Bagaimana jadinya kalau ayah dari sahabat mu mencintaimu?. Dan sahabatmu menentangnya.
Persahabatan antara Mita dan Alda yang awalnya lancar lancar saja menjadi rumit. Sejak Alda mengetahui bahwa ayahnya Willy dan Mita sahabatnya merupakan sepasang kekasih.
Alda menentang hubungan ayahnya dengan Mita. Willy merasa frustasi, melepas Mita sangat sulit baginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nino Menggombal
"Mita, nenek juga setuju. Menikahlah dengan Willy, kita tidak tahu apa yang akan direncanakan Farida lagi. Apalagi si rentenir, kapan aja dia bisa datang," kata nenek lembut. Mita masih terdiam. Walau dia sangat mencintai Willy, tapi keraguan itu tetap ada. Mengingat Willy seorang pengusaha nan kaya raya, bisa saja dia mempunyai wanita simpanan. Itulah pikiran Mita. Ditambah Sofia yang sudah mengaku sendiri ke Alda bahwa dia akan menikah dengan Willy.
"Apa kamu masih ragu honey?" tanya Willy yang sedari tadi memperhatikan Mita. Mita meliriknya sekilas kemudian menunduk.
Malam sudah larut, Willy tidak jadi menginap di rumah Mita, karena Rudi yang akan menginap untuk menjaga Mita.
Besok paginya, Mita terbangun. Setelah membuatkan teh untuk ayahnya. Mita juga memasak sarapan untuk mereka bertiga. Pikirannya masih tertuju ke pernikahan yang akan dilangsungkan hari ini. Nenek melarang nya untuk tidak ke sekolah. Mita tidak habis pikir, nenek yang awalnya tidak suka dengan Willy, malah mulai tadi malam justru nenek yang paling bersemangat untuk pernikahan Mita.
Kalau dihitung, sebenarnya tinggal lebih kurang dua bulan lagi di bangku SMA. Pertengahan bulan April, ujian akhir semester nasional akan diselenggarakan. Mita masih ingin menikmati masa muda. Mita sadar, hidupnya bukan di dunia novel yang selalu berakhir indah. Usianya yang masih tujuh belas tahun belum tentu bisa membahagiakan Willy.
Mita juga sadar kehidupan rumah tangga itu bukan hanya sekedar urusan ranjang. Belum lagi restu Alda. Ya. Mita harus memastikan terlebih dahulu restu Alda untuk hubungannya bersama Willy baru dia mau melangkah maju atau mundur.
Bagi Mita menikahi Willy tanpa restu Alda adalah penghianatan bagi persahabatan mereka.
Alda bagi Mita bukan sekedar sahabat. Lebih dari itu. Sama sama tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu membuatnya bagaikan saudara yang saling melengkapi. Mita juga sadar, Alda memintanya untuk mengajari privat bukan karena Alda bodoh tapi pura pura bodoh supaya Mita mau mengajarinya. Dengan begitu Alda bisa membantu Mita dari segi keuangan.
Sanggupkah Mita berkhianat?. Tentu saja tidak. Pagi ini Mita mencari cara supaya pernikahannya gagal bersama Willy. Mita bertekad dia tidak akan buta oleh karena cinta.
Persahabatannya jauh lebih penting dari pernikahan yang akan diselenggarakan hari ini.
Mita masih terus berpikir di kamarnya, bagaimana caranya menggagalkan pernikahan ini tanpa membuat Willy, Rudi atau nenek curiga. Mita tersentak ketika ayah memanggilnya dari ruang tamu.
"Ada apa ayah?" tanya Mita pelan. Dia sama sekali tidak bersemangat.
"Ayah mau minta KTP mu, ayah mau fotocopy," jawab ayah. Merasa menemukan ide Mita kembali masuk ke kamarnya bukan mengambil KTP tetapi menyembunyikannya semakin tersembunyi.
"Ayah, gimana ini, KTP ku hilang, tidak tahu entah di mana," jawab Mita pura pura sedih. Ayah mengomeli Mita. Nenek yang mendengar Rudi mengomel keluar dari kamar.
"Apa yang hilang Mita?" tanya nenek.
"KTP ku nek,"
"Kalau fotocopy nya boleh?, aku punya fotocopy nya." Rudi mengangguk. Mita kembali sedih. Nenek masuk ke kamarnya untuk mengambil fotocopy KTP Mita. Dalam hati Mita berdoa semoga nenek tidak menemukan fotocopy nya. Harapannya sirna nenek membawa fotocopy KTP Mita dan menyerahkannya ke Rudi.
"Mau kemana ayah?" tanya Mita melihat ayahnya berdiri
" Mau fotocopy ini kembali. Yang ini sudah usang," jawab ayah menunjukkan fotocopy KTP ke Mita.
Di sekolah, Alda merasa sepi. Mita yang tidak biasanya absen membuatnya harus duduk sendiri di bangku mereka. Berkali kali menghubungi Mita, tak satupun panggilannya dijawab atau pesannya dibalas.
"Mita, kemana? kok, gak hadir hari ini?" tanya Nino
"Gak tahu, nanya," jawab Alda ketus. Nino menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Boleh duduk di sini kan?" tanya Nino lagi.
"Tidak boleh," jawab Alda masih ketus. Mendapat penolakan dari Alda tidak langsung membuat Nino berpindah. Dengan santainya Nino mendaratkan pantatnya di bangku yang biasa diduduki Mita.
"Alda..."
"Apa..."
"Mau nanya, boleh?"
"Nanya apa?"
"Kamu udah pacar belom?" tanya Nino membuat Alda menoleh ke sebelahnya. Nino masih menatapnya.
"Udah punya?" tanya Nino lagi. Alda dengan polosnya menggeleng kan kepalanya. Nino tersenyum dan mengarahkan pandangannya ke pintu ruangan.
"Boleh daftar nggak?" tanya Nino lucu membuat Alda mengerutkan keningnya.
"Daftar untuk apa?" tanya Alda bingung.
"Daftar mau jadi pacar kamu," jawab Nino sambil mengedipkan sebelah matanya ke Alda.
"Playboy cap Kampak tereliminasi sebelum mendaftar," jawab Alda. Nino bukannya tersinggung malah tertawa keras membuat siswa lain menoleh ke mereka berdua.
"Tenang sayang, walau calon pacarmu ini playboy tapi aku playboy yang bermartabat," jawab Nino berbisik tepat di telinga Alda. Alda mengibaskan rambutnya hingga tangan Alda mengenai wajah Nino.
"Gombalan mu tidak mempan," kata Alda ketus dan mendorong tubuh Nino untuk tidak duduk di sebelahnya. Siswa lain bersorak melihat Nino yang didorong Alda. Pria playboy itu merasa malu, Nino melayangkan tinjunya ke udara sebagai bentuk kekesalan hatinya yang ditolak Alda. Rasa percaya dirinya seketika hancur oleh penolakan Alda. Terbiasa dipuja dan didekati cewek cewek cantik membuatnya menyamakan semua wanita. Dia berpikir Alda seperti itu.
Sepulang sekolah, Alda menyuruh si kakek untuk mengantarnya ke rumah Mita. Kakek yang sudah pernah mengantar Mita tidak keberatan dengan permintaan Alda.
Sepanjang perjalanan Alda juga berusaha menghubungi Mita, tetap saja Mita tidak menjawab panggilannya membuat Alda semakin khawatir. Biasanya kalau panggilan tidak dijawab Mita, beberapa menit atau jam kemudian pasti Mita menghubungi balik. ini mulai dari tadi pagi dihubungi tak satupun ada panggilan dari Mita.
Semakin mendekat ke arah rumah Mita, Alda merasakan jantungnya semakin berdebar. Alda merasa takut jika harus melihat sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada Mita. Semalam Mita bercerita neneknya sakit membuat Alda menduga duga sesuatu terjadi terhadap nenek.
Tiba di depan rumah Mita, Alda sedikit lega karena tidak ada tanda tanda berkabung. Hanya ada beberapa orang sedang duduk sambil berbicara di teras rumah Mita. Alda turun dari mobil dan mengucapkan salam. Mita yang sudah mengenal suara Alda langsung berlari keluar rumah.
"Alda, kamu datang, ayo masuk!" ajak Mita senang. Nenek dan Rudi saling berpandangan. Alda lega melihat sahabatnya yang merasa senang. Alda menunduk hormat kepada para orang tua yang duduk di teras rumah Mita. Kemudian masuk ke dalam rumah.
"Mita, aku sangat mengkhawatirkan mu, kenapa tidak masuk sekolah?" tanya Alda setelah duduk di sofa. Alda mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu. Ini yang pertama Alda ke rumah nenek Mita.
"Maaf Alda, aku tidak mengabari mu tadi," jawab Mita sedih. Mita semakin merasa bersalah kepada Alda.