Bagaimana rasanya jika ternyata kehormatanmu sampai direnggut oleh Kakak tirimu sendiri?
Rina terlibat cinta segitiga dengan Rangga dan juga Mega yang ternyata memiliki sebuah rencana untuk memisahkan dirinya dengan Rangga, kekasih yang merupakan sahabatnya.
Sampai akhirnya Rina pun menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh kakak tirinya sendiri yang bernama Angga. Beruntung saat Angga mulai menyadari kesalahannya terhadap Rina yang ternyata adalah adik tirinya, Rina mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan dirinya hilang ingatan dan melupakan segala peristiwa pahit itu. Bahkan Rina pun melupakan Rangga kekasihnya yang merupakan calon suaminya.
Bagaimana kisah Rina menemukan jati dirinya dalam ingatannya yang hilang? Sedangkan kehormatannya telah dirampas oleh Angga, kakak tirinya sendiri?
Apakah Rina bisa lolos dari penculikan yang direncanakan oleh Mega, sampai membuatnya terbuang ke India? Ikuti kisah menarik di dalamnya dengan komedi dan action yang memukau bersama para aktor dan aktris dalam negeri juga Bollywood.
happy reading..
Terima Kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Buruk dari Papa
Drrret-drrret-drrret
"Halo Pah?" jawab Rina.
"Rin, bisa ke rumah, Papa tunggu penting Rin!" titah Adi.
"Ada apa ya Pah?" tanya Rina.
"Tidak bisa Papa bicarakan di telepon, kamu hati-hati Papa tunggu." ucap Adi mengakhiri.
Rina yang merasa bingung, bergegas pergi menuju rumah Adi.
"Bi, aku ke rumah Papa dulu ya." ucap Rina.
"Baik Mba, hati-hati di jalan." sahut Bi Imah.
"Tolong bilangin Vara ya Bi." ucap Rina karena tidak bisa menunggu Vara yang masih berada di sekolah.
Rina memesan kendaraan online untuk mengantarnya, setelah beberapa menit mobil tiba. Rina dengan segera menuju rumah Adi. Sepanjang perjalanan Rina punya perasaan yang tidak enak akan hal yang ingin Adi sampaikan.
45 menit di perjalanan.
Rina pun tiba di rumah Adi. Ia segera turun dari mobil, sebelum turun Rina tidak lupa mengucapkan terima kasih dan memberikan tips kepada drivernya.
Tok-tok-tok
Suara pintu terdengar oleh Risma. Risma dengan segera membukakan pintu rumahnya. Melihat Risma yang membukakan pintu, Rina langsung mencium punggung tangan Risma dan segera masuk, untuk menemui Adi yang sudah sejak tadi menunggunya. Begitu Adi melihat Rina, Adi langsung memberikan pertanyaan kepada Rina.
"Bagaimana bisa Angga mengenalmu?" tanya Adi.
Rina begitu kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan Adi. Rina akhirnya menceritakan semuanya mulai dari awal pertemuan dengan Angga hingga masalah penolakan atas syarat dari Angga yang mengakibatkan pemecatannya. Setelah mendengar cerita dari Rina, Adi menceritakan semua ancaman Angga terhadapnya dan mengenai kontrak yang jadi permainan Angga untuk menjebaknya.
"Aku tidak mau menikah dengan Angga!" tegas Rina.
"Papa mengerti perasaan kamu, hanya saja kamu harus pikirkan adik-adik kamu." tutur Adi.
Risma yang mendengar cerita Adi jadi ikut cemas memikirkannya, ia merasa sedih atas apa yang menimpa Rina.
"Bagaimana dengan Rangga, aku tidak mau melukainya, Papa lihat cincin ini Rangga melamarku." tutur Rina seraya menunjukkan cincin di jari tangannya.
"Bagaimana mungkin aku bisa mematahkan hati Rangga, sedangkan aku pun ingin menikah dengannya!" gumam Rina yang mulai menangis.
"Papa tidak memaksa kamu, ini memang salah Papa, perlu kamu tahu rumah yang kamu tempati itu atas nama Papa juga jadi sesuai kontrak yang Papa tanda tangani, itu termasuk dalam aset Papa yang akan di sita oleh Angga." ujar Adi sambil menghela nafas.
Di balik ruang tamu, Yoga tersentak kaget mendengarnya. Yoga pun terus menguping percakapan antara Rina dan Adi tanpa ada yang mengetahuinya.
"Jadi Vara dan Yoga tidak akan mempunyai tempat tinggal?" ujar Rina bingung.
"Iya betul karena semua rumah atas nama Papa." ujar Adi.
"Kamu tidak harus menikah dengan Angga seumur hidup kamu, kalau seandainya kamu mau menikah dengan Angga, kamu bisa ambil surat perjanjian yang Papa telah tanda tangani itu, berikan ke Papa, dengan itu perjanjian Papa dan Angga akan berakhir dan setelah itu hak kamu! Apa kamu ingin berpisah dengan Angga atau melanjutkan rumah tangga kamu dengannya?" tutur Adi menjelaskan.
Rina tidak menyangka pernikahan yang ia dambakan dengan Rangga, terancam batal karena ancaman Angga, lagi-lagi dalam benaknya terlintas Angga seperti momok yang menakutkan dalam hidupnya.
"Aku harus pikirkan semuanya, ini menyangkut hidupku tapi ini pun tentang adik-adikku." tutur Rina lemas penuh piluh.
"Hanya saja Papa tidak punya waktu, Angga memberikan waktu tidak lama." ujar Adi.
"Aku sayang adik-adikku, aku lakukan ini demi mereka, aku tidak mau kuliah Yoga jadi terhenti karena tidak ada biaya, aku pun tidak mau Vara dan Yoga tidak punya tempat tinggal, tapi biar aku sendiri yang datang menemui Angga." ujar Rina
"Aku pamit, aku sekarang akan menemui Angga." lanjut Rina seraya bergegas untuk pergi.
Di saat Rina ingin melangkah pergi, langkahnya tertahan oleh suara Yoga yang memanggilnya. Yoga keluar dari tempatnya menguping, ia menghampiri Rina.
"Tidak usah berkorban Kak! Apalagi untukku dan Vara, Vara juga bila tahu dia akan melakukan hal yang sama denganku, untuk kuliah aku bisa stop dulu sampai punya biaya lagi dan untuk tempat tinggal kita bisa untuk sementara sewa Kak." tutur Yoga seraya menghalangi jalan Rina untuk pergi.
Semua perkataan Yoga menyadarkan Rina. Ia coba untuk berpikir langkah apa yang akan ia ambil. Bimbang yang terasa dalam hati, membuatnya terlintas sosok Rangga dalam pikirannya. Laki-laki yang jadi tambatan hatinya di kala Rina sedang sedih menghadapi suatu masalah.
Rina akhirnya memutuskan pergi menemui Rangga terlebih dahulu untuk menceritakan semua masalah yang sedang ia hadapi. Walau Rina ingin menemui Rangga, namun di dalam hatinya sangat resah dan bimbang akan keputusannya untuk menceritakan hal ini kepada Rangga.
"Apa aku bisa menceritakan semua ini kepada Rangga?" gumam Rina bertanya pada hatinya.
Dengan langkah tertatih ia pergi menuju rumah Rangga. Perasaan cemas mengiringi perjalanan Rina.
"Aku tidak mau melukai hati kamu Rangga, tapi aku harus mengatakan ini padamu, walau aku sendiri tidak yakin, apa aku punya keberanian untuk menatap matamu yang mungkin akan basah oleh air matamu?" gumam Rina lirih.
Rina pun akhirnya tiba di rumah Rangga, dengan langkah yang ragu Rina memasuki halaman rumah, ketika keraguannya menyihir kesadarannya, ia bergeming mendengar panggilan Lisa.
"Kak Rina, kenapa melamun saja? Ayo masuk Kak! Tapi pantas saja kalian berjodoh ya, Mas Rangga juga suka bengong kaya Kak Rina." tutur Lisa menahan tawanya.
"Kamu apa kabar Lis?" tanya Rina yang terkekeh malu.
"Iya Kak aku sehat. Mas Rangga ada tuh di dalam dari tadi senyum-senyum sendirian aja." ujar Lisa menuturkan.
"Rangga pasti sedang memikirkan pernikahan kami, apa mungkin aku bisa menyampaikan kabar ini yang pastinya akan merusak kebahagiaannya." gumam Rina.
"Kak Rina! Jangan bengong lagi." seru Lisa memanggil.
Rina bergeming sadar dari kecemasannya.
"Kalian emang benar-benar berjodoh ya." tutur Lisa yang kembali menahan tawanya.
Mendengar kata-kata Lisa, Rina seakan teriris hatinya, karena besar harapannya ia memang ingin menikah dengan Rangga.
"Aku juga sih maunya begitu Lis, aku masuk dulu ya nemuin Rangga." ujar Rina dengan raut wajah yang berubah sedih.
Rina berpaling dari Lisa, ia segera meneruskan langkahnya untuk menemui Rangga.
"Tadi kata Kak Rina, "Aku juga sih maunya begitu". selidik Lisa seraya berpikir.
Lisa yang aneh dengan jawaban Rina mengurungkan niatnya untuk pergi, ia pun kembali ke dalam rumah, tanpa sepengetahuan Rina.
Rangga yang melihat kedatangan Rina langsung menyambutnya dengan sebuah pelukan. Pelukan bahagia atas apa yang akan mereka lalui nanti bersama. Rina semakin ragu untuk menceritakan semuanya kepada Rangga.
"Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan semuanya? Rangga sepertinya sangat bahagia, aku tidak mau mematahkan hatinya." batin Rina.
Mereka berdua pun tampak duduk di ruang tamu.
"Sayang." sapa Rangga dengan lembut.
"Ih kamu biasa aja, aku kan malu dan aku gak terbiasa denger kamu manggil aku, sayang." sahut Rina yang agak canggung.
"Kamu harus terbiasa ya sayang." sindir Rangga menggoda.
"Kamu mah, masih aja dah ah." gerutu Rina sambil mencubit Rangga di pinggang kiri kanan.
Mereka pun tampak tertawa bahagia, di sini Rina masih menahan apa yang ingin ia sampaikan.
"Ngga, aku sayang sama kamu, sebenarnya aku sangat ingin menolak ancaman Angga, hanya saja aku takut, Adik-adikku sampai tidak punya tempat tinggal, pekerjaan Papa akan hancur, aku gak bisa melihat mereka menderita karena aku, jadi seandainya aku mengiyakan untuk menikah dengan Angga, ketahuilah semua ini tidak akan merubah perasaan aku ke kamu, aku hanya mencintaimu." batin Rina.
Tanpa Rina sadari, air matanya sudah menenggelamkan kedua bola matanya, hingga menetes membasahi pipinya. Rangga yang melihat menjadi heran, seperti ada yang berbeda dari Rina.
"Sayang kamu kenapa menangis?" tanya Rangga seraya mendekati Rina.
"Ini tangis bahagia, aku bahagia seandainya kita bisa menikah dan sampai nanti aku jadi Ibu dari anak-anak kamu, bersama kamu selalu saat pagi dan malam, hanya saja aku takut." ucap Rina penuh lirih.
"Apa yang kamu takuti? Kamu takut aku panggil sayang, ya udah aku panggil kamu Bunda aja ya, kamu jangan nangis lagi ya." ucap Rangga.
"Kamu ini bisa aja membuat aku tertawa." ucap Rina sambil mencubit Rangga.
"Au sakit.. Sakit Rin, udah kamu jangan sedih lagi ya Bunda." ujar Rangga menghibur Rina.
Mereka berdua terlihat bahagia menghabiskan waktu bersama, hingga membuat Rina melupakan sejenak segala kepenatannya, ia pun melupakan sejenak niatnya untuk memberitahu Rangga akan masalah yang sedang ia hadapi. Walau sesekali raut wajah Rina berubah sedih ketika melihat tawa Rangga, tapi ia berhasil menutupi semuanya dari Rangga, sampai Rangga tidak bisa membaca beban yang ada di wajahnya.
Sementara Lisa dari kejauhan terus memperhatikan Rina, ia menjadi tambah penasaran karena menangkap keanehan dari reaksi Rina.
"Aku harus cari tahu masalah apa yang sebenarnya Kak Rina tutupi dari Mas Rangga." gumam Lisa.
Lisa mencoba menerka walau ia belum tahu pasti kebenarannya.
"Maafin aku Rangga, aku tidak mau mematahkan perasaan kamu, kasih waktu aku sampai hari Sabtu, aku akan selesaikan masalahku dengan Angga, aku akan coba pertahankan segala impian kita untuk menikah, karena aku hanya ingin kamu yang menjadi Imanku." gumam Rina penuh tekad.
Lisa pun tidak melanjutkan rencananya untuk pergi.
"Aku harus cari tahu masalah apa yang Kak Rina hadapi? Aku yakin ada yang ia sembunyikan?" gumam Lisa tersenyum.
****
Bersambung✍️
Beri like dan tinggalkan koment ya.. makasih