NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Suasana di ruang ganti VIP gedung Zayden Group pagi ini terasa begitu tegang, setidaknya bagi Arkan Zayden. Pria itu sudah membetulkan letak dasinya sebanyak lima kali dalam sepuluh menit terakhir. Keringat dingin sebesar biji jagung mulai bermunculan di pelipisnya, padahal suhu ruangan sangat sejuk.

Arkan mondar-mandir di depan cermin besar. Dia mengenakan setelan jas navy terbaiknya yang dipadukan dengan kemeja putih bersih. Penampilannya sempurna, tetapi wajahnya menyiratkan kecemasan tingkat dewa.

Di sudut ruangan, Keira duduk tenang di sofa kulit sambil memeriksa ponselnya. Dia mengenakan gaun midi berwarna hitam elegan dengan blazer putih di bahunya. Rambutnya ditata gelombang natural, dan bibirnya dipulas lipstik merah menyala yang memberikan kesan berani dan dominan.

"Ra, lo yakin ini bakal berhasil? Gimana kalau wartawannya malah nyerang lo? Gimana kalau mereka enggak percaya sama bukti kita? Gimana kalau Clara tiba-tiba muncul terus pura-pura pingsan biar dramatis?" cecar Arkan tanpa jeda. Dia berhenti melangkah dan menatap istrinya dengan panik.

Keira meletakkan ponselnya. Dia menatap Arkan dengan tatapan datar yang menenangkan.

"Arkan, tarik napas. Buang. Tarik lagi. Buang. Lo itu CEO perusahaan multinasional. Masa menghadapi gosip murahan aja gemetar kayak gini. Malu sama kucing garong," omel Keira santai.

Arkan menurut. Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya kasar.

"Gue bukan takut sama gosipnya, Ra. Gue takut lo yang kena imbasnya. Liat komentar netizen di Instagram. Mereka bilang lo pelakor lah, lo istri yang enggak tau diri lah. Gue enggak terima lo dihina gara-gara masa lalu gue," ucap Arkan tulus. Matanya menyiratkan rasa bersalah yang dalam.

Keira tersenyum tipis. Dia berdiri dan berjalan menghampiri Arkan. Tangan halusnya merapikan kerah jas suaminya yang sedikit miring.

"Dengerin gue baik-baik, Tuan Suami. Gue enggak peduli sama omongan netizen yang ngetik pakai jempol tapi enggak pakai otak. Yang gue peduliin adalah fakta. Dan faktanya, lo enggak salah. Jadi tegakkan kepala lo. Kita keluar ke sana dan bungkam mulut mereka semua. Oke?" kata Keira tegas sambil menepuk dada bidang Arkan.

Arkan menatap mata Keira yang penuh keyakinan. Rasa percaya dirinya perlahan kembali. Istrinya benar. Dia tidak boleh lemah. Dia punya singa betina di sampingnya.

"Oke. Siap, Nyonya Bos. Tapi kalau nanti ada wartawan yang nanya aneh-aneh, gue boleh lempar dia pakai mikrofon enggak?" tanya Arkan mencoba melucu.

"Jangan. Mikrofon mahal. Lempar pakai sepatu lo aja. Bau kaki lo lebih mematikan," canda Keira.

Pintu ruangan terbuka. Bimo muncul dengan wajah serius sambil memegang clipboad.

"Bos, Bu Bos. Wartawan sudah kumpul semua di aula bawah. Tim pengacara juga sudah siap. Kita mulai lima menit lagi," lapor Bimo.

"Oke, Bim. Ayo kita mulai pertunjukannya," kata Keira sambil menggandeng lengan Arkan erat.

Aula konferensi pers Zayden Group penuh sesak. Cahaya kilat kamera langsung menyambar-nyambar begitu Arkan dan Keira naik ke atas panggung. Suara riuh rendah para wartawan memenuhi ruangan. Pertanyaan-pertanyaan tajam langsung terlontar bahkan sebelum mereka duduk.

"Pak Arkan! Apakah benar Clara hamil anak Bapak?"

"Bu Keira! Bagaimana tanggapan Anda tentang isu perselingkuhan suami Anda?"

"Apakah pernikahan kalian akan berakhir dengan perceraian?"

Arkan merasakan genggaman tangan Keira mengerat. Dia menuntun istrinya duduk di kursi yang telah disediakan. Arkan duduk di tengah, Keira di kirinya, dan pengacara perusahaan di kanannya.

Arkan mendekatkan mikrofon ke bibir. Dia memasang wajah dingin dan berwibawa. Aura CEO-nya keluar sepenuhnya.

"Selamat pagi rekan-rekan media. Terima kasih sudah hadir. Saya Arkan Zayden, dan di sebelah saya adalah istri sah saya, Keira Anindya Zayden. Kami mengadakan konferensi pers ini untuk meluruskan berita bohong yang beredar luas sejak kemarin," buka Arkan dengan suara bariton yang mantap.

Suasana hening sejenak. Namun tak lama kemudian, seorang wartawan berambut gondrong mengangkat tangan.

"Maaf Pak Arkan. Tapi Clara Anastasia memposting foto USG dan bukti chat di media sosialnya. Dia mengklaim Bapak menelantarkan dia demi menikah dengan Ibu Keira karena perjodohan bisnis. Apa pembelaan Bapak?" tanya wartawan itu agresif.

Arkan hendak menjawab dengan emosi, tetapi Keira menahan lengannya. Keira mengambil alih mikrofon miliknya. Dia menatap wartawan itu dengan senyum miring yang mematikan.

"Terima kasih atas pertanyaannya. Pembelaan? Kami tidak butuh pembelaan karena kami tidak melakukan kesalahan. Justru pihak sanalah yang harusnya menyiapkan pembelaan hukum," jawab Keira tenang namun tajam.

"Maksud Ibu Keira apa? Buktinya sudah jelas ada foto USG!" seru wartawan lain.

Keira memberi kode pada Bimo yang berdiri di samping layar proyektor besar. Bimo mengangguk lalu menekan tombol di laptopnya.

Layar besar di belakang mereka menyala. Menampilkan sebuah foto yang sangat jelas. Foto Clara dan ibunya sedang berdiri di depan pintu sebuah ruangan di rumah sakit. Pintu itu bertuliskan Klinik Bedah Estetika & Sedot Lemak.

Para wartawan terkesiap. Bisik-bisik mulai terdengar riuh.

"Ini adalah foto yang diambil dua hari yang lalu di RS Permata Kasih. Pada tanggal dan jam yang sama ketika Saudari Clara mengklaim sedang melakukan pemeriksaan kandungan," jelas Keira lantang.

"Seperti yang rekan-rekan media bisa lihat, dia tidak berada di lantai poli kandungan. Dia berada di lantai empat, klinik kecantikan. Kecuali Arkan adalah ayah dari sel-sel lemak yang ingin dia sedot, saya rasa klaim kehamilannya sangat tidak masuk akal," sindir Keira telak.

Gelak tawa pecah di antara beberapa wartawan. Sindiran Keira benar-benar mengena.

Bimo mengganti slide berikutnya. Kali ini menampilkan tangkapan layar artikel berita tentang pensiunnya Dokter Bambang, nama dokter yang tertera di foto USG palsu Clara.

"Dan satu lagi. Foto USG yang disebarkan Saudari Clara menggunakan kop surat dr. Bambang Sp.OG. Sayang sekali, dokter tersebut sudah pensiun dan menetap di luar negeri sejak tahun lalu. Jadi bisa dipastikan, foto USG itu palsu. Mungkin diambil dari Google atau Pinterest," lanjut Keira tanpa ampun.

Arkan menatap istrinya dengan takjub. Keira benar-benar mempesona saat sedang menghancurkan lawan. Dia terlihat bersinar, cerdas, dan berbahaya. Arkan merasa jantungnya berdebar kencang, kali ini bukan karena panik, tapi karena bangga.

"Jadi," Keira berdiri dari kursinya untuk memberikan efek dramatis. "Berita tentang suami saya menghamili mantan kekasihnya adalah fitnah keji. Dan kami tidak akan tinggal diam."

Keira menoleh ke arah pengacara di sebelahnya. "Pak Pengacara, silakan jelaskan langkah hukum kita."

Pengacara itu mengangguk. "Kami sudah resmi melaporkan Saudari Clara Anastasia ke kepolisian atas tuduhan pencemaran nama baik, penyebaran berita bohong, dan pemerasan. Bukti-bukti sudah kami serahkan. Proses hukum akan berjalan mulai hari ini."

Wartawan-wartawan itu sibuk mencatat dan mengetik berita. Situasi berbalik seratus delapan puluh derajat. Clara yang tadinya dipuja sebagai korban kini berubah menjadi tersangka penipu.

"Satu hal lagi," tambah Arkan. Dia ikut berdiri dan merangkul pinggang Keira posesif.

"Pernikahan saya dan Keira memang berawal dari perjodohan orang tua. Tapi saya tegaskan di sini, saya mencintai istri saya. Sangat mencintai dia. Jadi siapa pun yang mencoba mengganggu rumah tangga kami, akan berhadapan langsung dengan saya dan seluruh kekuatan hukum Zayden Group. Sekian dan terima kasih," tutup Arkan tegas.

Arkan mencium pelipis Keira di depan ratusan kamera yang menyala. Momen itu diabadikan oleh semua orang. Berita utama besok pagi pasti akan berubah judul menjadi "Pasangan Sultan Zayden Bungkam Pelakor Halusinasi".

Mereka turun dari panggung diiringi sorotan kamera. Arkan terus menggenggam tangan Keira erat sampai mereka masuk ke dalam lift pribadi yang tertutup rapat.

Begitu pintu lift tertutup dan mereka hanya berdua, Arkan langsung memeluk Keira erat-erat. Dia membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya.

"Lo keren banget, Ra. Sumpah. Gue merinding liat lo tadi. Lo kayak Wonder Woman versi galak," puji Arkan heboh.

Keira tertawa kecil, membalas pelukan suaminya ragu-ragu. "Lebay lo. Gue cuma ngomong fakta. Lagian gue gemes liat dia seenaknya ngaku-ngaku hamil. Dikira hamil itu gampang apa."

Arkan melepaskan pelukannya dan menatap wajah Keira. Matanya berbinar-binar.

"Makasih ya, Istriku. Lo udah nyelametin nama baik gue. Lo udah nyelametin perusahaan Papa. Gue harus kasih lo hadiah. Lo mau apa? Tas lagi? Mobil? Atau pulau pribadi?" tawar Arkan serius.

Keira memutar bola matanya. "Enggak usah aneh-aneh. Gue cuma mau makan bakso mercon yang pedesnya level setan. Mulut gue pait abis ngomongin Clara."

"Siap! Bakso mercon, bakso rudal, bakso nuklir, semua gue beliin. Ayo kita meluncur!" seru Arkan semangat.

Sementara itu, di sebuah apartemen mewah di pusat kota, Clara melempar vas bunga ke arah televisi layar datarnya.

Layar televisi itu retak, tetapi masih menampilkan wajah Keira yang sedang tersenyum penuh kemenangan di siaran langsung berita.

"Kurang ajar! Wanita sialan! Dia tahu dari mana aku ke klinik bedah!" teriak Clara histeris. Rambutnya acak-acakan, matanya merah karena marah.

Ponselnya berdering tak henti-henti. Notifikasi dari media sosialnya meledak. Tapi kali ini bukan dukungan yang dia dapat, melainkan hujatan. Netizen yang tadi pagi membelanya kini berbalik menyerangnya dengan kata-kata kasar.

Dasar Ratu Drama!

Udah oplas, nipu lagi!

Malu woy sama lemak!

Clara membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Rencananya hancur total. Dia pikir Keira hanyalah wanita lemah yang akan menangis dan minta cerai saat mendengar kabar kehamilan. Ternyata dia salah besar. Keira adalah lawan yang tangguh.

Pintu apartemennya digedor keras dari luar.

"Buka! Polisi! Kami membawa surat panggilan!"

Wajah Clara pucat pasi. Dia jatuh terduduk di lantai. Permainannya sudah berakhir. Dan dia kalah telak.

Sore harinya, Arkan dan Keira duduk di warung bakso pinggir jalan yang sederhana namun ramai pengunjung. Arkan yang masih memakai setelan jas mahalnya terlihat sangat kontras dengan suasana warung yang panas dan berasap. Dia sudah melepaskan jasnya dan menggulung lengan kemeja, tetapi tetap saja dia terlihat seperti pangeran nyasar.

Keira sedang asyik menikmati semangkuk bakso dengan kuah merah membara. Keringat tipis membasahi dahinya.

"Pelan-pelan makannya, Ra. Nanti lambung lo bolong," tegur Arkan ngeri melihat banyaknya sambal di mangkok Keira.

"Berisik. Ini nikmat tau. Lo makan gih bakso lo. Keburu dingin enggak enak," sahut Keira.

Arkan menyuap bakso halusnya. Dia menatap Keira lamat-lamat. Ada perasaan hangat yang menjalar di dadanya. Perasaan yang semakin hari semakin kuat. Dia sadar, dia sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya pada wanita di depannya ini.

"Ra," panggil Arkan.

"Apa?" Keira mendongak dengan mulut penuh bakso. Pipi kirinya menggembung lucu.

"Tadi di panggung gue serius loh," kata Arkan.

"Serius soal apa? Soal mau nuntut Clara?"

"Bukan. Soal gue cinta sama lo," ucap Arkan lembut.

Keira tersedak kuah pedasnya. Uhuk! Uhuk!

Arkan dengan sigap menyodorkan es teh manis. "Tuh kan keselek. Makanya kalau denger orang nyatain cinta tuh ditelen, jangan dikeluarin lagi."

Keira meminum es tehnya rakus sampai habis setengah gelas. Wajahnya merah padam, entah karena pedas atau karena malu.

"Lo ... lo ngomong apaan sih. Itu kan cuma gimmick buat media biar citra lo bagus," elak Keira gugup. Jantungnya berdisko di dalam sana.

Arkan menggeleng. Dia meraih tangan Keira yang ada di atas meja, mengabaikan lengketnya meja warung bakso.

"Enggak, Ra. Gue serius. Awalnya emang kita nikah karena terpaksa. Gue pikir lo cuma cewek galak yang nyebelin. Tapi makin ke sini, gue sadar gue enggak bisa kalau enggak ada lo. Gue suka pas lo marahin gue. Gue suka masakan gosong lo. Gue suka cara lo belain gue tadi," aku Arkan panjang lebar.

Keira terdiam. Dia menatap mata Arkan. Tidak ada kebohongan di sana. Hanya ada ketulusan yang membuat hati Keira meleleh.

"Lo yakin? Lo enggak lagi kena pelet bakso kan?" tanya Keira kaku. Dia bingung harus bereaksi bagaimana. Dia juga mulai menyukai Arkan, tetapi gengsinya masih setinggi Monas.

"Yakin seratus persen. Jadi, Nyonya Keira, mau enggak lo mulai hari ini kita beneran jadi suami istri? Bukan cuma di atas kertas. Kita mulai pacaran. Kita mulai bangun rumah tangga yang beneran. Tanpa guling pembatas, tanpa sandi pintu aneh-aneh, tanpa rahasia," tawar Arkan.

Keira menunduk menatap mangkok baksonya. Dia tersenyum kecil, sangat manis.

"Guling pembatas tetep ada ya. Soalnya tidur lo masih lasak kayak gasing," jawab Keira pelan.

Arkan tertawa lebar. "Oke, guling pembatas boleh ada. Tapi boleh gue terobos sesekali kan?"

"Tergantung. Kalau lo wangi dan enggak ngorok, boleh dipertimbangkan," kata Keira.

"Yes! Diterima!" seru Arkan girang. Beberapa pengunjung warung menoleh ke arah mereka.

"Sstt! Malu diliatin orang!" Keira mencubit tangan Arkan.

"Biarin. Biar dunia tau gue lagi bahagia," Arkan mengangkat mangkok baksonya. "Bersulang pakai bakso demi masa depan kita!"

Keira menggelengkan kepala melihat tingkah absurd suaminya. Tapi dia ikut mengangkat gelas es tehnya dan mendentingkannya pelan ke mangkok Arkan.

"Demi masa depan yang enggak ada Clara-nya," tambah Keira.

Mereka tertawa bersama di tengah hiruk pikuk warung bakso. Masalah besar sudah terlewati. Badai gosip sudah reda. Kini, lembaran baru kisah cinta Arkan dan Keira benar-benar dimulai. Kisah cinta yang mungkin tidak sempurna, penuh pertengkaran konyol dan kejadian absurd, tetapi nyata dan menghangatkan hati.

Namun Keira lupa satu hal. Menjinakkan Arkan Zayden bukan perkara mudah. Baru saja mereka berdamai, ponsel Arkan berbunyi.

"Halo? Apa? Mama mau nginep di rumah seminggu? Sama Papa juga? Mulai besok?" Arkan memucat.

Keira yang sedang menyeruput sisa kuah bakso langsung menyembur.

"APA?!"

Sepertinya, masa tenang mereka tidak akan bertahan lama. Drama mertua menginap siap mengguncang rumah tangga Zayden jilid dua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!