Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lahiran & sakit
***
Pagi ini cuacanya cukup mendukung untuk melanjutkan tidur lagi, tapi bag orang-orang yang sedang mencari nafkah tidak bisa tidur lagi, harus memaksakan diri untuk tetap berangkat kerja.
begitu juga dengan Raga, ia tadinya mau bermalas-malasan. Tapi kakeknya malah menyuruh nya untuk pergi ke kandang, katanya ada sapi yang mau melahirkan, tapi belum tahu kapan lahirnya, ke Dani meminta untuk Raga sering-sering kesana. Siapa tahu pas dia ada disana, sapi yang sudah waktunya melahirkan itu lahir saat Raga disana.
“Kek, yang benar aja aku harus nunggu sapi lahiran.”
“Bukan nunggu, nanti disana juga kamu bebas mau ngerjain apa aja. atau mau cek soal pengeluaran juga boleh, maksud Kakek itu agar kamu bisa tahu gimana sapi lahiran.” balas kek Dani.
“Ya tinggal keluar, apa harus manggil dokter hewan dulu?”
“Gak perlu, kan ada mang Kardi yang jadi langganan bantu sapi lahiran. kamu bisa belajar sama mang Kardi tanda-tanda sapi mau melahirkan.”
“Masih belum berangkat juga ternyata.” ucap nek intan keluar rumah. beliau kira suami dan cucunya sudah tidak ada, ternyata mereka masih di teras depan.
“Ini mau berangkat kok, nek.” ucap Raga mulai memanaskan motor nya.
“Kamu beli motor gih, biar gak pake punya Kakek terus. masa Kakek harus pake mobil pick up terus kalau mau kemana-mana.” ucap kek Dani.
“Iya nanti, memang rencana nya mau beli motor. Cuma masih bingung mau model yang gimana nya” balas Raga.
“Ayo bareng aja kalau bosan naik mobil terus.” lanjut Raga.
Sebelum naik di jok belakang, kek Dani lebih dulu memberikan kunci mobilnya kepada sang istri.
“Nanti makan siang mau pulang atau beli?” tanya nek intan.
“Beli aja nek.” jawab Raga. kebetulan hari ini ia tidak membawa bekal.
“Kalau Mas pulang.” ucap kek Dani.
“Terus pulangnya mau jalan kaki?” tanya Raga.
“Ya nggak, bisa telepon Wahyu.” jawab ke Dani.
“Nek kita berangkat dulu ya, Assalamualaikum.” ucap Raga.
“Waalaikumsalam.”
Kalau lagi bawa kakek nya, Raga harus menjalankan motor nya dengan laju sedikit pelan. kakeknya suka protes kalau ia bawa dengan kecepatan sedang.
“Ini Kakek mau di antar kemana?” tanya Raga.
“Toko material, Kakek mau beli bahan-bahan bangunan.” jawab kek Dani.
“Tempatnya dimana?”
“Lewatin kandang, nanti lurus terus belok kanan.”
Setelah beberapa menit, mereka sudah sampai di depan toko material cukup besar.
“Beneran nih gak mau di tungguin?” tanya Raga.
“Gak perlu, Kakek juga bakalan lama disini nya.” jawab kek Dani.
“Yaudah, aku pergi dulu.”
Raga pergi ke kandang, sesampainya disana ia berpapasan dengan Naura. Tapi raga tidak ada niatan untuk menyapa nya.
Raga sebelumnya sempat menghubungi mang Kardi, ia bertanya posisi mang Kardi berada di mana. ternyata sedang berada di posisi kandang sapi yang mau melahirkan.
Dengan perasaan campur aduk, Raga berjalan menuju tempat mang Kardi berada. ia sesekali berpapasan dengan para pekerja lainnya.
“Mang.” panggil Raga melihat mang Kardi sudah seperti dokter kandungan yang sedang mengecek ibu hamil sudah pembukaan berapa nya.
Mang Kardi mendongkakkan kepalanya. “pas banget A Raga datang, tadi ke Dani telepon katanya saya disuruh ngajarin Aa soal sapi yang mau melahirkan. ”
Raga hanya menghela nafasnya. ia ikut berjongkok di dekat mang Kardi. “Jadi, sekarang ini sapi sudah ada tanda-tanda mau lahiran sekarang?” tanya Raga.
mang Kardi menganggukan kepalanya. “Benar A.”
kemudian mang Kardi menjelaskan ciri-ciri nya, dan ternyata tidak jauh beda sama manusia yang mau melahirkan.
“Eh ini mau keluar anaknya.” seru Mang Kardi. disana bukan hanya ada mang Kardi, ada satu orang lagi yang mau membantu mang Kardi mengurusi sapi mau lahiran.
Raga terus memperhatikan apa yang mereka lakukan, sampai di kejadian yang membuat Raga bergidik ngeri. Dimana tangan mang Kardi sedikit di masukan ke dalam bagian inti sapi, sampai beberapa detik kemudian, anak sapi berhasil keluar.
“Mamang kenapa gak jadi dokter hewan aja? padahal cocok jadi dokter hewan.” ucap Raga.
mang Kardi tertawa. “hahaha, mau nya sih jadi dokter hewan. Soalnya cita-cita dari kecil, cuma pas baru lulus sekolah mamang milih kerja merantau ke kota sampai ketemu jodoh, mau kuliah gak punya biaya.”
“memang dulu gak ada namanya beasiswa?”
“Ada, cuma mamang kurang pintar aja.”
Mereka mulai membereskan sisa-sisa lahiran barusan. Raga terus memperhatikan sampai ia melihat anak sapi tadi meminum susu ibu nya.
“Ini gak ada yang mau beli sapi lagi?” tanya Rag.
“ada a, nanti hari sabtu. sebenarnya sapi-sapi disini juga setiap harinya ada yang harus di antar ke pelanggan buat di masak dan di jual rumah makan.”
“masih daerah sini?”
“iya, ada juga dari luar kota. tapi bukan langsung ke pemilik usaha rumah makan, suka ada lewat Pihak ke tiga” jawab mang Kardi.
“Saya kira sapi kalau lahiran lebih dari dua, kayak kambing, ternyata satu.” ucap Raga.
“Masih untung Aa ngiranya begitu, anak saya malah katanya sapi bertelur. sampai pas ulangan di sekolah ngasih jawaban nya bertelur.” ucap Mang Kardi.
Raga terkekeh, mungkin karena biasanya liat ayam bertelur, jadi nyangkanya semua hewan bertelur.”
Mereka sama-sama tertawa. Tawa mereka terhenti ketika ada salah satu pekerja menghampiri mereka dan mengatakan ada salah satu sapi tidak nafsu makan dan sedang sakit.
Mereka langsung pergi ke tempat sapi yang sedang sakit itu. “Manggil dokter gak mang?” tanya Raga.
“Kalau ada tanda-tanda mau parah biasanya kita panggil dokter”
Mang Kardi mengecek sapi yang katanya sedang sakit itu, raga bisa melihat keadaan sapi tersebut, lemas dan hanya diam, bahkan matanya berair.
“Kenapa Baru ketahuan, memangnya kemarin belum ada tanda-tanda mau sakit?” tanya Raga.
“Kemarin sudah mulai gak nafsu makan, tapi masih sering bergerak. Makanya saya pikir bukan mau sakit, Soalnya biasanya suka lemas, tapi kemarin malah nggak.” jawab pria paruh baya yang tadi memanggil mang Kardi.
“mamang telpon dokter hewan nya dulu.” ucap mang Kardi.
Selama mang Kardi menghubungi dokter hewan yang sudah biasa menangani sapi-sapi disana, raga memutuskan untuk melihat-lihat sapi yang lain.
“baru kali ini lihat sapi lahiran secara langsung, terus lihat sapi yang sakit juga.” gumam Raga.
ia mengeluarkan ponselnya, tadi sempat memvideokan sapi lahiran. “Kayaknya seru Kalau di kirim ke Keluarga.”
Raga mulai membagikan video tersebut di grup Cha keluarga besarnya. Tak lupa ia juga mengirimkan video tersebut kepada teman nya yang sudah ia kabari sebelum nya.
paling bener sih raga sama bulan