 
                            "Kamu selingkuh, Mas?" 
"Vina, Mas bisa jelaskan! Ini bukan seperti apa yang kamu lihat." 
"Bukan, terus apa? Kamu... kamu berciuman dengan perempuan itu, Mas. Terus itu apa namanya kalau bukan selingkuh?" 
***
"Vina, bukannya kamu mencintai, Mas?"
"Maaf! Aku sudah mati rasa, Mas." 
***
Vina, harus terpaksa pura-pura baik-baik saja setelah suaminya ketahuan selingkuh. Tapi, ia melakukan itu demi bisa lepas selamnya dari suaminya. 
Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, Vina tentu langsung melepaskan pria yang menjadi ayah dari anaknya. 
Kejam? Tindakan Dimas yang lebih kejam karena menghianati cinta sucinya. Padahal Vina selama menjadi istri tidak pernah menuntut apa-apa, ia selalu menjadi istri yang baik dan taat. Tapi ternyata ia malah diselingkuhin dengan mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iindwi_z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di kontrakan Lara.
Pergi sebentar.
Ya... Dimas berfikir akan pergi sebentar saja. Ia akan merasa bersalah kalau sampai anak perempuan yang tidak tahu apa-apa itu sampai kenapa-kenapa. Mungkin, nanti Dimas akan jujur dengan istrinya setelah ini. Akan memberi pengertian pada Vina, toh istrinya itu memiliki hati yang baik.
Dimas sudah sampai di depan rumah kontrakan Lara. Suasana sangat sepi mengingat ini sudah malam, apalagi di tambah gerimis mulai turun. Membuat orang malas sekali untuk keluar rumah.
Dengan tergesa-gesa Dimas mengetuk pintu, berharap Lara segera membuka pintunya. "Lara... ini aku, buka pintunya!" ucap Dimas, suara terdengar begitu cemas.
Lara tersenyum mendengar itu, karena ia tahu kalau Dimas akan datang. Lara sangat yakin kalau pria itu masih menyukainya. Di hatinya masih ada tempat untuknya, mungkin ia harus lebih berani agar Dimas tidak bisa pergi lagi.
Dengan pelan lara membuka pintunya, tidak lupa perempuan itu juga langsung merubah eksepsi wajahnya agar terlihat benar-benar menyedihkan.
Dimas menghela nafas berat, tidak tega melihat wajah mantan pacarnya itu. "Kan sudah aku bilang, pulang kerumah orang tua kamu Ra. Mereka mungkin marah sama kamu, tapi kamu tetap anaknya dan anak kamu cucunya!" Dimas menatap Lara penuh perhatian.
Lara menunduk, tak lama setelahnya tubuhnya bergetar. Melihat itu Dimas tentu tidak tega, seakan lupa dengan janji kepada istrinya, Dimas menarik tubuh Lara dalam pelukannya, mengelus punggungnya dengan lembut. Menenangkan perempuan itu.
"Jangan menangis... aku cuma kasian sama kamu, Ra. Kamu cuma berdua saja dengan anak kamu. Kamu masih punya orang tau, kamu bisa memperbaiki hubungan kamu dengan mereka. Biar kamu tidak sendiri lagi!" suara Dimas penuh dengan perhatian.
Lara semakin terisak dalam pelukan Dimas mendengar itu. Tentunya membuat Dimas semakin kasihan. Sampai setelah beberapa saat Dimas melepaskan pelukannya, kembali membuka suaranya dengan pelan. "Terus bagaimana keadaan anak kamu?"
"Sudah lebih baik. Tadi... tadi aku sangat khawatir saat tiba-tiba badannya panas banget. Untungnya ada obat yang kamu belikan waktu itu."
Dimas mengangguk, ia lalu melangkah untuk melihat kondisi anak Lara. Dimas merasa prihatin dengan anak seusia Agam itu. Anak Lara terlihat lemah, sering sakit-sakitan. Itulah kenapa Dimas memberikan banyak stok obat-obatan untuk Lara dan anaknya.
"Dia sudah tidak demam lagi, aku pulang dulu ya!" pamit Dimas, karena ia tidak ingin membuat istrinya semakin lama menunggunya.
Lara kembali memasang wajah sedih, ia lalu memeluk tubuh Dimas. Meminta agar suami orang itu tatap menemaninya sebentar saja. "Jangan pergi dulu Dim, aku takut. Aku takut, apalagi sekarang sedang hujan," bisik Lara, ia sangat bersyukur karena Tuhan menurunkan hujan, seakan mendukung apa yang akan direncanakan.
Dimas diam, ia juga tidak tahu kapan hujan itu turun. Pasalnya ia masuk tadi masih gerimis. Sekarang sangat deras bahkan sampai ada gemuruh dan petir. Dimas perlahan melepaskan pelukan Lara, mungkin pulang nunggu hujan reda saja. Emang sih ia menggunakan mobil, tapi bahaya juga kan? Apalagi angin di luar juga terasa sangat kencang.
"Kita duduk saja, aku temani kamu sampai hujan redah."
Yes berhasil, batin Lara, sekarang tinggal memikirkan bagaimana caranya agar bisa membuat Dimas jatuh kedalam dekapannya.
***
Namanya istri pasti memiliki perasaan kuat, seperti saat ini. Vina merasa gelisah sekali, suaminya belum pulang. Di luar hujan sangat deras, ditambah ada petir dan juga angin yang cukup kencang.
Vina menatap keluar dengan doa yang ia panjatkan dalam hati. Meminta agar suaminya diberi keselamatan sampai tujuan, meminta agar dijauhkan dari mara bahaya.
"Ya Allah ya Tuhanku, hama meminta berikan keselamatan untuk suami hamba sampai pulang. Jauhkan lah dari mara bahaya."
***
Lara yang di samping Dimas berdiri, niat hati ia ingin mengambil minum hangat untuk Dimas. Tapi tiba-tiba ide licik muncul di kepalanya, ia berhenti di depan Dimas, dan langsung mendudukkan dirinya di pangkuan Dimas.
Lara tersenyum genit, dengan pelan ia mendekatkan bibirnya pada Dimas. Bibir itu hanya saling menyentuh, karena Lara hanya ingin mengetes bagaimana respon pria itu.
Dimas tentu terkejut, bahkan ia masih diam saat bibirnya sudah menyentuh bibir Lara. Dalam hatinya ia ingin sekali mendorong tubuh Lara, tapi tangannya malah menarik tengkuk leher Lara.
Dimas memperdalam ciuman itu, saling melumat, apalagi di luar hujan masih deras membuatnya menginginkan lebih.
Lara tersenyum, karena ia berhasil memancing hasrat Dimas. Tangan Lara perlahan membuka kancing kemeja Dimas. Desahan lolos saat tangan Dimas mulai masuk kedalam bajunya, meremas buah d@danya dengan pelan.
Seakan lupa dengan istri dan anaknya, Dimas membiarkan Lara membuka bajunya, membiarkan perempuan itu mengambil kendali atas tubuhnya.
Dimas yang sudah benar-benar terbakar gairah pun mengimbangi permainan Lara, dan hubungan terlarang itu pun terjadi malam itu. Lara dan Dimas melakukan hubungan layaknya suami istri.
Mereka seakan lupa akan dosa dan konsekuensi, yang mereka rasakan hanya kenikmatan sesaat. Saling memuaskan dan saling memberi kehangatan.
Tubuh mereka berpelukan tanpa busana, bukannya saling menyesali perbuatannya. Mereka malah mengulanginya lagi, apalagi Dimas merasakan sensasi sendiri. Lara perempuan dewasa, ia begitu agresif saat bermain membuatnya tiba-tiba ketagihan.
***
"Kamu mau kemana?" tanya Lara, pasalnya Dimas tiba-tiba bangun.
"Aku harus pulang, Lara. Vina pasti menungguku, aku enggak mau dia curiga." Dimas bangun dan langsung memakai bajunya yang berserakan di lantai.
Lara melihat jam dinding, menunjukan waktu pukul dua dini hari. "Terus kalau aku kangen kamu bagaimana?"
Dimas tidak langsung menjawab, karena ia fokus dengan pakaiannya. Sampai setelah semuanya selesai dan rapi, Dimas mendekat dan mengecup bibir Lara sekilas. "Jangan hubungi aku kalau kamu masih mau denganku! Aku, yang akan datang menemui mu!" ucap Dimas lalu melangkah pergi.
Sedang Lara tersenyum puas, mungkin sekarang ia akan jadi yang nomer dua. Tapi, lihatlah sebentar lagi Lara yang akan jadi yang satu-satunya. Pikir Lara.
***
Vina terbaring di sofa depan TV, ia langsung terbangun saat mendengar mobil suaminya. Ia begitu terkejut saat melihat jam menunjukan hampir pukul tiga pagi. Vina tentu langsung berlari karena khawatir, takut terjadi apa-apa dengan suaminya.
"Mas... kamu enggak kenapa-kenapa kan?"
Deggg
Dimas membeku saat mendengar itu, apalagi melihat wajah khawatir istrinya. ia jadi merasa bersalah dengan apa yang baru saja dilakukannya dengan Lara. Tapi, mau bagaimana lagi, Dimas hanya manusia biasa yang tidak bisa mengontrol nafsunya tadi.
"Mas..." panggil Vina saat suaminya hanya diam.
Dimas langsung tersenyum kikuk, mencoba sebisa mungkin agar tidak terlihat mencurigakan. "Aku enggak apa-apa, maaf ya..."
Belum sempat Dimas melanjutkan ucapannya, Vina sudah kembali berbicara. "Aku tahu Mas, tadi kamu pasti terjebak macet gara-gara pohon tumbang kan? Tadi aku lihat berita di Tv, jalan dari kantor kamu macet karena ada pohon tumbang. Pasti kamu terjebak di sana kan?"
Dimas tidak tahu akan hal itu, tapi ia bersyukur karena istrinya tidak curiga.
"Syukurlah." batin Dimas.
busettt pindah lobang sana sini moga moga tuh burung cepat pensiun dini biar nyaho
bahaya loh kalau kena tetangga ku dah mati dia pipis darah ma nanah terus melendung gede kasihan lihatnya tapi kalau ingat kelakuan nya ga jadi kasihan
aihhh suami mu vin lempar ke Amazon
semoga ntar karmanya persis seperti nama pelakornya "LARA", yang hidupnya penuh penderitaan apalagi dia punya anak perempuan
orang udah mati sekarang