Bagi mata yang memandang hidup Runa begitu sempurna tapi bagi yang menjalani tak seindah yamg terlihat.
Runa memilih kerja serabutan dan mempertahankan prinsipnya dari pada harus pulang dan menuruti permintaan orang tua.
"Nggak apa-apa kerja kayak gini, yang penting halal meskipun dikit. Siapa tau nanti tiba-tiba ada CEO yang nganterin ibunya berobat terus nikahin aku." Aruna Elvaretta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Triple
Mayra baru saja keluar dari mini market, memegang es krim stroberi di tangan kanannya dan duduk di samping kakaknya yang sejak tadi menunggu di teras saat ia dan Runa masuk untuk membeli beberapa barang.
"Kamu baru makan dek, udah makan es krim lagi." ucap Qian.
"Nggak bisa adek tuh kalo liat es krim dianggurin, kak." balas Mayra seraya men ji lat es krimnya.
"Kak Qian mau?" lelaki di sampingnya hanya menggeleng.
"Kak Runa baik yah kak? cantik juga." ucapnya seraya melirik sekilas ke arah Runa yang masih berdiri di depan kasir. Qian pun melakukan hal yang sama, tak dipungkiri yang diucapkan Mayra benar adanya.
"Iya. Kenapa emang?"
"Nggak apa-apa, cuma mau rekomendasiin aja. Kalo cari pacar yang kayak kak Runa yah."
"Anak kecil nggak usah ikut campur. Belajar aja yah bener." balas Qian.
"Udah gede kali kak, gini-gini juga adek tuh udah bisa ngebedain mana yang baik sama nggak. Kak Runa tuh meskipun dibayar tapi kerasa tulusnya. Buktinya dulu waktu pertama ketemu aja mau bantuin adek tanpa minta bayaran terus pas kedua waktu mama kontrol juga bantuin full tanpa bayaran, padahal kalo mau kak Runa bisa langsung pasang tarif ke adek." jelas Mayra.
"Beda sama mantan kakak. Jujur yah meskipun kak Sandra kelihatan baik banget tapi nggak kerasa tuh tulusnya. Sebenernya pengen ngomong ini dari lama cuma nggak enak aja sama kakak, belum punya bukti juga waktu itu. Eh sekalinya direpotin buat nemenin kontrol aja langsung ketahuan deh aslinya."
"Bisa-bisanya kakak hampir satu tahun pacaran sama perempuan kayak gitu." ejek Mayra.
"Mending juga sama kak Runa." lanjutnya.
"Habisin aja es krimnya, adek nggak usah bawel." jawab Qian singkat, mau tak terima tapi laggi-lagi ucapan adiknya tak ada yang salah.
"Adek bwel karena sayang sama kakak!" ucap Mayra, "btw kak Runa itu beneran nerima jasa apa pun kak?" tanyanya penasaran.
Qian mengangguk, menunjukan link yang dikirim Gita dan membuka postingan di media sosial Runa.
"Keren. Idenya luar biasa. Kerjanya bisa fleksibel, suka-suka." puji Mayra, "Kalo diminta jadi kakak ipar adek kira-kira mau nggak yah? kan tinggal request aja jasa apa pun bisa. Sesuai ini nih," Mayra menunjuk caption di bawah postingan, Runa solusi masalah anda.
"Maksudnya?"
"Yah kan adek sekarang lagi ada masalah nih, pengen punya ipar yang baik, penyayang, cantik sama perhatian. Nah kak Runa cocok tuh. Adek mau pake jasa kak Runa jadi ipar, ntar yang bayar mama. Kak Qian nggak keberatan kan?" tanyanya sambil tertawa.
Satu sentilan langsung mendarat di kening Mayra, gadis itu mengaduh sambil memegangi keningnya.
"Sakit tau kak!"
"Abisnya ngawur adek ngomongnya!"
"Dari pada kak Qian nyari sendiri dapetnya perempuan nggak beres. Mending juga kak Runa udah jelas baik." jawab Mayra.
"Baru harian dek, kita nggak tau aslinya kayak gimana. Sandra yang hampir satu tahunan aja baru ketahuan aslinya."
"Lah jangan dibandingin sama kak Sandra lah, beda. Kalo ke kak Runa feeling adek kuat sih." jawab Mayra sudah seperti peramal.
"Apaan nih yang kuat?" sambung Runa yang baru saja keluar dari mini market dengan tote bag hijau ukuran sedang di tangan kirinya.
Mayra tersenyum penuh maksud, "itu kak Qian katanya mau order jasa yang lain kak."
"Jasa apa? tinggal bilang aja." jawab Runa, "mau jasa apa lagi, mas?" lanjutnya melirik Qian dengan ramah.
"Jasa jadi istri bisa nggak kak? bayaran seluruh asset yang kak Qian miliki." seru Mayra, "bonus punya adek ipar semanis aku." lanjutnya seraya tertawa mengejek kakaknya.
Qian langsung membungkam mulut adiknya, "jangan dengerin adekku, ngawur dia!"
"Wah boleh juga tuh, aku jadi nggak usah kerja lagi yah. Udah dapet kerjaan seumur hidup." jawab Runa, tergelak.
Mayra langsung beralih ke samping Runa dan menggandeng lengannya, "beneran yah kak."
Runa hanya tersenyum, gila saja masa baru ketemu beberapa kali udah langsung ditodong jadi kakak ipar. Meskipun Qian termasuk tipenya tapi untuk menikah sama sekali tak ada dalam rencana terdekatnya. Repot-repot kerja sekarang aja demi nggak nikah. Demi menghidupi diri karena semua fasilitasnya dicabut gara-gara tak setuju mengikuti perjodohan dari orang tuanya.
"Kak, adek serius loh. Kasihan tau kak Qian baru putus sama ceweknya." ucap Mayra.
"Meskipun kak Qian cenderung diam, tapi jujur deh kak Qian tuh baik banget. Kakak nggak rugi deh kalo jadi ipar aku." bujuk Mayra.
Mereka bertiga jalan beriringan, Runa reflek melihat ke arah Qian tiap kali Mayra mengucapkan hal-hal baik tentang kakaknya.
"Nggak usah didengerin." bisik Qian.
Tiba di ruang HD, Mayra dan Runa langsung masuk sementara Qian menunggu di luar.
"Ma, adek kesini dulu soalnya dapat jadwal TKA siang." sebelum orang tuanya bertanya Mayra lebih dulu menjelaskan.
"Mama pasti sakit yah?" Mayra memandangi darah yang mengalir di dalam selang. Seketika matanya berkaca-kaca.
Runa segera merangkul bahu gadis berseragam putih abu yang tingginya hampir sama dengan dirinya, "sakit pas di tusuk jarum tapi akan lebih sakit kalo tante nggak cuci darah. Adek jangan nangis yah, tante Retno aja semangat tuh."
"Iya. Mama nggak apa-apa, do'ain aja yah semuanya lancar." sambung papa Teguh.
Mama Retno mengulurkan satu tangannya, "sini peluk mama dulu." Mayra langsung menghampur memeluk mamanya.
"Mama nggak apa-apa, adek ke sekolah lagi sana. Fokus yah ujian nya. Nanti diantar kak ke sekolahnya biar nggak telat." ucap mama Retno.
"Iya, ma."
Sebelum keluar Runa menyiapkan camilan yang sudah ia beli tadi di meja, "tante bisa sambil makan. Udah aku pilihin makanan yang aman buat penderita gagal ginjal." ucap Runa.
"Ini buat om Teguh, sesuai saran dari mas Qian menunya." lanjutnya memberikan nasi kotak.
"Makasih, Runa."
"Sama-sama, Om." jawab Runa, "barangkali om Teguh mau istirahat dulu, biar aku yang nemenin tante disini?"
"Nggak, untuk hari ini om yang full jaga. Kamu istirahat saja dulu." jawab papa Teguh.
"Kak Runa ikut nganterin adek aja ke sekolah yah. Boleh kan, pa?" ucap Mayra.
"Iya, boleh." balas papa Teguh.
"Yes, asik!" Mayra bersorak senang. Ia langsung menggandeng tangan Runa.
"Yuk, kak! Biar kakak tau sekolah adek." lanjutnya dengan semangat setelah berpamitan pada kedua orang tuanya.
Runa menghela nafas panjang, "pantesan mas Qian berani bayar berlipat-lipat ternyata bukan cuma jaga pasien aja. Ini sih namanya jagain satu keluarga." batin Runa.