NovelToon NovelToon
Cinta Dibalik Heroin 2

Cinta Dibalik Heroin 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Obsesi / Mata-mata/Agen / Agen Wanita
Popularitas:280
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

Feni sangat cemas karena menemukan artikel berita terkait kecelakaan orang tuanya dulu. apakah ia dan kekasihnya akan kembali mendapatkan masalah atau keluarganya, karena Rima sang ipar mencoba menyelidiki kasus yang sudah Andre coba kubur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Benar-benar padam

Telepon di tangan Feni bergetar pelan. Ia menatap layar beberapa detik sebelum akhirnya menekan tombol hijau.

“Lang… kamu lagi di mana?” tanyanya, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Erlang terdiam sesaat sebelum menjawab, “Di kantor sayang, Ada apa? Kamu kedengarannya cemas.”

Feni memijat keningnya, mencoba menahan ketegangan yang sejak tadi menguasai dadanya. “Aku mau tanya soal Mbak Rima. Tentang kasus yang dia selidiki.”

Erlang menghembuskan napas pelan. “Fen, kita udah bahas—”

“Aku nggak percaya dia berhenti begitu aja,” potong Feni cepat. “Aku denger dia bicara sama Mas Andre tadi pagi. Suaranya… kayak ada sesuatu yang dia sembunyikan.”

Erlang tidak membantah. Itu justru membuat kecemasan Feni makin menguat.

“Aku mau tahu apa yang kamu tahu,” desaknya. “Aku nggak mau kakakku atau Rima kena sesuatu.”

“Ini bukan pembicaraan yang aman lewat telepon,” ujar Erlang akhirnya. “Tapi baik. Aku bakal jelasin… setelah aku selesai satu hal dulu.”

“Satu hal apa?”

Belum sempat Erlang menjawab, panggilan masuk lain muncul. Nama Andre berkedip di layar.

“Aku kabarin lagi,” ujar Erlang terburu-buru sebelum memutus telepon.

Feni menatap layar kosong itu lama. Perasaannya tidak enak—dan firasat itu tidak pernah salah.

......................

Lapas Kelas I, Ruang Tamu Khusus

Andre berdiri mematung di depan meja besi panjang. Bau deterjen bercampur dengan karat memenuhi ruangan. Di sisi lain kaca pembatas, seorang pria bertubuh kurus dengan rambut yang mulai ubanan muncul dibawa petugas.

Diki.

Mantan polisi yang dulu namanya harum sebelum tercoreng kasus suap narkoba.

Diki duduk, menatap Andre dengan senyum kecil yang lebih menyerupai luka lama daripada keramahan.

“Aku kira kamu nggak bakal datang,” ucapnya tanpa basa-basi.

Andre mencondongkan tubuh, menatapnya lurus. “Rima datang ke sini beberapa hari lalu, kan?”

Diki tertawa kecil. Suaranya serak. “Ya. Polisi pemberani itu. Dia nggak kayak yang lain.”

“Dia berhenti menyelidiki kasus itu,” ujar Andre pelan. “Tapi aku rasa dia dia gak akan berhenti begitu saja”

Diki mengangkat alisnya. “Wajar. Yang dia sentuh itu bukan kelas receh, Dre.”

Andre menggertakkan rahang. “Katakan apa yang dia cari darimu.”

Diki menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuh pada kursi. Ada kelelahan yang tak bisa ia sembunyikan.

“Rima datang nanya soal kasus narkoba lama… yang dulu menyeretku,” katanya lirih. “Dia bilang ada indikasi perusahaan besar terlibat. Dan itu benar. Jaringan itu masih hidup, Dre. Bahkan lebih rapi.”

Andre menegang. “Apa hubungan Firman dengan ini semua?”

Diki menunduk. Nadanya berubah lirih dan penuh rasa bersalah. “Firman itu informanku. Dia salah satu dari sedikit orang yang masih percaya padaku setelah semua hancur.” Ia terdiam sejenak. “Aku yang nyuruh dia kasih flash drive itu ke Rima.”

“Jadi kamu tahu isinya?” tanya Andre cepat.

Diki menatapnya lama. “Bukan cuma tahu, Dre. Aku yang buat sebagian isi itu dulu. Data transaksi, nama perusahaan, rute distribusi barang, catatan suap… semuanya masih ada.”

Andre membeku. “Jadi yang dikasih Firman ke Rima—”

“Hanya salinan.” Mata Diki mengeras. “Ini cuma potongan kecil. Yang asli… jauh lebih berbahaya.”

Andre merasa napasnya terhenti. “Kamu tahu di mana yang asli?”

“Kalau aku tahu, aku udah mati,” jawab Diki serak. “Tapi aku tahu satu hal: Firman pasti nyembunyiin sesuatu di tempat tinggal sementaranya. Dia nggak pernah menaruh semua informasi di satu tempat.”

Andre menatapnya, rasa takut dan amarah campur jadi satu. “Ada yang sedang mencari drive itu?”

Diki mendekat ke kaca. Suaranya berubah nyaris berbisik. “Sudah lama mereka mencari. Dan sekarang, setelah Firman mati, mereka pasti bergerak makin cepat.”

......................

Begitu keluar dari ruang tahanan, Andre langsung meraih ponselnya.

“Lang, aku butuh kamu dan Toni sekarang,” katanya begitu telepon tersambung.

Erlang terdengar waspada. “Ada apa?”

“Kita geledah rumah kontrakan Firman. Diki mengonfirmasi flash drive yang Rima dapat cuma salinan.”

Keheningan singkat.

“Kamu yakin?” tanya Erlang lebih serius.

“Yakin.” Andre menatap tembok lapas yang dingin. “Dan salinan itu cukup untuk membunuh lebih dari satu orang.”

Suara Erlang berubah berat. “Aku dan Toni langsung jalan.”

Di apartemennya, Feni masih berdiri dengan ponsel tergenggam erat. Ia mendengar sebagian percakapan Erlang sebelum sambungan terputus.

Dan itu cukup untuk membuat lututnya melemas.

Salinan. Ada yang asli. Dan Rima sudah terlalu jauh masuk.

Feni menutup mata sejenak sebelum mengambil jaketnya.

“Aku nggak bisa tinggal diam,” bisiknya pada dirinya sendiri.

Malam itu, tanpa banyak berpikir, Ia melangkah keluar apartemen—mengejar jawaban yang mungkin justru membawanya ke bahaya yang sama.

......................

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!