NovelToon NovelToon
Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Status: tamat
Genre:Wanita Karir / Pembantu / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dokter Genius / Tamat
Popularitas:47.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dr. Tristan Aurelio Mahesa, seorang dokter jenius sekaligus miliarder pemilik rumah sakit terbesar, dikenal dingin, tegas, dan perfeksionis. Hidupnya hanya berputar di sekitar ruang operasi, perusahaan farmasi, dan penelitian. Ia menolak kedekatan dengan wanita mana pun, bahkan sekadar teman dekat pun hampir tak ada.

Di sisi lain, ada Tiwi Putri Wiranto, gadis ceria berusia 21 tahun yang baru saja resign karena bos cabul yang mencoba melecehkannya. Walau anak tunggal dari keluarga pemilik restoran terkenal, Tiwi memilih mandiri dan bekerja keras. Tak sengaja, ia mendapat kesempatan menjadi ART untuk Tristan dengan syarat unik, ia hanya boleh bekerja siang hari, pulang sebelum Tristan tiba, dan tidak boleh menginap.

Sejak hari pertama, Tiwi meninggalkan catatan-catatan kecil untuk sang majikan, pesan singkat penuh perhatian, lucu, kadang menyindir, kadang menasehati. Tristan yang awalnya cuek mulai penasaran, bahkan diam-diam menanti setiap catatan itu. Hingga akhirnya bertemu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Setelah tiga hari penuh jadi “perawat cerewet” di rumah besar Tristan, akhirnya dokter itu sembuh total. Demamnya hilang, wajahnya kembali segar, dan tatapannya dingin lagi seperti biasa seolah tidak pernah ada episode pucat pasi di ranjang.

Tiwi bersorak saat Tristan bangun pagi itu tanpa tampak lemas. “Alhamdulillah, vampirnya sehat lagi! Horeee! Aku bisa kembali tidur nyenyak tanpa harus cek kamu tiap sejam.”

Tristan hanya menghela napas. “Kamu memang cerewet tanpa obat.”

“Ya jelas. Kalau nggak cerewet, rumah ini sepi kayak kuburan,” balas Tiwi cepat, lalu nyengir.

“Eh, tapi jangan kaget ya, mulai malam ini aku nggak nginep lagi.”

Tristan terhenti, menatapnya. “Tidak menginap?”

“Ya iyalah, Dok. Masa ART nginep terus? Aku kan bukan supir pribadi apalagi… istri. Lagian besok itu hari Minggu aku libur” Tiwi menekankan kata istri sambil cengengesan.

Tristan diam. Ada sesuatu yang tiba-tiba menohok dadanya. Tidak ada Tiwi berarti tidak ada suara ribut yang mengisi rumahnya. Tidak ada tawa norak saat ia sedang duduk serius membaca jurnal medis.

“Kenapa diam, Dok? Takut Kangen ya?” goda Tiwi sambil membereskan meja makan.

Tristan menegakkan bahunya, wajahnya tetap dingin. “Aku tidak terbiasa dengan kebisingan.”

“Tapi kamu sudah sembuhnya cepet gara-gara kebisingan aku,” jawab Tiwi sambil menepuk dada bangga. “Inget tuh, nanti kalau kamu sakit lagi dan butuh aku, jangan gengsi.”

Tristan tidak menanggapi. Tapi dalam hati, ia tahu mulai malam itu rumahnya akan kembali terasa kosong.

---

Pagi ini , Tristan bangun dan menemukan meja makan sepi. Tidak ada suara Tiwi ribut di dapur. Tidak ada sticky note yang menempel di pintu kulkas. Bahkan, aroma sarapan hangat yang biasanya sudah menunggu pun hilang.

Ia memang bisa menyiapkan makan sendiri, atau memesan lewat aplikasi. Tapi setiap kali duduk di meja makan, ia merasakan ada yang hilang.

Sepulang kerja pun begitu. Rumah besar itu dingin, hanya suara pendingin ruangan menemani. Kadang, ia mendapati sticky note lama yang belum dicabut—tertulis, “Dokter Vampir, jangan lupa makan. Kalau kelaparan, jangan salahin aku kalau pasienmu nanya kenapa dokternya kurusan.”

Entah kenapa, setiap kali membaca tulisan asal Tiwi, bibir Tristan melengkung samar. Ia bahkan mulai menyimpan beberapa sticky note itu di laci kerjanya.

“Gila, aku apa-apaan ini?” gumamnya suatu malam. Tapi tetap saja, ia menunggu tiap pagi jam enam. Menunggu suara pintu dibuka, langkah kaki ribut, dan suara cerewet yang menyambutnya.

----

Sementara itu, di rumah keluarga Besar Wiranto, suasana tak kalah ramai. Restoran keluarga mereka sudah punya cabang di mana-mana, tapi orang tua Tiwi masih memperlakukan putrinya itu seperti anak kecil yang perlu diawasi.

kemarin sore begitu Tiwi pulang, ibunya langsung menyambut di teras. “sayang, kamu baik-baik aja di sana? Jangan sampai kecapekan, jangan sampai ada yang macem-macem sama kamu.”

Tiwi langsung tertawa. “Tenang aja, Ma! Aku kan punya jurus andalan. Kalau ada yang macem-macem, aku patahin aja pelatuknya!”

Ayahnya yang baru keluar dari ruang kerja terperangah. “Pelatuk? Kamu pikir semua orang bawa pistol, Wi?”

Tiwi nyengir sambil mengangkat tangan seperti pegang senjata mainan. “Ya maksudnya biar dramatis, Pa. Kalau ada yang macem-macem, aku sikat abis! Mana berani mereka sama aku.”

Kedua orang tuanya saling pandang, lalu menggeleng bersamaan. Anak mereka ini memang bikin geleng kepala. Lucu, bar-bar, tapi tetap bikin hati deg-degan tiap kali bicara.

“Pokoknya, kamu hati-hati, Wi,” pesan ibunya lagi.

Tiwi mengangguk. “Siap, Bu Komandan. Kalau aku macam-macam, aku sendiri yang masuk berita.”

----

pagi ini, Tiwi benar benar libur kerja. Baru saja ia berniat leyeh-leyeh di kamar sambil rebahan, ponselnya berdering.

“Nay, kenapa sih pagi-pagi udah nelpon? Aku lagi akrab banget sama guling nih.”

Suara sahabatnya, Naya, terdengar panik. “Wi, tolong temenin aku, please. Aku janjian ketemu sama cowok baru. Tapi aku takut kalau sendirian.”

Tiwi mendengus. “Yaelah, Nay. Itu kan janjian kencan. Masa aku jadi obat nyamuk?”

“Tolong banget, Wi. Dia bawa temen, kok. Jadi kamu nggak sendirian. Lagian kalau aku sendirian, aku takut malah zonk.”

Tiwi menimang-nimang sebentar, lalu mendesah. “Yah, dasar cewek. Baiklah. Tapi ingat, aku bukan bodyguard. Kalau ternyata cowoknya nggak bener, aku sikat, lho.”

Naya sampai tertawa lega. “Sip! Kamu memang sahabat terbaik. Jam lima sore di restoran Cloud Nine ya. Jangan telat!”

-----

Sore itu, Tiwi tampil cantik sederhana dengan blouse putih dan celana jeans. Rambutnya diikat setengah, wajahnya segar alami. Ia datang bersama Naya ke restoran modern di pusat kota.

Begitu duduk, dua pria menghampiri meja mereka. Salah satunya, tentu saja kekasih baru Naya. Satunya lagi adalah temannya seorang pria ramah yang langsung duduk di depan Tiwi.

Percakapan mengalir ringan. Tiwi memang selalu bisa mencairkan suasana. Ia ceplas-ceplos, melucu, bahkan bikin semua orang tertawa.

Namun, tanpa disadari Tiwi, di meja pojok restoran, Tristan sedang duduk bersama dua orang pria sahabatnya dan sepupunya.

Tristan awalnya fokus pada obrolan sahabatnya. Tapi matanya tanpa sengaja menangkap sosok yang sudah terlalu familiar: Tiwi.

Ia menatap lama. Tiwi sedang tertawa lebar, menepuk meja, berbicara dengan pria di depannya. Ada binar bahagia di matanya dan itu menusuk Tristan entah kenapa.

Sepupunya, Adnan, mengikuti arah pandangan Tristan. “Eh, itu siapa kok di liatin terus? Kok cantik banget?”

Tristan menoleh tajam. “Diam.”

Sahabatnya tertawa kecil. “Dia itu asisten baru Tristan. Dia cewek lucu. Aku aja betah dengerin celotehannya.”

Tristan menggenggam gelasnya erat. Dadanya panas. Ia tidak sadar kalau wajahnya berubah, aura dinginnya semakin menusuk.

Di meja sebelah, Tiwi justru asyik bercanda. “Kalau cowok model gitu, Nay, jangan kasih kendor. Kalau dia nyebelin, bilang aja, aku punya sahabat barbar, bisa patahin pelatukmu!”

Semua tertawa. Tapi dari meja pojok, sepasang mata dingin terus mengawasi dan semakin lama, semakin sulit menahan diri.

Adnan menepuk bahu Tristan. “Bro, lo kenapa? Dari tadi kayak mau bunuh orang.”

Tristan tidak menjawab. Pandangannya terus menempel pada Tiwi. Saat pria di depannya menyodorkan minuman, lalu Tiwi tersenyum manis, ada sesuatu yang bergejolak dalam dirinya.

Ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Panas, gelisah, seolah darahnya mendidih.

“Gila,” gumamnya pelan. “Kenapa aku… marah?”

Sepupunya menyeringai, seolah menemukan jawaban lebih dulu. “Bro, itu namanya cemburu.”

Tristan langsung menoleh tajam. “Aku tidak—”

“Terserah deh. Tapi jelas banget lo panas liat dia ketawa sama cowok lain.”

Tristan menghela napas dalam, mencoba menahan diri. Tapi tangannya terkepal di meja.

Di sisi lain, Tiwi masih belum sadar sedang diawasi. Ia terus bercanda, tertawa, bahkan menyentuh lengan pria itu saat sedang menjelaskan sesuatu.

Dan bagi Tristan, itu sudah cukup membuat emosinya meledak.

Tanpa berpikir panjang, Tristan bangkit dari kursinya. Kursi kayu bergeser keras, membuat sahabat dan sepupunya menatap kaget.

“Lo mau ngapain, bro?” tanya Adnan dan Ridwan kaget

Tristan hanya menjawab singkat, dingin, tapi sarat emosi. “Aku nggak bisa diem.”

Langkah kakinya mantap menuju meja Tiwi.

Sementara itu, Tiwi yang masih bercanda tidak sadar kalau badai dingin bernama Tristan sedang mendekat dan akan mengubah suasana malam itu.

Bersambung…

1
beybi T.Halim
secangkir kopi meluncur.,menutup cerita indah ini.,gak ada konflik yg berat2 kisahnya mengalir seperrti realita .,terima kasih cerita manisnya dan semangat buat penulisnya💝
Su Wanto
makasih ya thor karya mu menghibur sekali sukses selalu sehat dan semangat 💪💪
syora
anjrittttt gokilllll abisssss😍😍😍😍😍😍
Tiara Bella
akhirnya tamat dan happy ending....makasih Thor ceritanya sangat menghibur....😍
Ayy°{>Anesstasya}~🤍
yah udah tamat Aja 😍😍😍
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
Supryatin 123
yaahhh sudah tamat aja ceritanya.luar biasa Thor ceritanya.d tunggu cerita selanjutnya.g da bonchap nya kah.lnjut Thor 💪💪
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
Rohmi Yatun
aaahh udah tamat aja.. makasih Thor.. q suka cerita nya.. ditunggu karya selanjutnya ya🌹🌹🌹👍💪
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
ceritanya seru banget, berawal dari sticky note berakhir menjadi keluarga yang bahagia..

Terima kasih kak untuk ceritanya, ngikutin dari awal hingga akhir
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
wahhh, udah tamat...

seru banget ceritanya, ⭐⭐⭐⭐⭐⭐ ☕☕☕☕☕

Terima kasih untuk cerita novelnya kak, semoga sukses selalu
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
Arin
/Heart/
Wulan Sari
yeaaah sudah tamat kah Tiwi dan dokter dingin? tapi happy end kok cip kelg yg bahagia ada pelakor di hempas cip 👍
terimakasih ceritanya salam sukses selalu ya 💪❤️🙂🙏
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪❤️❤️
Tiara Bella
ceritanya bagus
Reni Anjarwani
lanjut thor
Hari Saktiawan
romantis nya 😍😍😍😍😍
Hari Saktiawan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 lucunya
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
/Facepalm//Facepalm/ permintaannya bikin geleng-geleng kepala/Joyful//Facepalm//Facepalm/
Supryatin 123
calon anak angkat thor.lnjut Thor 💪💪
Supryatin 123
🤣🤣🤣🤣 Lnjut thor 💪💪
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!