Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Pagi itu Arion bangun dengan perasaan campur aduk, Masih ada Rasa bersalah atas ciuman Violet dan godaan yang tak kunjung henti beradu dengan tekad baru yang tumbuh berkat Luna.
Dia tahu jalan yang dipilihnya tidak mudah, Musuh di depan bayangan masa lalu yang mengikuti, dan hatinya sendiri yang masih bergolak. Tapi demi Luna, demi kebenaran, ia harus tetap maju.
Arion bertemu Luna, Kenzie, Adrian, dan Profesor Hadi di sebuah kafe terpencil di luar kampus, Meja mereka penuh dengan laptop, kertas-kertas, dan sketsa-sketsa Luna yang menggambarkan jaringan korupsi.
Profesor Hadi, seorang pria paruh baya berkacamata tebal dengan tatapan tajam terlihat serius.
"Jadi ini semua bukti yang kalian miliki?" Profesor Hadi menunjuk USB drive di meja.
"Video-video ini sangat kuat Ini cukup untuk mengguncang yayasan universitas bahkan mungkin menyeret beberapa nama besar di pemerintahan daerah"
"Kami butuh rencana yang solid Profesor" kata Arion.
"Tidak bisa langsung dilapor ke polisi, Dekan Anwar terlalu kuat Dia punya koneksi, Ada kemungkinan bukti ini akan ditutup-tutupi". Luna menunjukkan sebuah sketsa.
"Kita bisa menggunakan karya seni Membuat pameran, Menggambarkan kekejaman mereka secara simbolis, Itu akan menarik perhatian media tanpa mereka bisa langsung menyerang kita."
"Ide bagus Luna" Profesor Hadi mengangguk setuju.
"Seni punya kekuatan untuk menyentuh hati banyak orang, Kita bisa adakan pameran di galeri kampus, atau bahkan di luar, Kita butuh mahasiswa seni lainnya untuk bergabung."
"Aku bisa membantumu mencari mahasiswa seni Luna" kata Arion.
"Aku punya beberapa kenalan di sana, Mereka mungkin tertarik pada karya seni yang lebih menantang", Ia menyunggingkan senyum tipis mencoba meredakan ketegangan.
Adrian menyela, "Bos aku menemukan sesuatu lagi, Ada beberapa transaksi keuangan besar dari rekening Dekan Anwar ke sebuah perusahaan konstruksi fiktif Dan ada beberapa nama mahasiswi yang menerima transfer sejumlah uang"
Arion mengepalkan tangan "Mungkin itu mahasiswi yang terlibat dalam pesta-pesta kotor itu"
"Aku juga menemukan beberapa data komunikasi antara Dekan Anwar dan orang-orang yang tampaknya dari luar kampus, tapi mereka punya pengaruh besar, Kelihatannya mereka yang mendalangi semua ini" Adrian menambahkan.
Profesor Hadi menghela napas "Ini lebih besar dari yang kita duga, Kita harus sangat hati-hati, Mereka pasti punya mata-mata di mana-mana"
"Aku akan mengurus mata-mata itu" Kenzie berkata matanya tajam.
"Kami punya cara sendiri untuk membuat orang berbicara
Arion menatap Luna "Mungkin ini akan menjadi jalan yang panjang Luna"
Luna membalas tatapan Arion "Aku sudah siap, Kau juga?"
Arion mengangguk "Lebih dari siap"
Saat Arion hendak meraih tangan Luna di bawah meja, ponselnya bergetar Sebuah pesan dari nomor tak dikenal.
"Aku tahu apa yang sedang kau rencanakan Arion, Dan aku tahu kau masih mencicipi wanita lain, Termasuk gadis lugu itu, Dia tidak akan bertahan lama di sisimu Kau hanya akan menghancurkannya" Ada foto samar yang menunjukkan Arion dan Luna sedang berdiskusi di kafe diambil dari jarak jauh.
Arion merasakan darahnya mendidih Ini ancaman Dan ini berarti mereka sudah diawasi, Dia melirik sekeliling kafe, mencari-cari siapa yang mungkin mengintai.
"Ada apa Dion?" Kenzie bertanya melihat perubahan ekspresi Arion.
Arion tidak menjawab, Ia hanya mengepalkan tangannya di bawah meja, menjauhkan tangannya dari Luna, Ia tahu bahaya tidak hanya mengintai dari Dekan Anwar, tetapi juga dari seseorang yang dekat, seseorang yang obsesif "Serena"
Di kampus, Serena sedang duduk di bangku taman, ponsel di tangannya Ia tersenyum sinis melihat reaksi Arion yang terlihat di foto Di sampingnya Violet duduk membaca buku.
"Kau terlihat senang Serena" Violet berkomentar tanpa menoleh.
"Tentu saja, Mengingat Arion tersiksa adalah hobiku" Serena menjawab matanya memancarkan kepuasan.
"Dia pikir bisa melarikan diri dari masa lalunya, Dia pikir bisa bermain-main dengan gadis polos itu, Aku akan memastikan dia tahu dia salah."
Violet menutup bukunya menatap Serena dengan tatapan dingin "Kau terlalu obsesif Serena. Kau akan menghancurkan dirimu sendiri"
"Aku akan menghancurkan Arion dan wanita itu terlebih dahulu", Serena berjanji nada suaranya penuh dendam.
"Lagipula kau sendiri tidak jauh berbeda bukan? Kau juga masih menginginkannya."
Violet hanya tersenyum tipis "Menginginkan dan mendapatkan adalah dua hal yang berbeda Aku tahu cara bermain lebih baik darimu"
"Kita lihat saja" Serena mendesis matanya terpaku pada ponselnya. "Pertarungan yang sesungguhnya baru saja dimulai"
Arion menghabiskan sisa hari itu dengan Adrian mencoba melacak pengirim pesan, Mereka berhasil menemukan jejak digital yang mengarah ke sebuah akun anonim tetapi sulit dilacak lebih jauh.
"Ini seperti dia sengaja menyembunyikan jejaknya dengan sangat rapi bos" kata Adrian "Sangat profesional"
"Jadi kita punya mata-mata yang cukup cerdas" Arion bergumam sambil memijat pelipisnya. Ini bukan lagi sekadar perkelahian jalanan Ini adalah perang pikiran.
Arion memutuskan untuk mencoba melakukan pendekatan lain, Ia memanggil Clarissa dan Tania.
"Aku butuh bantuan kalian" Arion memulai saat mereka bertiga duduk di sebuah bangku terpencil.
Clarissa dan Tania langsung antusias "Apa saja untukmu Arion" Clarissa berkata genit.
"Aku butuh kalian untuk menjadi mataku di beberapa tempat. Klub-klub malam tertentu di luar kampus, Tempat-tempat hiburan yang sering dikunjungi para petinggi universitas dan pengusaha" Arion menjelaskan.
"Aku butuh tahu siapa saja yang mereka temui apa yang mereka bicarakan Terutama jika ada mahasiswi lain yang terlibat."
Tania ragu-ragu "Tapi Arion itu berbahaya, Tempat-tempat itu". Arion menatap mereka dengan tatapan yang memikat.
"Aku tahu Tapi ini penting, Ini untuk kebaikan kampus kita, Untuk kebaikan semua mahasiswi, Dan aku tidak akan membiarkan kalian dalam bahaya, Aku akan selalu ada untuk melindungi kalian"
Arion mengambil tangan Clarissa, membelainya lembut, Lalu ia meraih tangan Tania, menatap mata mereka satu per satu.
"Kalian adalah yang terbaik, Aku percaya pada kalian Dan aku akan membalas semua yang kalian lakukan" Ada janji tersirat di matanya janji akan perhatian janji akan sentuhan janji akan keistimewaan. Clarissa dan Tania terbius oleh pesona Arion dan janji-janji yang tak terucap, mengangguk setuju.
"Kami akan melakukannya Arion" Clarissa berseru.
"Demi kau" Tania menambahkan, tersipu.
Arion tersenyum tipis, Ia tahu bagaimana cara memainkan kartu-kartunya, Bahkan ketika ia mencoba berubah naluri lamanya masih menjadi alat yang ampuh. Ia merasa bersalah pada Luna tapi ia harus menggunakan semua yang ia punya untuk memenangkan perang ini.