"Aku bukan siapa-siapa, aku hanyalah manusia biasa yang menginginkan kebebasan, tapi...
Ketika keluarga dan orang-orang yang aku sayangi di sakiti, maka aku akan menjelma menjadi dewa kematian!"
"Kau berani menghina ku? Mungkin aku akan diam....
Tapi jika kau berani menghina keluargaku, maka kau akan berakhir di lautan darah!"
Season 1 =
Night King: My Life Journey
Season 2 =
Night King: The God Of Death
Jangan lupa dukungannya ya...
IG= @zhie_n15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Valheinz Z.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch-16. Malam yang panjang
Setelah selesai makan, mereka berlima tidak langsung tidur, tapi lebih memilih untuk mengobrol untuk menentukan tujuan mereka selanjutnya. Sejak awal, tujuan mereka datang ke daratan suci adalah untuk menjemput Luo Ning dan sekarang tujuan itu telah tercapai, tapi tidak mungkin mereka akan langsung kembali sekarang.
Selain itu, Lin Feng juga masih mengemban misi yang sangat berat di pundaknya, yaitu mencari kristal sembilan surga, meski belum tahu pasti dimana tujuh kristal yang lainnya, tapi Lin Feng sangat yakin bahwa salah satu dari tujuh kristal yang tersisa ada di daratan suci, bahkan mungkin lebih dari satu. Dan tugasnya sekarang adalah, mencari keberadaan kristal-kristal tersebut.
"Tuan, bagaimana kalau kita pergi ke arah Utara" ucap Huise memberikan pendapatnya.
"Memangnya ada apa di sana?" tanya Lin Feng.
"Aku juga tidak tahu banyak mengenai daratan suci ini, tapi banyak kultivator yang ingin pergi ke sana, bahkan mereka menjadikan bagian Utara sebagai tempat tujuan pertama mereka saat datang ke daratan suci ini" jawab Huise menjelaskan.
"Kalau yang kau katakan itu memang benar, berarti ada hal menarik di bagian Utara ini, kalau tidak, bagaimana mungkin mereka mau datang begitu saja, apa lagi sampai menjadikan tempat tujuan pertama" ucap Lin Feng.
"Aku juga berpikir demikian tuan. Dan mungkin saja, kristal sembilan surga yang ke tiga juga ada di sana" ujar Yin Ouyang.
"Baiklah, kalau begitu kita yang selanjutnya adala bagian Utara dan kita akan berangkat besok" ujar Lin Feng.
"Baik tuan!" jawab ketiga bawahannya serempak.
Setelah cukup lama mengobrol, Lin Feng kemudian memutuskan untuk beristirahat, karena ia masih merasa lelah, meski sudah sempat tertidur untuk waktu yang lumayan lama, tapi rasa lelahnya masih belum menghilang sepenuhnya. Selain itu, ia juga ingin bermeditasi untuk mengembalikan energi spiritual yang sempat terkuras saat membantu Luo Ning.
Lin Feng kemudian naik ke cabang pohon besar dan tinggi dibelakangnya, lalu ia menyandarkan tubuhnya di batang pohon tersebut, sambil memandangi gelapnya langit malam yang dihiasi oleh bulan dan juga bintang-bintang. Pada saat seperti ini, hal yang paling diingat oleh Lin Feng adalah keluarganya yang telah tiada, karena sampai kapanpun, mereka tidak akan pernah hilang dari ingatannya.
"Sedang memikirkan apa?" tanya Luo Ning, lalu duduk di sebelah Lin Feng.
"Keluargaku" jawab Lin Feng singkat.
Luo Ning langsung mengerutkan alisnya ketika mendengar jawaban Lin Feng, karena ia masih tidak menyangka bahwa seseorang seperti Lin Feng sangat memikirkan keluarganya. "Benarkah? Padahal aku pikir kau sedang memikirkan kekasihmu" ucap Luo Ning.
Lin Feng menghela napas, ia kemudian memperbaiki posisi duduknya, lalu mengalihkan pandangannya pada Luo Ning. "Aku salah seorang pembunuh dengan hati sekeras batu dan sikap sedingin es, selama ini belum pernah ada wanita lain yang mampu membuat hatiku melunak selain dirimu, jadi..."
"Aku tahu itu, lagipula aku hanya bercanda dan ingin mengganggumu saja" ujar Luo Ning, kemudian tersenyum pada Lin Feng.
"Boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Luo Ning.
"Tentu!" jawab Lin Feng.
"Sejak aku pergi, apa kau pernah bersama wanita lain?"
"Tidak! Tapi aku punya dua bawahan wanita, mereka dijuluki sebagai iblis kembar" jawab Lin Feng, namun pandangannya matanya tertuju pada langit malam.
Luo Ning kembali tersenyum mendengar jawaban Lin Feng, meski sudah sangat lama ia tidak bersama Lin Feng, tapi ia tahu bahwa Lin Feng berkata jujur, karena orang seperti Lin Feng adalah tipe orang yang suka berbicara dengan terus terang. Selain itu, hatinya kecilnya juga mengatakan bahwa Lin Feng sedang tidak berbohong padanya.
"Terimakasih, Lin Feng" ucap Luo Ning dalam hatinya, lalu mendekatkan dirinya ke arah Lin Feng.
"Lin Feng..."
"Ada apa?" jawab Lin Feng sambil menoleh ke arah Luo Ning.
Baik Lin Feng ataupun Luo Ning langsung terdiam saat itu juga, karena sekarang wajah mereka berdua sangatlah dekat, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan, lalu ketika pandangan mereka bertemu, wajah mereka berdua langsung bersemu merah dengan jantung yang berdebar kencang. Dan saat itu juga, Lin Feng benar-benar merasa bingung harus melakukan apa, ia bahkan tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini.
Sesaat kemudian, Lin Feng langsung mengalihkan pandangannya dan kembali melihat langit malam. "Ma-maaf..." ucap Lin Feng singkat.
"Perasaan apa ini, kenapa rasanya sangat aneh" Lin Feng bergumam dalam hatinya.
"Ti-tidak apa-apa, a-aku juga minta maaf" jawab Luo Ning tertunduk malu.
Di sisi lain.
"Padahal aku sempat berpikir kalau tuan akan mencium nona Luo" ucap Yin Ouyang.
"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Lang Diyu.
"Aku juga tidak tahu, tapi saat perempuan dan laki-laki bersama pada saat seperti ini, biasanya sang laki-laki akan mencium wanitanya" jawab Yin Ouyang.
"Hei, apa kalian tidak punya kegiatan lain?!" ujar Huise.
"Memangnya apa yang bisa kita lakukan malam-malam begini?" tanya Lang Diyu.
"Sebagai bawahan kalian benar-benar ceroboh!" jawab Huise kesal.
Yin Ouyang dan Lang Diyu kaget mendengar perkataan Huise, lalu mereka mengedarkan energi spiritualnya dan akhirnya menyadari kalau ada yang sedang mengintai mereka. "Sejak kapan mereka di sini?" tanya Yin Ouyang.
"Mereka baru saja datang, tapi aku yakin tuan dan nona Luo juga menyadari kehadiran mereka" jawab Huise.
Beberapa menit sebelumnya.
Dua ratus meter dari Lin Feng dan yang lainnya, sekelompok pria berpakaian serba hitam yang berjumlah lebih dari dua puluh orang baru saja datang, langkah mereka terhenti setelah sang pemimpin kelompok tersebut menyadari keberadaan Lin Feng dan yang lainnya di depan mereka, karena penasaran, mereka kemudian memutuskan untuk melihat siapa yang ada di tempat tersebut.
"Tidak salah lagi, dia adalah wanita yang dikatakan oleh yang mulia!" ucap sang pemimpin.
"Baguslah, kalau begitu mari kita tangkap dia sekarang!" ujar salah seorang dari kelompok tersebut.
"Jangan bertindak gegabah, untuk saat ini sebaiknya kita awasi saja mereka, jika ada kesempatan barulah kita akan menyerang!" ujar sang pemimpin.
"Baik ketua!" jawab semua orang.
Sementara itu, obrolan Lin Feng dan Luo Ning terpaksa harus dihentikan, karena mereka berdua menyadari keberadaan aura membunuh di sekitar tempat tersebut, namun mereka berdua masih bersikap tenang dan biasa-biasa saja, seolah-olah tidak menyadari bahwa ada yang sedang mengawasi mereka berdua.
"Huise, awasi terus pergerakan mereka, sepertinya mereka bukanlah orang-orang yang bersahabat" ucap Lin Feng melalui telepati.
"Baik tuan" jawab Huise.
"Tuan, apa kami boleh melakukan sesuatu pada mereka?" tanya Huise.
"Jangan dulu, biarkan mereka menghampiri kematian dengan sendirinya" jawab Lin Feng.
(Maaf ya semuanya, hari ini cuma bisa satu chapter 🙏🙏)