Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka? 
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana? 
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyenangkan!
Keesokan harinya
Pagi datang, cahaya sinar matahari yang hangat menembus jendela kaca menyinarinya.
Celine perlahan terbangun, matanya terbuka perlahan saat dia menyadari ternyata dia sudah terlambat untuk bersiap ke sekolah.
Dia langsung melihat jam dinding, pukul setengah tujuh, dia bergegas mengambil handuknya masuk ke kamar mandi.
Suara keran air terdengar, guyuran air dan dia yang menggigil kedinginan semuanya bercampur di dalam.
Tak lama dia keluar dari kamar mandi, badannya tertutup handuk. Dia bergegas menuju lemarinya, membukanya dan mencari seragam yang akan dia kenakan hari ini.
Cepat-cepat dia berpakaian, menyisir rambutnya, dan dia hari ini mengenakan jepit rambut yang diberikan bibi Erina padanya. "Cantik" ucapnya sambil tersenyum di depan cermin sebelum akhirnya dia kembali sibuk dengan paginya.
Dia segera mengambil tas nya, keluar dari kamar, menutup pintunya lagi dan segera berlari untuk menuju meja makan.
Dia melihat jam lagi, kali ini benar-benar terlambat, pukul 07.05. Dia langsung berlari menuruni anak tangga.
"Papa pasti sudah pergi meninggalkan ku" ujarnya tampak sedikit sedih. Dia langsung bergegas menuju dapur.
Dan benar saja, sudah tak ada siapapun yang duduk di meja makan. Papa nya, kakaknya, saudari tirinya bahkan ibu tirinya juga sudah tak ada.
Dia tampak sedikit murung, langsung naik ke atas kursi dan duduk disana. Wajahnya cemberut karena ditinggal pergi ke sekolah.
"Kenapa nona lambat sekali hari ini? Biasanya tidak" bibi Erina meletakkan semangkuk bubur kacang hijau di depannya.
Celine dengan buru-buru memakannya, bahkan sampai tersedak sedikit. Bibi Erina pun tampak khawatir melihat dirinya yang seperti itu. "Pelan-pelan saja nona, tidak apa-apa" ucapnya mencoba menenangkan.
"Celine sudah terlambat bibi" ucapnya dengan suara bergetar, seperti...menahan tangis(?).
Erina menghela nafas panjang. "Nanti yang antar nona ke sekolah, bibi" ujarnya sambil berjalan ke belakang dan tak lama kembali dengan membawa bekal makan siang gadis kecil itu juga ada jaket di tangannya.
"Bibi yang antar?" tanya nya mencoba memastikan, karena tak pernah sekalipun Erina mengantarkan nya ke sekolah. Tapi kali berbeda.
"Iya nona, jadi tidak perlu khawatir, oke" dia tersenyum pada gadis itu. Celine pun kembali tersenyum dan mengangguk. Tapi sebenarnya, jauh di lubuk hatinya ada sesuatu yang lain yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.
"Bibi antar Celine naik apa?" dia menyuapkan makanan nya lagi ke mulutnya.
Erina menunjukkan sebuah kunci "Naik motor. Nona kan tidak pernah naik motor sebelumnya kan?" ucapnya sedikit dengan nada main-main.
Celine yang mengetahui itu langsung melupakan kesedihannya dan tak sabar mencoba menaiki motor untuk pertama kalinya. Dia pun mengangguk cepat. "Iya bi, Celine tidak pernah! Celine jadi tidak sabar mau coba pergi ke sekolah naik motor!" serunya dan langsung menghabiskan sarapan bubur kacang hijau nya.
Dia pun langsung turun dari kursi dan mengambil tasnya. "Sudah bi, ayo kita pergi!" dia tampak bersemangat sampai dia berlari keluar duluan sebelum Erina sempat menjawabnya.
"Nona benar-benar tidak sabaran, ya?" ucapnya saat memutar kunci, menghidupkan motornya.
"Iya, soalnya Celine tidak pernah, Celine kan jadi penasaran. Lagipula, mama dulu bilang kalau mau naik motor harus dengan kakak, tapi masalahnya kakak Celine tidak ada di sini sekarang" ucapnya ketika dia menaiki motor itu perlahan.
"Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang, nona pegangan yang erat jangan sampai nanti jatuh".
"Iya bibi!" dia pun memeluk Erina dengan erat dari belakang, merasakan angin yang perlahan menerpa wajahnya.
Matanya berbinar, melihat pemandangan dari motor ternyata lebih menyenangkan dibandingkan dengan naik mobil.
Menaiki mobil tak akan pernah tampak sejelas ini ketika dilihat dari jendela, tapi ketika menaiki motor semuanya tampak jelas, lebih enak dipandang apalagi angin yang berhembus mengenai wajah itu membuatnya tampak sangat senang.
"Nona pegangan yang erat ya, bibi akan bawa sedikit lebih kencang, takut nona terlambat ke sekolah" ucap Erina ketika menambahkan kecepatan motornya.
Celine di belakang hanya mengangguk "Iya bibi!" serunya sambil matanya masih berbinar melihat semuanya yang ada di jalanan. Rasanya menyenangkan, begitulah isi hati anak kecil itu.
Tak lama dari sana, mereka akhirnya sampai di depan gerbang sekolah Celine. Celine pun turun perlahan dan tangannya di pegang Erina takut-takut dia akan jatuh dari motornya.
"Nah, sudah sampai sekarang, menyenangkan bukan?" ucapnya sambil tersenyum
Celine mengangguk setuju "Besok besok, bibi juga antar Celine naik motor, ya!" serunya.
"Iya, kapan-kapan lagi bibi antar naik, motor. Sudah, sekarang masuk sebelum bel sekolah berbunyi" Celine pun mengangguk, melambaikan tangannya tanda salam perpisahan dan masuk ke gerbang sekolahnya.
Erina yang sudah menyelesaikan tugasnya itu pun kembali ke rumah dan harus menyelesaikan pekerjaan nya di rumah.
Erina memang pembantu di rumah mereka, tapi dia tak tinggal dengan mereka. Dia akan datang di pagi hari, dan malam nya baru kembali ke rumahnya yang tak terlalu jauh dari rumah keluarga itu. Dan kesehariannya dia menggunakan motor untuk memudahkan dia kemanapun pergi.