NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:480k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Pagi hari yang cerah, aku berdiri di teras rumah, melambaikan tangan melepas kepergian Mas Abdillah. Hari ini Mas Abdillah sudah kembali bekerja, menjadi Asisten pribadi Tuan Malik. Arif putra ku masih tidur, tadi ia sudah bangun untuk sholat subuh, habis itu ia kembali tidur lagi. Katanya mumpung lagi libur sekolah, beberapa hari lagi Arif akan kembali bersekolah, masuk ke sekolah nya yang baru.

Aku berjalan kehalaman hendak menutup pagar, security memang belum datang, kata Mas Abdillah, security yang ia cari tadi malam akan datang sekitar jam sembilan pagi. Mas Abdillah sudah mendapatkan seorang security yang berusia sekitar empat puluh lima tahun, katanya. Nanti security itu akan menginap di rumah bersama istrinya, karena istrinya juga akan bekerja membantu aku membersihkan rumah dan memasak. Mereka merupakan pasangan suami istri yang belum di karuniai seorang buah hati. Aku merasa senang karena sebentar lagi aku akan punya teman ngobrol di rumah yang besar ini. Bagitulah yang aku dengar dari Mas Abdillah.

Saat aku hendak menutup pintu pagar, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar. Aku menatap mobil itu heran, siapa kah gerangan. Pikir ku. Sedetik setelah itu sang pemilik mobil membuka kaca jendela mobil. Di dalam mobil hitam mengkilap itu aku melihat pria yang sungguh tampan, tidak bisa di pungkiri, Tuan Malik memang memiliki wajah yang rupawan, wajah tampan nya terlihat begitu teduh, Tuan Malik sedikit mirip sama Mas Abdillah. Cuma yang membedakan, Mas Abdillah memiliki warna kulit yang lebih gelap dari Tuan Malik, sedangkan Tuan Malik memiliki warna kulit yang putih bersih.

''Tuan,'' sapa ku sedikit menunduk, aku melempar senyum simpul ke arah Tuan Malik.

''Iya. Apa Abdillah sudah pergi?'' tanya nya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

''Sudah Tuan, katanya tadi ia akan menjemput Tuan, di rumah Tuan.'' jawabku lagi. Aku berdiri di depan pagar, sedangkan Tuan Malik masih berada di dalam mobil.

''Baiklah. Terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu. Jangan lupa pintunya di kunci yang rapat Hanifa.'' serunya. Ia melempar sebuah senyum kecil ke arah aku, aku pun membalas dengan senyum yang sama seraya menganggukkan kepala, setelah itu ia berlalu, mobil nya melaju dengan kecepatan sedang.

Usai kepergian Tuan Malik, aku lanjut menutup pintu pagar. Aneh sekali, apa Mas Abdillah dan Tuan Malik tidak janjian terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor, bisa-bisanya mereka selisih jalan.

Aku masuk ke dalam rumah, aku mulai beres-beres, membersihkan rumah agar enak di pandang mata dan nyaman di tempati. Aku mencuci pakaian, mencuci piring, mengepel dan melakukan tugas rumah tangga lainnya.

Setelah selesai semuanya, aku berjalan ke kamarku, aku ingin merebahkan diri sebentar saja, karena punggung ku yang terasa sedikit pegal. Sesampainya di kamar, aku mengambil ponselku yang tergeletak di nakas. Aku melihat jam yang ada di layar utama benda pipih milikku, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi lewat. Kemana security itu dan istrinya, kenapa mereka masih belum datang juga. Pikir ku.

Setelah itu aku membuka satu pesan yang ada di WA. Aku melihat pesan WA dari Mbak Ameera.

[Hanifa, aku sudah mengurus semuanya, besok surat pemanggilan dari pengadilan agama untuk suami mu akan keluar. Bisa kah kau mengirimkan alamat lengkap suami mu yang sekarang? Biar besok bisa langsung di antarkan oleh kurir pos ke alamat yang bersangkutan secara langsung]

Setelah membaca penggalan kalimat yang di kirim oleh Mbak Ameera. Aku mengetik alamat Mas Setya yang sekarang, lalu aku mengirimkan kepada Mbak Ameera. Setelah selesai mengirim pesan itu, aku kembali meletakkan ponselku di atas nakas. Aku menarik nafas panjang, lalu menghembuskan nya secara perlahan. Aku rasa sedikit beban yang menghimpit dada berangsur berkurang setelah mendengar kabar baik dari Mbak Ameera. Tidak lama lagi aku akan segera terbebas Mas Setya. Dan dia tidak bisa lagi memperlakukan aku se-mau-Nya.

Aku merebahkan diriku di atas kasur empuk, lalu aku menutup mata, aku tidak ingin tidur. Tapi aku mencoba menerawang ke masa lalu, masa lalu saat aku masih bersama Mas Setya. Aku mengingat setiap momen indah yang pernah kami lakukan bersama-sama. Dulu Mas Setya orangnya begitu manis, baik, tutur katanya lembut, dan selama enam tahu belakangan dia tidak pernah membuat aku kecewa barang sedikit pun. Hingga membuat aku selalu percaya dengan nya kapan saja. Tapi sekali nya ia bertindak, ia membuat aku begitu kecewa dan terluka. Perbuatan nya sudah sangat melampaui batas. Tanpa aku duga, bahkan terbesit dia yang akan berbuat setega itu pun aku tidak berani, karena aku sangat mempercayai nya, dulu!

Masa lalu itu kini hanyalah tinggal kenangan, dia yang memulai hubungan kami dahulu, dan sekarang aku yang akan mengakhiri karena dirinya yang berulah. Dia yang tak setia, tidak seperti namanya. Aku kira saat aku memilih dirinya dahulu aku adalah perempuan yang paling beruntung, tapi setelah menjalani hidup berumah tangga selama enam tahun lamanya, ia tidak mampu menghadapi ujian yang datang, ia tidak mampu menolak godaan. Dia tergoda sama wanita kaya dan berpenampilan terbuka. Aku bersyukur karena tahu kebejatan nya cukup cepat, hingga aku tidak butuh waktu lama lagi untuk hidup dengan nya.

Tak ada yang aku sesali di dalam hidup ini, yang aku tahu mungkin inilah takdir hidup yang harus aku jalani. Aku harus menerima kenyataan dengan lapang dada. Meski sakit, tapi aku harus kuat dan bangkit demi putra ku.

Setelah merasa puas mengingat masa lalu yang sama sekali tidak ada gunanya, aku memutuskan bangun dari tempat tidur, lalu aku berjalan ke kamar Arif. Aku ingin memastikan apakah putra ku sudah bangun. Setelah membuka pintu kamar Arif, pandangan ku langsung tertuju ke tempat tidur, tidak aku dapati keberadaan putra ku di atas kasur. Aku lalu sedikit berteriak memanggil namanya.

''Arif, kamu di mana, Nak?!'' seru ku, aku berjalan memasuki kamar mandi yang ada di kamar itu, tapi tetap Arif tidak ada di sana. Aku sedikit panik, lalu aku keluar dari kamar, aku berjalan ke arah dapur. Begitu sudah sampai di dapur, aku melihat Arif tengah sarapan di atas lantai. Aku menatap nya nanar.

''Sayang, kamu kenapa makan di lantai? Dan kenapa kamu mau makan enggak kasih tahu Bunda dulu? Bunda 'kan bisa bantu kamu untuk mengambil nasi.'' tanya ku pelan seraya berjalan kearah putraku. Arif lalu menatap ku, ia nyegir, hingga gigi ompong nya terlihat jelas.

''Aku lebih nyaman makan di lantai Bunda. Tadi saat aku ke kamar Bunda, aku lihat Bunda lagi tidur. Akhirnya aku memutuskan mengambil nasi sendiri saja, aku nggak tega banguni Bunda.'' ucap Arif sedikit kesusahan karena makanan yang masih ada di mulutnya. Oh, mungkin tadi saat aku sedang menutup mata di kira Arif aku sedang tidur, dan kebetulan tadi aku juga tidak menutup pintu kamar, hingga aku tidak menyadari kehadiran Arif di kamar aku tadi. Aku merasa begitu tersentuh mendengar penuturan Arif. Usianya masih sangat belia, tapi pikiran nya sudah begitu dewasa di bandingkan usianya. Itu wajar, karena aku selama ini tidak pernah memanjakan Arif, berlaku keras pun tidak. Dan satu hal ini lah yang amat aku syukuri dari pernikahan aku dan Mas Setya, aku begitu bersyukur bisa memiliki seorang putra seperti Arif. Tak apa aku harus kehilangan suami ku, tapi aku tidak akan rela kalau harus kehilangan putra ku.

**

Pukul sebelas lewat, aku mendengar suara kang sayur lewat depan rumah.

''Yur ... Sayur ...'' seru Kang sayur. Aku mengambil jilbab, memasangnya asal. Lalu aku berjalan dengan langkah kaki lebar menuju jalan raya, di mana gerobak Kang sayur berada. Aku ingin membeli sayur untuk menu makan malam. Karena di kulkas stok sayur tinggal sedikit lagi. Aku meninggalkan Arif sebentar di rumah, Arif sedang bermain dengan mobil-mobilan dan robot-robotan nya.

Begitu sudah sampai di luar, aku melihat Kang sayur berhenti di depan rumah sebelah rumah ku. Aku pun berjalan menuju gerobak Kang sayur. Ibu-ibu yang lain juga tengah memilih sayuran segar. Ada sekitar empat orang Ibu-ibu.

''Penghuni baru, ya, Neng geulis?'' tanya Kang sayur ramah.

''Iya, Kang. Aku baru beberapa hari ini pindah ke sini.'' jawabku sama ramahnya.

''Pantesan Akang baru lihat sekarang. Alhamdulillah, akhirnya pelanggan sayur Akang Mail bertambah.'' ucap Kang sayur riang dengan ciri khasnya yang lucu.

''Maaf kalau boleh saya tahu, nama kamu siapa? Kamu 'kan yang kemarin bertengkar sama Arumi dan suaminya.'' seru seorang Ibu-ibu yang memakai daster.

''Perkenalkan, nama aku Hanifa, Bu. Emm ... Iya. I-itu karena kami sedang ada masalah pribadi.''

''Oh ...'' Ibu itu hanya ber-oh ria. Setelah nya satu persatu dari mereka memperkenalkan nama mereka. Aku senang, karena Ibu-ibu tetangga aku yang sekarang ini orangnya tidak terlalu kepo. Ahh ... Tiba tiba saja aku merasa rindu sama tetangga tempat aku yang dulu. Apa kabarnya Teh Hamidah dan Ibu-ibu yang lain. Pikir ku.

Saat kami tengah asyik mengobrol seraya memilih sayur, tiba-tiba saja aku melihat Arumi berjalan ke arah kami. Begitu sampai, ia ikut memilih sayuran. Arumi memakai pakaian yang tanpa lengan dan rok di atas lutut. Aku melihat ke arah leher jenjangnya yang terbuka, di sana aku melihat tanda merah berjejer tak beraturan. Arumi sungguh wanita yang menjijikkan. Dia dengan percaya dirinya memperlihatkan bekas bercinta antara dirinya dan Mas Setya di depan orang-orang. Aku melihat Ibu-ibu yang lain dan Kang Mail juga sempat menatap ke arah leher Arumi, mereka seperti malu sendiri melihat itu, aku pun sama. Bukannya aku cemburu, tapi aku merasa tidak pantas saja yang seperti itu di perlihatkan di depan umum. Beberapa saat setelah itu tercipta kebisuan.

''Tumben Mbak Arumi, biasanya selalu pembantu nya yang beli sayur.'' ujar Kang Mail akhirnya.

''Iya, aku lagi kepengan aja. Sesekali nggak apa-apa lah, ya.'' sahut Arumi dengan gayanya yang centil. Sesekali ia menoleh ke arah aku. Ia memasang wajah sinis.

''Oh tentu nggak apa-apa. Yang penting tetap belanja.'' Ucap Kang Mail lagi tersenyum ramah.

''Iya. Kebetulan, aku, Caca dan suamiku lagi ada di rumah sekarang. Aku ingin memasak makanan paporit untuk suami ku. Supaya suami ku betah di rumah. Dan nggak jajan di luar!'' ujar Arumi dengan suara di lembut-lembutkan. Sedangkan kami hanya mendengar saja, diam tanpa merespon. Tapi tiba-tiba saja aku merasa seseorang telah melempar 'kan wajahku dengan tahu putih. Tahu itu sedikit benyek dan berair tahu itu menutupi sedikit penglihatan ku.

''Aduh, Mbak Arumi kenapa tahu nya di lemparkan ke wajah Neng geulis?'' ucap Kang Mail kaget. Begitupun Ibu-ibu yang lain. Mereka ikut membantu ku membersihkan wajahku.

''Hahaha ... Dia itu pantas mendapatkan itu. Sok polos dan sok lugu amat jadi cewek. Aku benci sama ekpresi wajahnya yang terlihat tenang, padahal aku tahu ia pasti sedang cemburuu ....'' sahut Arumi sambil tertawa lebar. Aku akhirnya lalu mengambil tahu putih itu juga, saat Arumi tengah tertawa lebar, aku balas melemparkan tahu putih ke wajahnya yang di penuhi makeup. Aku melempar dua tahu sekaligus. Arumi berteriak histeris, begitu pun Kang Mail.

''Aduuuhh ... Wajah cantikku ...'' teriak Arumi.

''Aduuhhh .... Ini kenapa ini, kenapa tahu nya malah di lempar-lempar!'' seru Kang Mail heran. Arumi membersihkan wajahnya cepat, setelah itu ia berjalan ke arah aku, ia seperti telah siap untuk menghajar aku.

''Aku akan membalas yang waktu itu, saat kau dorong aku di taman kota, dan untuk yang kemarin, wanita miskin.'' Arumi mengangkat tangan nya, ia telah siap untuk menampar wajah ku. Aku pun lalu menangkis tangan nya dengan cepat, Ibu-ibu yang lain dan Kang Mail hanya menyaksikan saja sambil berseru mengucap nama ku.

''Hanifa,''

''Hanifa ... '' ucap mereka seperti memberi dukungan.

Aku sudah mengikhlaskan Mas Setya untuk dirinya, Lalu sekarang buat apa lagi dia cari-cari masalah dengan ku. Masih belum puaskah? Aku bukan wanita bodoh. Yang gampang ditindas. Aku akan melawan kapanpun saat dia menyerangku.

Bersambung.

Part selanjutnya mau pov siapa? POV Arumi atau POV Malik?

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!