Di Ujung Jalan

Kapan ketemunya si

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Rumah Arin sudah sepi . Fian dan teman-temannya sudah pulang. Entah beneran pulang atau mampir Arin tidak perduli. Kebiasaan mereka dari dulu memang begitu, tidak berubah. Semenjak kecil memang sudah selalu bersama. Dan rumah Arin selalu menjadi tempat nongkrong mereka. Entahlah kenapa. Mungkin karena Arin anak yang enak diajak berteman atau mungkin karena rumah Arin ada halaman yang teduh walaupun tidak begitu lebar .Ada pohon jambu biji dan rambutan. Mungkin cocok dijadikan markas , itu istilah mereka. Ditambah lagi bunda yang selalu menyediakan makanan. Menjadikan tambah betah tentunya. Atau mungkin karena Arin cantik. Atau mungkin ada alasan tersendiri.Dan hanya mereka yang tau. Mereka pulang setelah berjanji besok siang akan bermain di sungai yang tidak jauh dari rumah mereka,masih dalam wilayah kampung mereka. Katanya mau mengenang masa kecil mereka.

Arin telah masuk kamar. Sehabis membersihkan badan , dia merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Sebenarnya dia capek tidak ingin ikut mengobrol tadi , tapi tentu ada perasaan tidak enak, masa ada tamu tidak ditemani , walaupun sebenarnya tidak apa-apa tidak ditemani. Sudah biasa begitu .Dia ikut nimbrung tadi untuk mengalihkan pikiran dari perjanjian nya dengan Bara. Di kala sendiri begini Arin selalu teringat kembali akan perjanjiannya dengan Bara . Dia ingat belum menarik uang tunai. Besok saja pikirnya sekalian berangkat ke rumah sakit. Arin berusaha memejamkan mata. Namun sulit sekali rasanya untuk tidur. Mata terpejam tapi tidak bisa tidur. Tiba-tiba terdengar ponselnya bergetar." Siapa si malam- malam masih mengirim pesan , pasti Fian lagi." pikirnya . Ternyata benar.

Fian : Assalamu'alaikum Arin.

Arin : Wa' alaikumsalam..ada apa lagi . Ada yang ketinggalan kah?

Fian : Astaghfirullah Arin ..galak amat si sama gue.

Arin : Yang galak tu siapa.Kan cuma nanya, barusan aja dari sini sudah wa aja.

Fian : Memang ga boleh ya ...

Arin : Ga ..gue mau tidur

Fian : ya udah deh maaf ya ganggu🙏

Arin: Weeh tumben lo bilang maaf ..lagian sensi amat si hari ini, kenapa ? lagi galau ya ...🤣🤣🤣

Fian : Mana ada gue galau ..ga ada ya di kamus gue ... gue galau ..bukan gue banget itu.

Arin : Ga yakin gue .. ngaku aja si ga apa-apa. kenapa si lo ..ga biasanya begini .

Fian : Kangen

Arin : Hah...kangen ...kangen sama siapa .. hayoo.. lo udah punya pacar ya.

Fian : Belum masih PDKT malah gagal

Arin : hahaha....ngakak beneran gue ..🤣🤣🤣

Fian : Sialan lo .. malah ngledek. udah deh . tidur sono.

Arin : Lhaaa ...siapa yang mulai chat duluan... marah beneran ni...Ga mau cerita bener ni...

Fian : Ga ..dah tidur sono..mimpiin gue ya

Arin : Sory ya ..mimpiin lo bisa sawan gue🤣🤣

Fian : Bye...

Arin : Diihh marah beneran.

Sudah tidak ada jawaban lagi. Mungkin Fian beneran marah. Arin merasa hari ini Fian berbeda. Tapi ya sudahlah.Mungkin memang dia lagi ada masalah. Biasanya kalo udah adem pasti cerita juga .Dia matikan ponselnya. Ada rasa nyeri di dada. Ternyata Fian sudah menyukai seseorang. " Mungkin sudah saatnya gue menyerah. Sudah sekian lama menunggu ,tidak ada kemajuan. Fian tetap tidak pernah menyukaiku..." pikiran Arin mulai berkelana. Dia sudah menyukai Fian sejak kelas enam SD . Cinta monyet katanya. Tapi sampai sekarang tidak berubah perasannya pada Fian Apakah masih disebut cinta monyet juga . Entahlah. Arin semakin tidak bisa tidur . Bayangan Bara dan Fian melintas di benaknya bergantian. "Apakah gue boleh punya perasaan sama mereka ya..Bara..Seperti apa sekarang ya. pasti Semakin keren .Weehh mikir apa gue ya." Arin tersenyum sendiri. Ada rasa aneh menelusup di ruang hatinya. Ada gundah dalam jiwanya. Lama kelamaan dia mengantuk juga .Dan akhirnya Arin tertidur juga.

🌸🌸🌸

Bara sampai rumah pukul sepuluh .Tadi dari rumah Arin mampir dulu makan bakso depan rumah sakit. Ngobrol dulu sama tukang bakso. Memang mereka sudah kenal sejak lama. jadi makannya sambil ngobrol dan tidak terasa kalo waktu terus berjalan .Dan ternyata hari telah sangat malam. Sesampai di rumah Bara langsung masuk kamar karena memang rumah telah sepi . Papa dan mama Bara sudah masuk kamar . Kakaknya Arkan belum pulang . Dia ada acara dengan teman-temannya.Bara membersihkan diri dan mengganti bajunya.Bara merebahkan tubuhnya di ranjang dengan kedua tangannya buat bantalan. Dia menerawang .Matanya memandang ke atas. ke langit- langit kamar . Ada bayangan Arin di sana.Ada perasaan tak karuan di hatinya. Dia jadi merasa pesimis melihat kejadian tadi di rumah Arin. Menurut pemikiran Bara ,Arin pasti sudah punya pacar. Tapi masih boleh kah dia berharap. Arin yang dikelilingi begitu banyak cowok, selama seminggu pengamatannya dan laporan dari temannya yang dia suruh untuk mengamati Arin ,fakta membuktikan memang Arin tidak pernah berjalan berdua dengan satu cowok manapun. Kemarin Bara masih optimis tapi melihat kejadian tadi di rumah Arin ,dia merasa sedikit tak percaya diri. Apakah dia yang datang tiba-tiba bisa langsung masuk di kehidupan Arin." Apakah gue salah perhitungan ya. kupikir Arin anak rumahan yang manis. Entahlah..Semoga semua sesuai yang ku harapkan Amiin." Bara masih terus merasa bimbang. " Tapi ya sudahlah,semua sudah terjadi . Dan tinggal menunggu besok ,soal hasil biarlah menurut aja apa kehendak Allah." Pikirin Bara masih belum tenang . Dia tidak bisa tidur . Berkali-kali ganti posisi tidur." Kenapa gue bisa segalau ini ya. Akhhhh... bagaimana ini. Apa yang harus gue lakuin besok . Kenapa gue jadi ga percaya diri ..akhhh. Apa yang terjadi dengan gue si." Tidak sadar Bara berteriak cukup keras.

Tok..tok...tok . Terdengar pintu di ketuk dari luar.

" Bara..lo kenapa si ..kok teriak- teriak." Ternyata Arkan yang mengetuk pintu.

Tentu saja Bara kaget. Sekeras itu kah teriakannya ,terdengar sampai luar kamar.

" Ga apa-apa bang. Tadi ada kecoa.."

" Buka dulu dong pintunya...gue mau masuk."

" Iya bentar..." Bara bangun dari rebahan dan membuka pintu kamarnya. Dilihatnya Arkan di depan pintu .Hampir saja tangan Arkan mengenai mukanya dalam posisi seperti mau mengetuk .

" Ada apaan si . Baru pulang ya bang.. Jam berapa ini si " Bara menengok ke belakang melihat jam di kamarnya." Udah jam dua belas ternyata ya.."

" Aku mau masuk ,minggir dulu jangan di pintu."

" Tumben..ada apaan. Biasanya ga pernah masuk kamar gue." Bara menyingkir dan membiarkan Arkan masuk kamarnya, penasaran juga dengan apa yang akan dilakukan Arkan di kamarnya.

" Cuma mau lihat kamar lo... ternyata rapi juga ya. Gue penasaran aja, kenapa lo teriak tadi. Cerita sini sama gue. Ga percaya tadi teriak karena ada kecoa. Sejak kapan lo takut kecoa. Alasan lo ga masuk akal banget.. " Arkan masih saja kekeh karena memang dia yakin kalo ada yang terjadi dengan adiknya .

" Apaan si lo...kepo banget dah, sejak kapan abang gue sekepo ini.." Bara tersenyum sinis kepada Arkan. Mencoba mengelak, menghindari pertanyaan Arkan.

" Lo ga bakal bisa sembunyikan apapun dari gue. Gue abang lo.... Gue tau kebiasaan-kebiasaan lo. Ga ngaku juga ..beneran ni ga ngaku juga." Arkan mendekati Bara dan mulai menggelitik pinggang Bara.

"Abang ..ampun..hahaha... abang..ga lucu ... sudah ..hahaha..geli abang sudah..ampun."

"Ampun ga ...ngaku ga... hahaha..." Arkan terus saja menggelitik pinggang Bara. Bara sudah berteriak minta ampun,tetap saja Arkan tidak berhenti menggelitik .

" Apaan ini malam-malam. Berisik sekali kalian berdua ..ganggu orang istirahat saja ..." Tiba-tiba mama sudah ada didepan pintu kamar." Kalian berdua ngapain si ...udah malam ini..lihat jam berapa itu hah.. udah gede juga ...malu tu di denger tetangga ."

Arkan menghentikan gerakannya , Bara bengong . Mereka lupa kalo hari sudah tengah malam. Mereka saling melirik memberi kode. Dan ternyata.

" Ehh ..ehh ngapain kalian ini. Arkan ..Bara .. hahaha...kenapa kok malah mama yang digelitiki.. Hahaha.." Mereka berdua malah menyerang mama bersama- sama.

"Sudah...sudah..mama menyerah..hah..hah.. capek.. capek..." Akhirnya mereka berhenti menggelitik mama. Mama bisa bernafas lega. Mereka bertiga duduk di tempat tidur Bara.

" Ada apa si ..kok belum tidur ,udah malam ini hm.. sudah lama kita tidak begini ya..Mama kangen kalian. Kalian berdua sudah besar semua. Bentar lagi pasti menikah dan ninggalin mama."

Arkan dan Bara bersamaan tiduran berbantal paha mama. Seperti jaman mereka masih kecil dulu. Selalu bermanja-manja sama mama.

" Ga lah ..kita akan tetap disini. Bara juga kangen mama. Tiga tahun jauh dari mama, dari papa dan juga bang Arkan. Rasanya tidak bisa diungkapkan. Bara bahagia akhirnya bisa berkumpul kembali." Bara bangun dan memeluk mamanya.

" Walaupun kalian sudah dewasa..tapi bagi mama kalian tetap mama anggap masih seperti bocah."

" Arkan sayang mama.." Arkan juga ikut memeluk mama.

"Ada apaan ini kok main peluk-pelukan. Papa kok ga diajak si.." Tiba- tiba papa udah ada di antara mereka. Sebenarnya sudah dari tadi papa ada didepan pintu.Papa ikut memeluk mereka bertiga.

" Weh ..jadi kaya Teletubbies .. berpelukan.. hahaha..." Bara sengaja mengacaukan suasana yang tadi sedikit melow. Karena dilihatnya mama sudah mengeluarkan air mata.

" Udah malem ..tidur yuk ma...papa udah ngantuk. Semua gara-gara kalian ,berisik tengah malam. Mengganggu saja.Ayo ma balik ke kamar."

" Ayo pa... kalian berdua juga tidur udah malam . ingat jangan berisik lagi. ganggu orang tidur ...ga enak sama tetangga. Dikira ada apaan nanti malam- malam teriak- teriak."

" Iya mama ..." jawab Arkan dan Bara bersamaan.

Papa dan mama kembali ke kamar. Sedangkan Arkan masih di kamar Bara. Dia masih penasaran .

" Awas ya kalo ga cerita. gue tunggu besok harus cerita ...awas kalo sampai ga .."

" Dah sono balik ke kamar lo sendiri. Gue udah ngantuk. Sono..sono.."

Bara mendorong tubuh Arkan keluar kamarnya. Lalu menutup pintunya. Bara merebahkan diri. Sudah malam pengen tidur tetap saja tidak bisa tidur. Masih saja kepikiran perjanjian nya dengan Arin. Harus bagaimana dia memulai percakapan dengan Arin. Bagaimana cara dia mendekati Arin . Mengapa ketika mendekati hari H malah pikiran dan hatinya bimbang. Semua rencana yang disusunnya seperti tidak masuk akal. Tinggal besok . Bagaimana besok . Bagaimana ya. Entahlah. Tunggu saja besok.