I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8.
🕉️🕉️🕉️
"Bundaaaa,"
Gadis itu bangun dari tempat tidurnya dengan keadaan terengah-engah karena mimpi buruknya tadi.
Sanis melirik jam dindingnya itu menunjukkan pukul 15.00 sore dan ia ingat jika, kakaknya mengajaknya pergi
Ia membuka laci meja riasnya dan menemukan pita berwarna merah. Sanis tersenyum. Ia ingat karena pita ini Sanis gadis yang lugu bertemu dengan Arjuna pertama kalinya di sekolah.
🌹🌹🌹
"Gek pitanya jatuh." ucap seseorang yang ada di belakangnya, namun Sanis masih tetap berjalan menuju kelasnya.
"Gek pitanya jatuh loh." Cowok itu berteriak pada Sanis mengejarnya dan berdiri di depannya. Gadis itu menghentikan langkahnya karena cowok itu berdiri di depannya, menghalangi jalannya.
" Maaf saya punya nama!" jawab gadis itu dengan nada sinisnya. Cowok itu hanya tertawa mendengar jawaban dari gadis yang ia panggil tadi. Sanis yang ingin mengambil pitanya ditangan cowok itu, yang mengangkat tangannya ke atas dan tak bisa di raih olehnya.
"Tolong kembaliin pitaku ya!?" ucap Sanis yang melompat karena tingginya semampai dengan cowok itu, yang tertawa melihatnya kesulitan.
"Sanis ya? sama kayak nada bicaranya Sinis." ucapnya yang menatap gadis ini akan berkaca-kaca. Cowok itu menyadarinya yang mengikatkan pita merah itu di salah satu kepangan gadis itu.
"Nama lo unik ya, Saniscara." ucapnya lagi pada gadis ini, yang masih terhalang oleh cowok jangkung itu.
"Terus nama Lo siapa? ngalangin jalan gue ajah." ucap Sanis dengan nada kesal yang membuat cowok itu tertawa kecil melihat tingkah Sanis, gadis itu terlihat sangat manis ketika sedang kesal.
"World wide handsome Juna." ucapnya pada Sanis dengan gaya keren cowok bernama Juna ternyata dan menurut Sanis itu adalah gaya aneh cowok jangkung itu.

❣️❣️❣️
Sanis tertawa ketika mengingat gaya aneh dari cowok itu yang mengaku, ia adalah yang tampan di seluruh dunia, nyatanya dia terkenal saja di kalangan sekolahnya. Sambil mengusap air matanya, Sanis meletakkan pita merah itu kembali, seketika bahagia jika mengingat hal konyol tentang cowok menyebalkan seperti Juna.
"Saniiis," gedoran pintu kamarnya membuatnya kaget dan segera bergegas dan kakak perempuannya yang datang dan memberikan sebuah kotak kepada Sanis.
"Lo ikut gue ya, dengan pakaian yang ada di dalam kotak itu." Sanis hanya mengangguk sambil tersenyum paksa dan masuk ke dalam kamarnya lagi.
"Dita, sana make up kakak kamu." ucapnya lagi pada gadis berusia 17 tahun itu dan masuk ke dalam kamar Sanis.
"Kak," gadis itu memeluk kakaknya dengan erat, ia tak ingin kehilangan keluarganya lagi.
"Iya, Dita kakak tau kok. Tapi kita ikutin ajah dulu rencana mereka apa," ucap Sanis pada adiknya itu.
"Tapi kak...."
"Dita, percaya sama kakak ya." Dita mengangguk sambil tersenyum dan memeluk tubuh kakaknya itu, rasa sayangnya tidak akan hilang bagaimanapun hanya Sanis keluarganya satu-satunya, ibunya dan kakaknya hanya keluarga tirinya. Sedangkan ayahnya pergi menghilang, tidak ada yang tau yang pasti Sanis merasa kalau ayahnya masih hidup.
Sanis turun dari tangga dan menuju ruang tamunya, sudah ada kakak dan ibunya. Sanis terlihat sangat cantik dengan baju mengekspos bahunya itu dan celana jeans pendek itu.
"Sanis, mama mau bicara sama kamu." Sanis menuju mamanya -tirinya itu yang selama ini memperlakukan dirinya tidak baik.
"Tentang sekolah kamu, mama enggak bisa biayain lagi." jelas mamanya ini yang membuat Sanis kaget.
"Kamu harus cari uang sendiri dan pergi dari rumah ini dan pekerjaan yang cocok buat kamu adalah kerja di temen mama, dan itu cocok untuk kamu." Sanis terlihat sangat kaget dengan pernyataan ibu tirinya ini, ia di usir dari rumahnya sekarang bukan tapi setelah ia bekerja nanti.
"Boleh juga kamu Sanis, pasti dia suka kalau kamu kerja disana dan kamu membiayai dirimu sendiri dengan kerja pada malam hari." ucap kakaknya itu yang tersenyum padanya. Mamanya memberikan isyarat agar membawa Sanis segera bergegas menuju mobilnya.
Sanis tidak tau akan di bawa kemana yang pasti ia gak ingin seperti waktu itu dan untungnya ada yang menyelamatkan masa depannya itu, karena ayahnya yang bertindak dan sekarang dengan siapa ia mengadu, rasanya sesak sekali menahan segala rasa sedihnya ini.
Mobil kakaknya berhenti di sebuah kafe sepertinya bukan tempat biasa dan ini daerah pariwisata lalu kafe dengan banyak sekali turis berlalu-lalang.
"Lo diem dulu, gue mau ketemu pelanggan gue. Dan waktu itu karena Lo nolak dan bawa-bawa nama papa. Pacar gue di penjara dan sekarang gak akan ada menyelamatkan kehidupan masa depan Lo." Sinis kakaknya pada Sanis yang keluar dari mobilnya itu.
Kakaknya keluar dari mobilnya dan bicara pada seseorang yang misterius itu sepertinya seorang pria.
Pria itu membukakan pintu mobil untuknya, Sanis terkejut dengannya dan pria itu tiba-tiba menariknya keluar mobil dan masuk ke dalam kafe itu.
Semua mata tertuju padanya dan pria misterius yang bermasker lengkap dengan topinya membawanya ke sebuah ruangan sepertinya ini kantor dan mungkin adalah ruangan pribadi.
"Duduk!" perintah pria itu pada Sanis di sofa mahal itu dan memperhatikan sekitarnya yang suasananya berbeda sekali dengan pria hidung belang memiliki banyak buku ?
Pria itu membuka jaket, topi dan maskernya. Sanis tertegun melihat pria ini sepertinya ia pernah melihatnya tapi ia lupa dimana.

"Om Raspati ya? Pamannya Arjun?" Tanya Sanis yang membuat pria itu menepuk dahinya. Ternyata benar gadis ini adalah teman dari adik sahabatnya yaitu Wayan dan ia juga tak menyangka jika Luna adalah kakak dari gadis polos ini.
"Iyakan?"
"Denger ya, saya masih muda!" Tegas Raspati pada gadis itu yang hanya mengangguk setuju, memang Raspati tepatnya dewasa tapi dia masih muda.
"Iya juga ya. Tapi kenapa aku manggil temen om, bapak Iyan kalau masih muda?"
"Panggil saya kakak aja, lagian saya itu umurnya sama dengan Iyan." jelas Raspati yang membuat Sanis mengerti. Bagaimana sekarang Luna memang sudah gila, ia membawa gadis dan masih sekolah kehadapannya.
"Lagian Iyan juga guru kamu kan ya, kalau di luar kelas kamu juga manggilnya Kakak." tukas Raspati pada gadis ini , ia juga tak menyangka temannya akan membawa adiknya sendiri untuknya dan bekerja sebagai asistennya.
"Sebenarnya saya mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi saya. Dan saya juga tidak menyangka Luna membawa kamu kemari untuk bekerja dengan saya dan kamu tau pekerjaan apa yang nanti kamu lakukan?" Sanis menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, dan ia tak mengerti juga mengapa harus dirinya yang di bawa ke sini.
"Selain kamu menjadi asisten saya melayani saya sebagai boss mengatur jadwal saya di sini dan juga di rumah sakit...-"
"Iya, kak Raspati dokter ya, aku lupa." Gadis itu memotong pembicaraan Raspati yang menatapnya tajam, Sanis memperlihatkan dua jarinya kearah pria itu. Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya ada rasa yang mengganjal di hatinya sekarang.
"Kamu harus 'melayani birahi' saya juga, pria dewasa ingin merasakan itu." Lanjutnya dan membuat Sanis menggelengkan kepalanya dan mulai berkaca-kaca saat mendengar hal itu. Ia tidak menyangka bahwa mamanya tega melakukan hal ini kepadanya.
"Okey, ternyata Luna adalah kakak kamu ya, dia sering cerita tentang kamu anak yatim-piatu dan dia bilang gadis itu belum menikah dan saya terima tawarannya itu."
"Memang saya belum menikah dan tepatnya aku masih sekolah dan saya di usir dari rumah, mengambil pekerjaan ini, membiayai sekolah sendiri dan adik saya juga." Gadis itu terisak , Raspati tau apa yang dirasakan olehnya ia mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata gadis ini.
"Kata mama kemarin aku harus menikahi seorang pria agar biaya hidupku terpenuhi, apa yang di maksud adalah aku harus menikahimu?"
"Kamu gak usah nikah sama saya, lagian kamu masih sangat muda sekali umur kita sangat jauh. Cukup kamu jadi adik saya saja dan satu lagi bawa adikmu juga kita akan tinggal bersama." Mata Sanis seketika berbinar mendengar jawaban dari Raspati.
"Saya akan telpon Luna dan mengatakan kamu akan tinggal dengan saya." Sanis menganggukan kepalanya setuju.
"Ouh ya, kak apa aku boleh bantu-bantu disini?" tanya Sanis pada Raspati yang menatapnya tajam.
"Enggak Sanis, kamu jangan pernah masuk ke kafe ini pada saat malam. Karena akan berbeda suasananya." ujarnya pada gadis itu yang hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu mengerti maksud saya?" tanya lagi Raspati pada gadis itu yang menggelengkan kepalanya dan menyengir.
"Malam hari kafe ini kayak club malam dan kamu gak boleh keluar sekarang. Nanti kamu di apa-apain sama mereka disana." jelas Raspati yang membuat Sanis mengerti.

Raspati memang membuat keputusan yang tepat tidak menjadikannya sebagai pelampiasan nafsunya. Karena gadis ini memang polos pikiran jahatnya kemarin luntur seketika. Karena Luna membawa adik tirinya dan Sanis adalah temannya Arjuna.
"Kakak mau kemana ?" tanya Sanis pada Raspati yang bangkit dari tempat duduknya.
"Mau ngomong sama Luna biar kamu cepet tinggal denganku." Raspati mengacak rambut Sanis yang tersenyum padanya lesung pipinya.
"Tunggu ya, aku juga akan menjemput adikmu Dita." Sanis menganggukan kepalanya setuju sambil memakan camilannya dan menonton Run BTS. Raspati hanya menggelengkan kepalanya anak jaman sekarang memang beda.
....................
Sanis sudah sampai di apartemen Raspati, cukup mewah dan ada di daerah pariwisata terkenal di Bali. Ternyata ia sesukses ini dan ia di besarkan tanpa ibu, hidup sendiri karena ayahnya menikah lagi dan sibuk bekerja. Rumah aslinya tinggal ibu tirinya yang tak ia sukai dan Raspati membenci semuanya karena keluarganya gila harta. Apartemen ini hasil keringatnya sendiri jadi ia memutuskan untuk pergi dan tinggal sendiri.
"Nis, kalau capek tidur aja. Kakak mau beli bahan makanan dulu." ucap pria itu yang mengenakan masker dan juga topinya.
"Iya kak, nanti biar Sanis aja yang masak." Pria itu setuju dan bergegas pergi meninggalkan Sanis di apartemennya.
Sebuah kamar lumayan luas dan rapi, sepertinya itu kamar Kak Raspati. Ya sudahlah rebahan saja dulu, kalau dia protes kan bisa pindah juga. Sanis belum pernah merasakan tempat tidur senyaman ini, dan enak untuk rebahan.
Hatinya sangat senang hari ini, ia cepat dekat dengan kak Raspati dokter tampan ini, seperti ada ikatan jika ada di dekatnya. Sanis memainkan hapenya itu dan melihat beberapa pesan chat masuk.
Arjun: P (5)
Wisnu : Nis (1)
Taksi club :
Arjun : untuk besok teman-teman kumpul di sekolah nggih karena pak Iyan akan membicarakan hal ...(10)
BFF : Araaa (15)
"Entar aja deh buka." ucap Sanis dan beralih ke aplikasi lain.
"Sudah lama banget gue gak buka galeri dan gak pernah bersih-bersih hape juga." gumam Sanis dan membuka galeri fotonya.
Ternyata ada banyak foto dirinya dan teman-temannya. Dan ia sedikit terkekeh karena melihat ada foto seseorang yang ada di galerinya.

Sanis tertawa melihat ekspresi wajah Juna dan bingung bagaimana bisa ada fotonya di galeri ini, heran saja. Tanpa sengaja ada notifikasi chat masuk terlihat sekilas yang membuatnya kaget.
Arjun : Nis gue kangen nih (6)
Gadis itu bangkit dari posisinya yang tadi rebahan tiba-tiba berdiri seketika dan membuka pesan dari cowok itu, semoga dia gak lupa napas jika membukanya.
Arjun
P
P
P
P
P
🚫Pesan ini telah difitnah
APASIH?!
Sanis mencoba menenangkan pikiran, jiwa dan hatinya seketika bergetar membaca pesan singkat tadi. Ia sedikit tertipu dengan pesan aneh itu. Ia melirik handphonenya yang ada diatas nakasnya. Rasanya ingin melompat-lompat entah bercampur aduk tadi.
Arjun
Sante nae jangan nge-gas 😂😂
Lo ada urusan apa?
Tenang, cuma mau bilang sama Lo kalau ada chat dari pak Iyan buat besok.
Pastikan Lo harus datang ke sekolah ya, seperti biasa.
Y
Aneh rasanya ketika membalas pesan dari Arjun, entah dari mana datangnya rasa bahagia? Jantungnya cenat-cenut? Yah sudah lah lupakan, rasa kantuknya menyerang tiba-tiba dan beralih ke alam mimpi.
Arjun
Okey, good night Sanis
Good night too Arjun.
Pria itu terkekeh kecil, melihat pesan dari handphone itu dan meletakkan kembali di tempatnya, mengusap pucuk kepala gadis manis ini.
...........
Pagi-pagi sekali Sanis, pergi ke sekolah bersama dengan kakaknya ini. Yap, Raspati resmi menjadi kakaknya. Karena ada cerita di balik semua ini. Jadi Sanis senang ada keluarga lain dan menjaga Sanis juga Dita adiknya.
"Nis," panggil Raspati yang masuk ke dalam mobil dan melirik adiknya yang sedang mayun itu.
"Pagi-pagi dah mayun nanti jelek loh." gumam Raspati sambil tertawa-tawa, gadis itu tetap merenggut kesal.

Suara lemparan buku melayang ke arah Juna yang duduk santai sambil live Instagramnya, dan membuat Juna terkejut karena suara buku skect book itu hampir mengenai wajahnya yang tampan itu.
"Pagi-pagi udah naik darah aja Lo." ucap Juna pada Sanis yang wajahnya sangatlah menyeramkan seperti ingin membunuh orang.
"Hm, enggak kok. Maksudnya yang kemaren itu bukan gue." ketus gadis itu pada Juna yang bingung. Sebenarnya Sanis juga bingung, bagaimana mengatakannya.
"Nih cewek kesurupan? Pagi-pagi bukunya melayang. Dasar cewek!?" Juna membathin heran dengan sikap gadis ini yang masih menatapnya tajam.
"Itu loh, bukan gue kemaren." Ulang Sanis lagi yang menatap Juna tajam dan merinding ditatap olehnya.
"Ouh jadi yang bales chat gue kemaren bukan Lo? Pantesan jawabnya 'Y'." decak Juna yang menganggukkan kepalanya mengerti.
"Yang jawab 'Y' itu memang gue." jelas Sanis pada Juna, semakin bingung dengan pernyataan gadis itu.
"Ini loh, bukan gue." Masih dengan nada kesalnya itu Sanis menunjukkan chat mereka kemarin, ada kesalahpahaman dari chat itu.
"Iya, bukan gue juga itu." ucap Juna juga yang heran dan Sanis juga bingung.
"Pasti kerjaannya, Bli Yan itu. Gue udah ke alam mimpi kemaren, jam segitu." Juna terkekeh kecil melihat perubahan raut wajah Sanis itu.
"Iya bukan gue juga bales." gumam Sanis yang duduk di sebelahnya lesu, memijit pelipisnya itu.
"Berarti itu bener yang bales chatnya kak Ras." Juna mengernyitkan dahinya.
"Kak Raspati? Punya hubungan apa Lo sama dia?"
"Kakak gue," jawab Sanis tersenyum senang, mengakuinya sebagai kakak adalah hal keberuntungannya. Juna menaikkan satu alisnya dan tatapannya bertanya-tanya .
"Panjang ceritanya," Sanis tertawa melihat ekspresi Juna.
"Berarti Bli Yan bales chat Lo ngucapin good night,"
"Dan Kak Raspati bales chatnya balik." Lanjut Sanis, mereka menyadari bahwa itu bukan mereka melainkan kedua pria itu yang saling membalas chat tersebut.
Matahari bersinar dengan kehangatannya setiap cahayanya membuat ruang pertemuan galeri taksu club' penuh dengan kehangatan antara Arjuna dan Sanis. Mereka tertawa bersama dengan kekonyolan kakak-kakaknya itu.
Sepasang mata mengawasi mereka dari jendela itu, menatap tajam dua orang yang sedang bercanda ria itu. "Gue akan balas perbuatan Lo Sanis!" Desisnya marah dan mengepalkan tangannya.
.
Bersambung .....(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Sanis bangga mengakuinya kakak karena Raspati tampan :)