Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.
Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantar Alden
Kenzo masih setia di tempatnya, menatap ke arah Ayyara dan Alden pergi. Tanpa ia sadari Vanya sudah ada di sampingnya. Cewek itu tersenyum miring dengan tatapan kecewa. Cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu, terus menatap ke arah perginya Ayyara dengan wajah kecewa.
"Segitu kecewanya kamu, Ayya dibawa pergi cowok itu?" Ujar Vanya, membuat Kenzo mengalihkan pandangannya.
"Vanya?"
"Kenapa? Kaget liat aku ada disini?"
"Kamu ngikutin aku?"
"Kenapa? Salah aku ngikutin cowok aku yang jalan sama cewek lain?"
"Salah!" Jawab Kenzo sedikit membentak. Suasana hatinya benar-benar tidak baik saat ini.
"Kamu bentak aku, kak?! Kamu bentak aku karena cewek yang bernama Ayyara itu?! Aku ini pacar kamu! Aku berhak tau apa yang kamu lakuin!"
"Tidak semuanya harus kamu tau!!" Balas Kenzo.
"Tapi aku ini pacar kamu!"
"Vanya!!"
Cewek itu langsung terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca mendengar bentakan yang kesekian kalinya dari Kenzo.
"Kamu berubah, kak!" Vanya langsung berlari meninggalkan Kenzo. Ia memasuki mobilnya dan melajukannya menjauh dari taman.
"Aaarrrgghhh..." Kenzo berteriak frustasi sambil mengacak rambutnya. Semua ini membuatnya bingung. Kenapa dirinya malah terus tertarik menuju Ayyara. Sementara saat ini, ia memiliki Vanya.
***
Ayyara mengguling-gulingkan tubuhnya di atas kasur. Dia sedang memperhatikan handphonenya. Tiba-tiba satu chat masuk. Dan ternyata dari Alden.
Alden
Ayya
Gadis itu hanya membacanya tanpa membalas. Tapi, handphonenya kembali bergetar.
Alden
Ayya. Gue minta maaf
Melihat isi chat Alden yang bertuliskan kata maaf, Ayyara langsung membalasnya.
^^^Ayyara^^^
^^^Maaf kenapa?^^^
Alden
Maaf udah ngaku-ngaku jadi pacar lo.
^^^Ayyara^^^
^^^Ga papa. Lo juga nolongin gue.^^^
Alden
Serius ga papa?
^^^Ayyara^^^
^^^Iya. Ga papa.^^^
Alden
Besok gue anterin ke sekolah
^^^Ayyara^^^
^^^Ga usah. Gue di anter pak Tanto.^^^
Alden
Mobilnya kan mogok.
^^^Ayyara^^^
^^^Udah dibenerin.^^^
^^^Lagian masih ada mobil yang lain.^^^
Alden
Sama gue aja.
Anggap aja ucapan terima kasih
udah nolongin lo.
^^^Ayyara^^^
^^^Pamrih^^^
Alden.
Terserah lo aja bilang gue apa.
Tapi mau ya ke sekolah gue anterin.
^^^Ayyara^^^
^^^Ya udah, gue tunggu.^^^
^^^Jangan sampe telat.^^^
Alden
Ok
Setelah mengusaikan percakapan melalui chatnya bersama Alden, Ayyara menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Tiba-tiba saja dia tersenyum tanpa alasan. Jika mengingat Alden akan mengantarnya, membuat Ayyara ingin segera tidur dan lekas bertemu pagi.
***
Ayyara tersenyum menatap cermin. Penampilannya sudah sangat baik. Ia segera menuju ruang makan untuk sarapan.
"Pagi, Ma, Pa, abang." Sapanya, mencium pipi Mala dan Abima.
"Anak Mama cantik banget hari ini."
"Cantiknya cuman hari ini?" Tanya Ayyara dengan wajah cemberut. Membuat Abima dan Mala tersenyum melihatnya.
"Tau ah Mama. Anak Papa cantiknya tiap hari dong. Bukan cuman hari ini." Ujar Abima.
"Makasih, Pa."
"Ayo, dimakan sarapannya."
Ayyara meraih sarapannya dan memasukkanya ke mulut. Ekor matanya melirik Deon dan Gian. Kedua cowok itu terlihat mengacuhkannya. Tidak ada tatapan sinis seperti biasa mereka tunjukkan.
Saat sedang menikmati sarapan mereka, tiba-tiba pintu rumah di ketuk. Bi Haya segera membuka pintu. Dia langsung menyapa tamu itu dengan senyuman ramah.
"Mari, den Alden!" Bi Haya segera mengantarkan Alden menuju ruang makan.
"Alden?" Mala dan Abima berucap bersamaan.
"Selamat pagi, om, tante." Sapanya.
"Ayo, nak! Kita sarapan bersama." Alden tak menolaknya. Ia menarik kursi tepat di samping Ayyara.
"Maaf om, tante. Saya mau minta izin anter Ayya ke sekolah."
"Ga bisa!!" Deon dan Gian serentak menolaknya. Membuat Abima, Mala, Ayyara maupun Alden menatap mereka.
"Kenapa? Biasanya Ayya sama Pak Tanto." Balas Ayyara.
"Pokoknya ga boleh! Lo ke sekolah kalo bukan sama Pak Tanto, ya bereng kita."
"Kemarin Ayya ga sama Pak Tanto waktu pulang. Dan Ayya juga ga sama abang. Ayya numpang sama Alden. Mama liat kok." Kata Ayyara.
"Sudah! Papa yang tentukan. Ayya nerangkat sama Alden. Alden juga udah disini. Ga boleh nolak niat baik seseorang." Ujar Abima.
Deon maupun Gian tidak bisa membantah lagi. Setelah sarapan, kedua anak itu berpamit pergi terlebih dulu. Sangat terlihat kekesalan di wajah keduanya.
"Ayya pamit Ma, Pa." Ayyara mencium tangan kedua orang tuanya.
"Alden juga om, tante."
"Hati-hati." Balas kedua orang tua itu.
Suasana mobil menjadi hening. Tidak ada di antara Ayyara ataupun Alden yang mau membuka suara. Tapi, tanpa Ayyara sadari, Alden sesekali mencuri pandang menatapnya.
"Kenapa lo ga mau bareng abang-abang lo?" Akhirnya Alden membuka suaranya. Ia tidak tahan untuk tidak berbicara dengan Ayyara. Entahlah, kemana sikap pendiamnya selama ini.
"Gue ga suka aja ada yang ngatur-ngatur gue."
"Hubungan lo sama abang lo yang ga baik, atau lo yang mau bareng gue?" Pertanyaan Alden membuat Ayyara menoleh.
"Apaan sih? Ga dua-duanya! Kalo lo ga ke rumah, ya gue berangkat sama Pak Tanto. Gue kasian aja sama lo. Udah ke rumah pagi-pagi, malah di suruh pulang lagi. Kan ga lucu." Ucapnya sambil cemberut.
"Iya-iya. Jangan cemberut lagi dong."
Suasana sunyi dalam mobil berubah menjadi sedikit lebih hidup. Alden tak henti-hentinya mengajak Ayyara berbicara. Hingga tak terasa, mereka sudah tiba di sekolah.
"Makasih. Gue ke kelas dulu." Ayyara yang hendak turun langsung ditahan oleh Alden. Gadis itu menoleh.
"Ada apa?" Tanya Ayyara.
Alden mengulurkan tangannya, dan mengusap kepala Ayyara. "Belajar yang rajin." Ujarnya.
"Ish, apaan sih? Udah, gue mau turun!" Ayyara langsung turun dan segera menuju kelasnya.
***
Ayyara masuk kelas dan mendapatkan tatapan membunuh dari Vanya. Gadis itu seolah ingin mencakar Ayyara.
"Kenapa lo?" Ayyara malah lewat begitu saja setelah bertanya. Saat tiba di kursi mejanya, Vanya malah menariknya hingga berbalik, dan hendak menamparnya. Namun, Ayyara dengan cepat menahannya.
"Lo gila? Pagi-pagi gini ngajak ribut!"
"Lo yang gila! Lo apain Kenzo sampe nekat bawa lo pergi! Lo itu cewek kegatelan tau gak?!"
"Gue ga tau!" Ujarnya lalu menghempaskan tangan Ayyara.
"Anjing lo Ayya!!"
"Lo ga capek apa ributin cowok mulu? Cowok lo yang maksa gue! Salahin cowok lo! Bukan gue!" Ayyara menusuk bahu kanan Vanya dengan jarinya.
"Dia ga akan gitu kalo lo ga ngegoda dia!"
"Huh, emang benar gila, lo!" Ujar Ayyara. "Udah sana ke tempat lo! Bentar lagi bu guru masuk!" Usir Ayyara
***
Setelah pelajaran usai, Ayyara bergegas ke rooftop sekolah. Vanya dan Elen meminta Ayyara untuk bertemu disana. Ada sesuatu yang mereka rencanakan untuk Ayyara.
"Lama banget lo, datangnya!"
"Siapa suruh janjiannya jauh-jauh sampe sini?"
"Banyak omong lo!" Vanya langsung maju dan berusaha menendang Ayyara. Namun, gadis itu dengan mudah menghindarinya.
"Elen, bantu gue!" Elen langsung maju dengan membawa botol kaca bekas, yang entah kenapa bisa ada di rooftop sekolah.
Ayyara langsung menendang tangan Elen, membuat botol itu terjatuh dan pecah. Elen meringis kesakitan karena tangannya terkena tendangan Ayyara.
"Emang ga kapok lo berdua." Ayyara meraih pecahan botol, menarik rambut Vanya dan mengarahkan pecahan tersebut ke wajah Vanya.
"Lo selalu banggain wajah cantik lo kan? Gimana kalo wajah lo rusak?" Ayyara menyeringai. Vanya mengeleng cepat. Ayyara sangat menakutkan saat ini.
"Jangan anjing!"
"Lepasin Vanya ga lo?! Kalo ga, gue teriak!"
"Teriak aja! Sebelum mereka tiba disini, gue udah ngelempar lo dari rooftop ini." Balas Ayyara membuat Elen gemetaran.
"Hari ini gue lagi ga mood nyakitin lo berdua. Lo berdua yang ngedorong gue buat gituin kalian. Gue peringatin sama kalian! Rencana lo berdua buat celakain gue ga akan pernah berhasil. Gue udah hidup dari kematian gue! Jangan harap gue mau ngulangin kesalahan yang sama. Dan lo berdua harus tau, dendam gue belum tuntas gue balaskan. Jadi, siap-siap aja." Ujarnya kemudian pergi dari rooftop.
"Sialan lo, Ayya!" Teriak Vanya.
"Brengsek lo!" Maki Elen.
"Gue janji bakal habisin lo! Lo harus lenyap dari hadapan siapapun, termasuk orang tua lo." Gumam Vanya.
/Rose//Rose//Rose/