Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 15: Mencari Informasi dan Konflik di Distrik Alkimia
Matahari baru saja naik di atas menara-menara Kota Abadi Fana.
Kabut pagi masih menggantung di antara jalan-jalan batu, dan udara dipenuhi aroma herbal serta uap spiritual dari ratusan toko alkimia.
Yu Chen melangkah tenang di antara kerumunan kultivator muda.
Setiap langkahnya mantap, tapi matanya terus mengamati sekeliling — seolah mencari sesuatu yang lebih dari sekadar ramuan.
Tujuannya jelas: Aliansi Alkimia Cabang Timur, tempat ia terakhir kali bertemu Ning Rou.
Di tangannya, kantong Batu Roh bergetar ringan. Hasil penjualan pil di Pasar Bayangan sudah cukup untuk membelinya beberapa ramuan langka — tapi ia datang bukan sekadar berdagang.
Ia ingin tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik hiruk-pikuk kota ini… dan apa hubungan Paviliun Langit Gelap dengan Kunci Abadi yang disebut Mu Feng.
---
Begitu memasuki gedung utama Aliansi, suara logam, letupan uap, dan aroma obat langsung memenuhi ruangan.
Di dalam, puluhan meja alkimia berjejer, masing-masing dijaga murid berbaju hijau giok.
Mereka sibuk mengolah bahan, menakar Qi, dan menuliskan hasil penelitian di gulungan kertas.
Di tengah ruangan, Ning Rou berdiri dengan tenang, mengamati proses dari balik kaca kristal pelindung.
Rambut hitamnya terikat tinggi, dan jubahnya kini bertanda simbol cabang — menunjukkan statusnya sebagai Alkemis Resmi Aliansi.
Ketika Yu Chen melangkah masuk, beberapa murid langsung menoleh.
Tatapan mereka beragam — ada yang penasaran, ada pula yang tidak suka.
“Lihat itu,” bisik salah satu murid. “Itu orang luar yang datang kemarin. Apa dia pikir bisa berbicara langsung dengan Senior Ning Rou lagi?”
“Dia bukan anggota aliansi. Mungkin cuma pembeli biasa yang tak tahu aturan.”
Yu Chen tidak menanggapi. Ia hanya berjalan pelan hingga Ning Rou menyadarinya.
Mata mereka bertemu sesaat — seolah waktu di ruangan itu berhenti.
Ning Rou mengangkat alis sedikit, lalu berkata tenang, “Kau kembali.”
Yu Chen menunduk sopan. “Aku datang untuk berdagang, dan mungkin… sedikit bertanya.”
Beberapa murid di sekeliling mereka mulai berbisik lagi, tapi Ning Rou mengangkat tangannya, dan ruangan langsung hening.
“Baik. Ikuti aku.”
---
Mereka berjalan ke ruang belakang — sebuah ruang kecil dengan rak-rak berisi botol kaca dan gulungan resep.
Ning Rou duduk di kursi batu giok dan menatap Yu Chen lama sebelum bicara.
“Aku sudah dengar kabar dari Distrik Utara,” katanya pelan. “Ada seseorang yang mirip denganmu terlihat di Pasar Bayangan.”
Yu Chen tak terkejut. “Kabar menyebar cepat di kota ini.”
“Ya. Terlalu cepat.” Nada suaranya dingin. “Kau tahu siapa yang mengendalikan Pasar Bayangan, bukan?”
Yu Chen mengangguk. “Paviliun Langit Gelap.”
Ia bisa melihat perubahan di mata Ning Rou — campuran antara kehati-hatian dan… ketertarikan.
“Kau tahu banyak untuk seseorang dari sekte kecil.”
“Aku tahu cukup untuk tidak mempercayai mereka,” jawab Yu Chen tenang. “Aku hanya menjual pil, tidak lebih. Tapi seseorang dari mereka—Mu Feng—memberiku nama itu dengan sengaja.”
Ning Rou mengetuk meja perlahan. “Mu Feng…” ia bergumam, seolah mengenang sesuatu. “Dia agen tingkat dua. Cerdas, manipulatif. Dan berbahaya.”
Ia menghela napas. “Kau mungkin sudah menjadi target mereka, Yu Chen. Paviliun Langit Gelap jarang mendekati seseorang tanpa alasan.”
Yu Chen menatapnya lekat. “Kalau begitu, mungkin mereka tahu sesuatu yang aku tidak tahu.”
Hening sesaat. Lalu Ning Rou berdiri dan berjalan ke rak di belakang. Ia mengambil satu gulungan kertas dan membukanya di depan Yu Chen.
“Beberapa waktu terakhir,” katanya, “Aliansi Alkimia menerima pesanan dari sekte-sekte besar di Wilayah Suci. Mereka mencari ramuan yang mengandung esensi kehampaan atau dapat memperkuat kekuatan jiwa.”
Yu Chen memicingkan mata. “Kekuatan jiwa?”
Ning Rou mengangguk. “Sesuatu yang hanya mulai terbentuk setelah kultivator mencapai Ranah Jiwa Baru Lahir. Tapi anehnya, mereka memesan ramuan ini dalam jumlah besar, seolah mencoba menumbuhkan kekuatan jiwa secara buatan.”
Yu Chen terdiam lama. Kata-kata Ranah Jiwa Baru Lahir terasa seperti bayangan masa depan — sesuatu yang masih jauh tapi nyata.
“Dan aku yakin,” lanjut Ning Rou, “Paviliun Langit Gelap ikut dalam penelitian itu. Mereka sering membeli bahan yang sama… tapi dari jalur gelap.”
Ia menatap Yu Chen. “Kau ingin tahu tentang Kunci Abadi, bukan? Maka jawabannya ada di Wilayah Suci. Semua yang berkaitan dengan Kehampaan berakar dari sana.”
Yu Chen mengangguk pelan. “Terima kasih. Informasi ini sudah cukup.”
Namun sebelum ia sempat berdiri, suara sinis terdengar dari pintu belakang.
“Cukup? Lucu. Seorang pengembara berdebu datang ke Aliansi Alkimia dan pikir bisa dapat rahasia begitu saja?”
Yu Chen menoleh. Seorang pemuda berwajah tampan tapi sombong berdiri di ambang pintu.
Jubah hijaunya bertanda peringkat perak — simbol alkemis senior.
Ning Rou menghela napas. “Han Fei. Jangan mulai lagi.”
Han Fei tersenyum miring. “Aku hanya penasaran. Orang ini bahkan bukan anggota aliansi. Tapi kau memberinya informasi tingkat tinggi. Apa dia spesial?”
Yu Chen tetap diam, tapi matanya tenang.
Han Fei melangkah mendekat. “Bagaimana kalau kau buktikan kalau kau pantas bicara dengan Senior Ning Rou? Kita uji keahlianmu sedikit. Kalau kau kalah, keluar dari sini dan jangan muncul lagi.”
Ning Rou hendak memotong, tapi Yu Chen mengangkat tangannya ringan. “Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan sedikit latihan.”
Han Fei terkekeh. “Bagus. Maka uji ini sederhana.” Ia menaruh dua bahan herbal di atas meja: Bunga Roh Salju dan Akar Darah Merah.
“Buat pil dasar pemurnian Qi dari dua bahan ini. Siapa yang paling murni hasilnya, menang.”
Beberapa murid yang mendengar segera berkumpul di sekitar mereka. Suara riuh kecil memenuhi ruangan.
Yu Chen menatap bahan itu. Kombinasi yang tidak stabil — satu dingin, satu panas. Salah takaran sedikit, pil akan hancur.
Han Fei mulai duluan, gerakannya cepat dan elegan. Api spiritual biru muncul dari telapak tangannya, menyalakan tungku kecil di depannya.
Yu Chen hanya duduk diam sebentar, menatap bahan-bahan itu… lalu menutup matanya.
Dalam pikirannya, Teknik Naga Langit berputar perlahan, menenangkan aliran Qi-nya.
Ketika ia membuka mata lagi, api di telapak tangannya muncul — tapi bukan biru, melainkan emas lembut, seperti sisik naga yang berpijar.
Suara kecil bergema di udara saat energi naga membantu menstabilkan suhu tungku.
Aroma obat segera memenuhi ruangan, lembut dan bersih.
Han Fei menoleh sekilas, lalu wajahnya menegang. “Apa—”
Namun ia tak punya waktu lagi. Pil di tungkunya meledak kecil, meninggalkan asap hitam.
Sementara itu, pil di tangan Yu Chen berputar pelan, berwarna putih keperakan dengan garis emas samar.
Murni. Stabil. Dan sempurna.
Ruangan terdiam total.
Ning Rou menatap pil itu lama, lalu tersenyum samar. “Sepertinya kau baru saja kalah, Han Fei.”
Han Fei menatap Yu Chen dengan tatapan menusuk, tapi tak bisa berkata apa-apa. Ia berbalik cepat dan pergi, meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata.
Yu Chen memandangi pil di tangannya, lalu menyerahkannya pada Ning Rou.
“Anggap ini sebagai ucapan terima kasih.”
Ning Rou menerimanya, matanya lembut tapi berkilau heran. “Kau menyembunyikan banyak hal, Yu Chen.”
Yu Chen tersenyum tipis. “Mungkin. Tapi aku tidak menyembunyikan niatku. Aku hanya ingin tahu kebenaran.”
Ning Rou menatapnya lama, lalu berkata pelan, “Kalau begitu… aku akan membantumu.”
Saat keluar dari gedung Aliansi, matahari sudah condong ke barat.
Jalanan dipenuhi bayangan panjang, tapi hatinya terasa lebih terang.
Ia kini punya arah — Wilayah Suci dan rahasia Hukum Kehampaan.
Namun di balik itu, dari atap gedung seberang, sepasang mata gelap mengamatinya dalam diam.
Senyum tipis muncul di wajah bayangan itu.
“Anak Sekte Timur Langit… akhirnya muncul lagi.”