambah.. ehhh🤭🤭🤭
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 😅😅😅😅 emang boleh nambah🤭🤭
total 1 replies
Mutinah Soheh
istri sudah selingkuh dengan dokter...
suami mulai ada tanda tanda dengan bawahnya....klop deh
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 🤧🤧🤧begitulah godaan kk
total 1 replies
🌞MentariSenja🌞
benerlah tolak aja, wong egois gitu...
🌞MentariSenja🌞
duh, lancar bgt bohongnya
🌞MentariSenja🌞
yaelah, mencumbu istri bayangin wanita lain, jadi takut nih...
🌞MentariSenja🌞: bangg bayiikk /Facepalm/
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): ngeri ngeri sedap gimanaaaaa gitu🙄🙄🤭
total 2 replies
Elisabeth Ratna Susanti
ternyata oh ternyata
Elisabeth Ratna Susanti
siap lembur bener nggak ya nih
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): siap dong kk💪🏻😉
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): siap dong kk💪🏻😉
total 2 replies
Mutinah Soheh
kadang seorang suami tak adil dan egois...ketika seorang istri yg mantan wanita karir berhenti dari kerja yg hasilnya menjanjikan demi tuk anak- anak yg dilahirkan agar mendapatkan kasih sayang ibunya secara penuh....
malah suaminya selingkuh di dalam istri mengandung anak k 3....
biasa kita bayangkan..suami selingkuh ketika istrinya hamil...tentu hatinya sakit sekali...pedih tak tertolongkan...
kasian janin yg dikandungnya...yang akhirnya janin itu harus meninggal dalam kandungnya ibunya karena pikiran dan hati ibu itu yg selalu sedih dan galsu /Cry//Cry//Cry/
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): kadang ada suami yg kurang bersyukur ya Bun🤧🤧
total 1 replies
Farida Wahyuni
aduh gawat, udah mulai ada benih2 selingkuh nih. tuntasin dulu hubungan lama, lalu membuka hubungan baru, jangan serakah deh maura, yudha jg.
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): kita godain bareng² aja kalau gitu🤭
Farida Wahyuni: jangan digoda dong kalai gitu, kk. 😂😂😂
total 4 replies
FT. Zira
tidak sengaja yg disengaja/Proud//Proud/
FT. Zira
lapar bisa menular ya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!