Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 - Memaafkan
"Bagaimana, Dan? Kau akan tanda tangan kan?" tanya Jefri. Dia sudah tak sabar ingin membawa Zidan pulang ke rumah.
Zidan terpaku menatap surat hak milik yang harus dirinya tanda tangani. Dia menjawab, "Bisakah aku meminta waktu? Aku butuh waktu untuk mencerna semua ini."
"Tapi kau sudah berjanji akan kembali padaku kalau aku membelikan Safari untukmu," sahut Jefri.
"Aku tahu, Pak. Tapi ini sangat tiba-tiba. Aku kira Pak Roby penipu." Zidan menatap Roby yang sejak tadi berdiri di samping Jefri.
Jefri terkekeh. "Kau memang sangat pintar. Aku sadar ini memang sangat tiba-tiba. Ya sudah, aku akan memberimu waktu. Berapa lama kau perlu waktu?" tanyanya.
"Entahlah... Mungkin sekitar seminggu atau lebih," kata Zidan.
"Baiklah. Tapi selama itu aku boleh menemuimu kan? Izinkan aku menebus kesalahanku, sekalian membuktikan kalau niatku tulus," ungkap Jefri panjang lebar.
Zidan hanya mengangguk. Setelah puas mengobrol, Jefri mengajak Zidan bertukar nomor telepon.
Zidan tersenyum kecut. "Tapi, Pak. Aku nggak punya ponsel. Ada sih, tapi rusak," katanya.
"Astaga... Kalau begitu ayo kita keluar sebentar. Aku akan belikan kau ponsel," ajak Jefri sambil berdiri.
"Nggak usah, Pak. Aku nggak masalah. Kalau mau menemuiku, cari saja aku di sini. Aku nggak mau Bapak repot-repot," imbuh Zidan sambil tersenyum tipis.
Bukannya menjawab, mata Jefri malah berkaca-kaca. Dia merasa sedih sekaligus terharu dengan sikap Zidan. Jelas sangat berbeda jauh dengan saudara kembarnya, Zayan. Itu pula yang membuat Jefri semakin mantap menyerahkan warisannya pada Zidan.
"Maafkan aku, Zidan... Maaf..." isak Jefri. Tanpa diduga dia duduk bersimpun di depan kaki Zidan. Sesuatu pemandangan langka untuk dilihat. Haryo dan Roby bahkan kaget melihatnya.
"Eh, Pak! Jangan begini. Bapak nggak perlu minta maaf. Jangan merasa bersalah. Aku baik-baik saja kok selama ini." Zidan yang merasa tidak enak, segera membawa Jefri kembali berdiri. Ia menatap nanar lelaki paruh baya yang kini mengaku sebagai ayahnya. Zidan bisa melihat ketulusan dan penyesalan Jefri.
...***...
Karena pingsan, Zoya mendapat perawatan khusus di rumah keluarga Nugroho. Sekarang dia baru saja selesai mandi. Zoya tampak jauh lebih segar dibanding kemarin. Ia mengambil ponselnya. Zoya menghubungi sebuah nomor dari sana.
"Makasih atas bantuanmu, Dok. Aku janji akan memberikan bonus untukmu," ucapnya.
"Sama-sama. Berhati-hatilah, Zoya. Setahuku Zayan bukanlah orang yang mudah dikelabui," kata suara lelaki dari seberang telepon. Dia adalah Erik, dokter pribadi keluarga Nugroho.
"Tenang saja. Aku sudah membuat rencana ini dengan matang. Akan kurebut harta warisan keluarga Nugroho. Akan kubuat mereka sengsara," ujar Zoya bertekad. Raut wajahnya tampak kesal disertai dengan perasaan dendam yang membara.
Pembicaraan berakhir, karena tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu. Zoya segera membuka pintu dan menemukan orang yang datang adalah Zayan. Lelaki itu terlihat marah.
"Zayan..." ekspresi Zoya berubah. Dia tersenyum lembut.
"Kau! Buktikan kalau bayi dalam perutmu anakku! Barulah aku akan menikahimu!" timpal Zayan.
"Kehamilanku masih berusia 7 minggu. Sulit melakukan tes DNA saat bayi masih dalam kandungan, Zay. Tapi aku tahu betul ini anakmu. Karena hanya kaulah satu-satunya lelaki yang pernah tidur bersamaku. Tidak ada lelaki lain! Kalau pun ada, aku tak akan berani datang ke sini dan mengakui janin ini sebagai anakmu," terang Zoya panjang lebar. Tangan lentiknya menyentuh bagian perut yang masih rata.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.