Aisyah Nur Az-Zahra biasa dipanggil Aisyah atau Zahra, anak kedua dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ali Syafi'i dan Humairah Putri Az-Zahra. Mempunyai seorang kakak yang bernama Muhammad Ilham Syafi'i.
"Abi, Umi apakah nanti Zahra akan bahagia? Apakah nanti suami Zahra akan baik sama Zahra? Bagaimana kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga Zahra? Apakah dia akan bertanggung jawab atas segalanya? Apakah dia memang imam yang baik untuk Zahra?". Pertanyaan beruntun Zahra membuat kedua orangtuanya pusing.
Muhammad Adam Dirgantara biasa dipanggil Adam adalah anak pertama dari kedua saudara yang bernama Adinda Putri Dirgantara. Anak dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ramli Dirgantara dan Halwa Putri Sukma.
"Abang tuh jangan terlalu dingin dan cuek jadi orang, nanti ga akan dapet jodoh baru tau rasa". Ujar Adinda pada Adam kakaknya.
"Semua Allah yang mengatur Adinda". Ujar Adam acuh pada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Sebulan berlalu Aisyah dan Adam kembali ke Jakarta yang kepulangan mereka disambut dengan hangat, bahkan Adam sedaritadi menempel pada Aisyah padahal ada keluarga namun suaminya tidak bisa jika tidak memeluk istrinya. Yang lainnya hanya tersenyum geli melihatnya.
"Ya ampun lucu banget sih pasutri inii". Ujar Bunda Halwa melihatnya.
"Hahah abang kenapa dah? kak Aisyah juga gaakan kemana mana kali bang". Ujar Adinda melihat tingkah laku abangnya.
"Biarin aja". Ujar Adam pada adiknya.
Aisyah hanya tersenyum pada mereka, keluarga nya belum pada tau bahwa ia sedang mengandung, ia sengaja menunggu waktu yang tepat. Andrio melirik Aisyah serta Maryam bergantian.
"Kok perut kalian agak buncit ya?". Tanya Ilham menatap adik dan istrinya.
"Maksud abang kita gendut gitu?". Tanya Aisyah kesal padanya.
"Bukan gitu maksud abangg".. Jawab Ilham dengan cepat.
Sementara itu Aisyah sebenarnya tau apa yang dimaksud oleh abangnya, begitu juga dengan Maryam yang merahasiakan kehamilannya pada suami serta keluarganya.
"Heum masa mas?". Tanya Maryam pada suaminya.
"Beneran sayang, pipi kamu makin chabby tauu". Jawab Ilham malah membuat Maryam kesal.
"Ya berarti memang kamu bilang aku gendut kan?". Tanya Maryam dengan kesal pada suaminya.
"Aku ngga ada bilang kamu gendut loh sayang". Ujar Ilham membela diri.
"Tau ahh kesel".Ujar Maryam pada suaminya.
Adinda yang melihat itu cemberut, membuat semua orang menoleh padanya yang tiba tiba diam, Adam menatap adiknya seolah bertanya kenapa?
"Huaaaa Adinda juga pengen nikah bunda!". Teriak Adinda membuat yang lain kaget.
"Ish kamu tuh yaa, ngagetin tau". Ujar Bunda Halwa pada putrinya.
"Udah ada calon emangnya?". Tanya bang Ilham meledek iparnya.
"Belum hehe" . Jawab Adinda sambil terkekeh.
Ting!
...Davin Asistenku...
...Online...
Assalamu'alaikum tuan Adam, maaf mengganggu waktunya tapi bisakah anda ke kantor? antarkan dokumen untuk kerja sama dengan Client? maaf tuan 🙏🏻
^^^Waalaikumussalam, adik saya yang akan mengantarkan dokumen nya ke kantor Vin^^^
Baiklah tuan, saya tunggu.
Adam tidak membalas lagi pesan dari asisten nya itu, ia menoleh pada adiknya yang sedang manja dengan Bunda Halwa, Adinda yang merasakan ada yang menatap nya langsung menengok.
"Kenapa liatin aku bang?". Tanya Adinda pada abangnya.
"Abang mau minta tolong sama kamu". Jawab Adam pada adiknya.
"Minta tolong apa bang?". Tanya Adinda pada Abangnya.
"Tolong antarkan dokumen ke kantor abang, kasih pada Davin yaa". Jawab Adam pada adiknya.
"Yaudah mana dokumennya? kebetulan Adinda mau beli buku buat tugas". Ujar Adinda pada abangnya.
Adam pergi ke ruangan kerjanya, mengambil dokumen yang dibutuhkan oleh Davin setelah mendapatkan nyaa ia pun keluar menghampiri mereka yang masih diruang keluarga.
"Nih dek dokumennya". Ujar Adam memberikan dokumen tersebut pada Adinda.
Adinda langsung pamitan pada mereka, ia diantar oleh supir pribadinya, hingga beberapa menit Adinda sampai di kantor abangnya, ia tersenyum ramah pada semua karyawan lalu pergi ke ruangan Davin.
Davin yang saat itu sedang menunggu dokumen diruangannya langsung berdiri ketika mendengar pintu diketuk , ia membuka pintu tersebut dan disana Adinda memegang dokumen yang ia butuhkan.
"Assalamu'alaikum kak Davin". Salam Adinda padanya.
"Waalaikumussalam non". Jawab Davin pada Adinda.
"Jangan panggil non, panggil Dinda aja kak". Ujar Adinda pada Davin.
"Baiklah non eh Dinda". Ujar Davin padanya.
"Ini kata abang, kak Davin butuh dokumen ini kan?". Tanya Adinda sambil menyodorkan dokumen tersebut.
"Ahh iya benar terimakasih ya Dinda". Ujar Davin mengambil dokumen tersebut.
"Iyaa sama sama, kalau gitu Dinda pamit ya kak, semangatt kerjanya, Assalamu'alaikum". Ujar Adinda pada Davin.
"Iyaa terimakasih dinda, waalaikumussalam". Ujar Davin padanya.
Setelah kepergian Dinda, Davin diam sejenak memegang jantungnya yang berdebar mendengar suara Adinda, ia menenangkan dirinya sebelum pergi ke ruang meeting bersama Client.
"Aduh jantung, kerja samanya dong". Gumam Davin sambil berjalan ke ruangan meeting.
Sedangkan Adinda sendiri merasakan yang sama seperti Davin, semenjak kejadian lempar bunga dipernikahan Adam dan Aisyah mereka berdua merasakan keanehan pada diri mereka.
Apa aku suka sama asistennya abang?. Batin Adinda bertanya sambil memegang jantungnya.
"Non jantung nya sakit lagi?". Tanya supir padanya.
"Seperti biasa mang, jedag jedug". Jawab Adinda sambil terkekeh.
"Ahh non mahh, kalau cinta katakan saja". Ujar supir terkekeh.
"Ngga mau ahh, dimana mana Tuh cowok bukan cewek mang yang mengungkapkan". Ujar Adinda pada supir nya.
"Iyaa kalau diapun menyukai non, kalau tidak bagaimana?". Tanya Supir tersebut membuat Adinda terdiam.
Supri (Supir Pribadi) yang tidak mendengar suara anak dari majikannya pun menoleh ke belakang, melihat Adinda yang terdiam akibat ucapannya membuat nya merasa bersalah pada Adinda.
"Maaf non bukan maksud saya membuat non tersinggung". Ujarnya pada Adinda.
"Ngga papa kok mang, emang fakta kok" Ujar Adinda tersenyum tipis padanya.
"Kita jadi ke toko buku non?". Tanya supri tersebut pada Adinda.
"Kita pulang aja mang". Jawab Adinda diangguki oleh supri tersebut.
Selama dalam perjalanan Adinda hanya diam saja melihat pemandangan di samping jendela, hingga tujuannya terhenti pada pedagang jalanan yang terlihat enak sekali, ia pun meminta mang supri untuk berhenti.
"Bang, beli rujak nya 10bungkus ya". Ujar Adinda pada penjual tersebut.
"Waduh neng, ga salah? itu buat neng sendiri?". Tanya penjual tersebut pada Adinda.
"Ya engga lah bang, ini buat yang lainnya juga keluarga saya". Ujar Adinda sambil tersenyum.
Penjual tersebut langsung membuatkan rujak untuk Adinda, Adinda menunggu sejenak di kursi panjang yang tersedia, saat asik menunggu tiba tiba ia melihat seseorang yang ia kenal, yaitu sepupunya Hanifah.
"Hanifah!!". Teriak Adinda membuat empunya menoleh.
"Loh Dinda, kamu lagi ngapain?". Tanya Hanifah pada sepupunya.
"Ehh Assalamu'alaikum, lagi beli rujak, kamu mau?". Tanya Adinda pada Hanifah.
"Waalaikumussalam, ngga dulu deh Din". Jawab Hanifah pada nya.
"Tapi ngomong ngomong, kamu beli banyak buat siapa aja?". Tanya Hanifah pada Adinda.
"Buat yang dirumah juga, termasuk kak Aisyah sama Kak Maryam". jawab Adinda pada sepupunya.
Hanifah menggangguk nganggukkan kepalanya, setelahnya ia berpamitan pada sepupunya, Adinda hanya tersenyum pada sepupunya, hingga beberapa menit kemudian rujak yang Adinda pesan telah jadi.
"Ini neng". Ujar penjual rujak tersebut pada Adinda.
"Jadi berapa bang?". Tanya Adinda padanya.
"Jadi 50ribu neng". Jawab nya pada Adinda.
"Murah amat bang, ambil aja kembaliannya, Assalamu'alaikum". Ujar Adinda berlalu pergi dari hadapan penjual tersebut.
"Terimakasih neng, lumayan buat makan, waalaikumussalam". Ujarnya walau tidak akan terdengar oleh Dinda karena telah pergi.
Beberapa jam kemudian Adinda sampai dirumahnya, setelah mengucapkan salam ia mencari keluarganya diruang keluarga, yang ternyata masih disana. Aisyah dan yang lainnya menoleh pada Adinda.
"Assalamualaikum semua, nihh aku bawah rujak buah kalian". Ujar Adinda pada mereka.
"Waalaikumussalam, terimakasih dinda". Ujar Aisyah diangguki oleh nya.
Saat Aisyah akan memakan nya, tiba tiba Adam suaminya mengambil rujak itu darinya, padahal Adinda juga memberi nya tetapi saat melihat ternyata rujak suaminya sudah habis, secepat itukah pikirnya.