NovelToon NovelToon
Tatap Aku, Suamiku

Tatap Aku, Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Nikahmuda / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:17M
Nilai: 4.9
Nama Author: Casanova

Musim pertama : Tatap Aku, Suamiku
Musim Kedua : Bunda dari Anakku


Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Wira (22 tahun) nekad membawa kedua orang tuanya ke Yogyakarta untuk melamar Naina ( 17 tahun), yang hanya seorang gadis yatim piatu.
Wira yang terlahir dari keluarga berada, menikah dengan Naina yang hanya gadis dari keluarga biasa.

Lima tahun pernikahan, guncangan menghantam kehidupan rumah tangga mereka. Dunia Naina hancur seketika. Kebahagiaan yang selama ini direguknya, apakah hanya sebuah kebohongan semata atau memang nyata. Apakah pernikahan ini sanggup di pertahankan atau harus berakhir??

Ikuti perjalanan rumah tangga Wira dan Naina

“Tolong tatap aku lagi, Suamiku.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

S1. Bab 15

Kamar perawatan bernuansa putih dengan gorden cream menjuntai itu tampak sepi. Papa mertua sibuk dengan ponsel di tangan, membaca berita dari media online sedangkan sang mama mertua tampak duduk di samping tempat tidur, menatap kelopak mata Naina yang terpejam.

“Anak manis, tetapi sayang nasibmu tidak semanis wajahmu. Hatimu seluas samudra, tetapi sayang harus menerima ujian yang bertubi-tubi tanpa kamu sadari.”

Mama Wira membatin, dengan mata berkaca-kaca. Cairan kristal bening itu hampir terjatuh kalau saja tidak tersentuh dengan ujung jari tangannya.

“Mama juga wanita, mama bisa merasakan bagaimana sakitnya di posisimu. Maafkan mama, Nai. Cinta kami tidak berkurang sedikitpun dengan adanya Stevi dan Nola. Posisimu tetap sama di hati kami, bahkan mama tahu di hati Wira kamu tidak tergantikan. Hanya saja, sebagai wanita rasanya tidak adil kalau kami menjagamu tetapi mengorbankan wanita lain, apalagi ada cucu kami disana. Bukankah adil itu harusnya untuk semua orang.”

Mengenggam tangan Naina dengan lembut menyiratkan seberapa besarnya kasih sayangnya untuk Naina.

“Mama tahu,Wira tidak bersalah, satu-satunya yang harus disalahkan adalah Stevi, tetapi disini juga ada Nola. Mama tidak bisa mengabaikan Nola begitu saja. Bagaimana pun dia tidak bersalah, dia hanya anak tanpa dosa yang butuh kedua orang tuanya. Rasanya tidak adil, kalau Nola harus menanggung dosa-dosa orang tuanya. Mama tahu, suatu saat kamu akan mengerti, Nai.”

Suara pintu terbuka, mengalihkan perhatian sepasang suami istri itu dari aktivitasnya.

“Wir, sudah beres?” tanya sang papa, spontan mengantongi kembali gawainya.

“Sudah, Pa. Bagaimana Naina? Apa istriku baik-baik saja?” tanya Wira, melangkah masuk. Mencari tahu akan penasaran dan khawatirnya di beberapa jam terakhir.

Hati Wira menghangat, melihat genggaman erat tangan mamanya pada jemari lentik Naina. Pemandangan yang sudah lama tidak dilihatnya. Sejak dua tahun ini, mama lebih sering menghabiskan waktunya dengan Nola, lebih banyak mengabaikan Naina. Tidak seperti dulu, saat Nola belum memasuki kehidupan mereka.

“Ma, Naina belum makan siang?” tanya Wira, netranya menangkap nampan berisi makanan yang masih utuh, belum tersentuh.

“Iya Wir. Naina mau makan siang bersamamu. Sudah mama bujuk, tetapi istrimu belum mau.”

Wira mengangguk. Lelaki itu cukup paham dengan Naina, yang hanya mau bermanja-manja dengannya.

“Wir, bagaimana? Apa semua baik-baik saja?” tanya Mama Wira. Melangkah menjauh, mencari tempat nyaman untuk bertukar kisah sambil berbisik.

“Sudah.” Jawaban singkat Wira disertai anggukan.

“Ma, kalau mama sempat, tolong sering-sering mengunjungi Nola. Aku mengkhawatirkan putriku,” ucapan pelan, nyaris seperti bisikan.

“Hubunganku dan Stevi tidak terlalu baik. Mama tahu, itu berimbas pada sikapnya ke Nola,” jelas Wira pelan sekali, hampir tanpa suara.

Keduanya berdiri menatap pemandangan yang sama. Saling melipat dada di depan jendela, berbisik pelan.

“Sejak awal mama memintamu bersikap baik pada Stevi itu hanya untuk Nola, Wir. Mama sudah bisa menebak arahnya akan seperti ini.” Kesal tertahan di dalam kalimat, tetapi sebagai orang tua, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Aku tidak mencintainya. Sampai napasku tercabut dari raga, tidak akan ada nama Stevi di dalam hidup dan matiku, Ma. Hanya Naina, mama tahu itu. Dengan Naina atau tidak dengan siapa pun!” tegas laki-laki 27 tahun itu.

“Naina jauh lebih berharga dimatamu, dibanding Nola. Suatu saat kamu akan menyesalinya Wir.”

Wira tersenyum kecut. “Semoga saja mama juga tidak menyesal dengan keputusan mama dua tahun ini terhadapku dan Naina.”

“Sudah Wir. Sudahi saja perdebatan tanpa ujung pangkal ini. Selama dua tahun ini kita memang berada di biduk yang berbeda. Mama harap, suatu saat matamu akan terbuka dan mengerti kenapa sayang mama begitu besar pada Nola.”

“Jaga Naina, kasihan kalau harus terus-terusan keguguran. Bukan hanya fisiknya yang sakit. Dibalik tegar dan senyumnya, dia yang paling down dan hancur saat ini. Sekali keguguran mungkin dia masih bisa tegar. Ini sudah yang ke berapa kalinya. Lagi pula, kenapa sampai tidak tahu kalau hamil?” tanya Mama Wira.

“Iya Ma. Belakangan Wira sibuk, Nai juga begitu. Apalagi jadwal menstruasi Nai itu tidak teratur,” jelas Wira tertunduk, merasa bersalah.

***

Selepas kepergian mama dan papa Wira, kamar perawatan itu hening kembali. Lelaki dengan pakaian casual itu, menarik kursi dan duduk mendekat pada istrinya.

Melirik sekilas ke arah jam di dinding, sudah terlewati satu jam setengah dari jam makan siang.

“Nai, bangun Sayang,” pangill Wira pelan. Bangkit, membungkuk dan menghadiahkan kecupan tipis di bibir Naina. Upayanya untuk membuat istrinya terjaga.

Kelopak mata itu mengerjap beberapa kali, membuka dengan teduhnya. Sedetik, dua detik, tiga detik, lima detik.

“Mas, kapan datang?” ucap Naina, dengan kelembutan yang sama. Dari awal perkenalan, Naina tetaplah si lemah lembut yang sanggup memporakporandakan hati Wira pada pandangan pertama.

“Baru saja.” Wira menjawab singkat. Tangannya sudah menarik tuas, guna membuat istrinya terduduk di atas tempat tidur. Posisi ternyaman untuk menyuapi Naina makan siang.

“Kita makan siang, ya.”

Laki-laki itu meyambar nampan dan meletakan ke atas pangkuannya. Dengan telaten mulai menyuapi istrinya. Sesuap demi sesuap sambil berbagi kisah indah mereka. Sesekali Wira melempar candaan, diiringi gelak tawa Naina. Begitu cantik, begitu indah, begitu sempurna.

“Mas, sekarang Nai akan menyuapi Mas,” ucap Naina, mengambil allih piring dari tangan Wira. Menyuapi suaminya dengan makanan yang memang sengaja disingkirkan di awal, di sisi kanan piring.

“Tidak. Untuk Nai semua, Mas masih kenyang,” tolak Wira, mendorong pelan sendok yang terlanjur menyentuh ujung bibirnya. Namun bukan Naina namanya kalau bujuk rayunya tak sanggup menggetarkan benteng pertahanan Wira. Cukup dengan senyum terkulum saja, Wira akan luluh lantah, hancur tak berbentuk.

“Mas,” Rengekan halus manja, menyerang gendang telinga Wira, bercampur usapan pelan di punggung tangan lelaki tampan yang sibuk dengan pikirannya. Ya, Wira masih mengkhawatirkan putrinya saat ini.

“Mas belum makan, kan?” tanya Naina, memastikan. Tidak memberi kesempatan suaminya mengelak.

“Iya.” Wira membuka mulut, tidak memberi bantahan. Menurut disuapi Naina begitu saja.

“Mas, aku merasa Stevi itu belakangan ini berubah. Tidak seperti awal-awal bertemu. Sepertinya dia memendam sesuatu. Apa Mas memberinya pekerjaan terlalu berlebih?” tanya Naina, mengerutkan dahi. Teringat kembali. pandangan sekretaris Wira setiap menatapnya. Tatapan aneh yang sulit diungkapkan.

“Sudah, mungkin karena sedang banyak pekerjaan saja. Moodnya turun naik. Tidak perlu memikirkan Stevi. Istrirahat yang cukup, kita jadwalkan bulan madu kita. Pilih tempat yang Nai sukai, setelah Nai sehat, kita bikin baby lagi,” goda Wira, mengedipkan matanya.

Mata berbinar penuh cinta, Naina mengulas senyuman tipis. “Suapan terakhir, Mas.” ucap Naina.

***

TBC

1
Afan Lilah
knapa mantan Mertua jd segalak ini ya?
Nayy
hedeeeeh...wes ruwet koyo dawet
Nayy
thooorrrr.....naruh bawang nya kebanyakan 😭😭😭
Bahkan seakan ikut merasakan sakit yang sesakit itu bagi Dennis
Nayy
kereeeennn.....🥳🥳🥳 itu baru laki laki gentleman brooo....dennis
full bintang ,subricrible, vote d tutup kopi
kalea rizuky
dih mau manasin ya bang gk mempan
kalea rizuky
bapak e wira ttep tolol
kalea rizuky
pdhl lu dalang kehancuran nay jg lo nis sok pahlawan
kalea rizuky
nayna g tau ya Denis itu biang keladi kehancuran mu meski suamimu emank bloon jg emak mertua munafik durjana
kalea rizuky
Denis kakk baik lo sebenernya karena emak aja yg jalang
kalea rizuky
laki. goblokkk
kalea rizuky
Naina lemah males cerai ywdah suami tukang selingkuh kok di pertahan kan najis ddh
Lilik Juhariah
the best karyamu memporak porandakan htiku thor , sport jantung
Lilik Juhariah
walaupun novel ni dah end daribdulu , gemes juga , hak naina dong mau cinta sama siapa kan kalian dah cerai , kamu yg nikah sama stevy
Lilik Juhariah
kenapa susah sekali ngomong , mendem terus , modelan gini gmn BS idup tenang Nay, keluarin unek unekmu
SisAzalea
dalam cerita ini,yg paling bodoh adalah Naina,bodoh dulu,sekarang dan mungkin selama nya
SisAzalea
apa lagi niiii
SisAzalea
pandai pulak Wira kali ni
sebelum2 ni terlalu baik sampai tak peka langsung.
SisAzalea
yes yes,lakukan Naina..berjuang lah utk mu & Wira
SisAzalea
jadi Naina sakit,jadi Wira pun sakit..aku takmau jd mereka...huhuhu
Rini Susianti
satukan wira dan naina, dalam pecahnya rumah tangga mereka wira tidak bersalah, tapi wira nya bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!