Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.
Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.
Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#15
Asha mengejar pria tua itu dari belakang karena langkah kakinya begitu cepat. Dia tak ingin kehilangan sejengkal pun karena dia tahu bahwa pria tua itu bisa membantunya menemukan jalan keluar. Akhirnya, mereka sampai di bahu jalan dengan hati yang lega dan bersyukur.
Asha merasa seperti sedang berada di dalam sebuah mimpi yang indah, ketika dia melihat jalan keluar yang telah lama dia cari. Dia mendahului pria tua itu karena sangat bersemangat.
"Alhamdulillah. Alhamdulillah. Akhirnya menemukan jalan keluar. Terimakasih pak."
Tapi, ketika Asha menoleh ke belakang, dia merasa seperti sedang mengalami sesuatu hal yang tak masuk akal. Pria tua itu tiba-tiba tak ada di hadapannya. Dia seperti abu yang menghilang tertiup oleh angin. Asha merasa seperti sedang kehilangan sesuatu yang sangat penting, sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh logika.
Dia merasa seperti sedang berada di dalam sebuah kebingungan yang tak bisa dipecahkan. Dia tak tahu apa yang sedang terjadi, dan tak tahu bagaimana pria tua itu bisa menghilang begitu saja. Asha hanya bisa berdiri di sana, dengan hati yang penuh pertanyaan dan kebingungan.
Karena hari semakin gelap, Asha mempercepat langkahnya agar suaminya tak menyadari dia keluar.
" Astaghfirullah, sebentar lagi Maghrib. Aku harus cepet."
Dia tidak ingin suaminya khawatir, dan dia tak ingin menjelaskan apa yang telah terjadi. Asha hanya bisa berjalan cepat, dengan hati yang masih penuh pertanyaan dan kebingungan tentang pria tua itu. Siapa sebenarnya pria tua itu? Dan bagaimana dia bisa menghilang begitu saja? Asha tak tahu, tapi dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, dia bisa menemukan jawabannya.
" Akhirnya, sampai juga di rumah. Alhamdulillah."
Asha sampai ke rumah mertuanya dengan sangat letih, capek dan badan terasa remuk.
Masih teringat jelas, perjalanan mistis ketika dia melewati makam makam itu, membuat Asha memikirkannya terus menerus. Apabila di bilang ada rasa takut, ' yaa ... Itu benar, aku takut saat melewati, aura ghoibnya benar benar kuat. Aku merinding, sampai sekarang pun bulu kuduk di tanganku masih terasa. ' kata Asha dalam hati.
Padahal jika dilihat dengan netra biasa, makam itu tak terlalu luas. Tapi saat berjalan ke sana, makamnya sangat luas dan panjang. Ketika itu dia merasa seperti sedang berada di dalam sebuah dunia yang berbeda, di mana waktu dan ruang tidak berfungsi seperti biasanya. ' ah, pikiran pikiran seperti itu harus aku buang jauh jauh.'
Saat dia berjalan menuju ke pintu rumah mertuanya, "Assalamualaikum."
Asha melihat Abi-nya duduk di sofa yang melihat ke arah anaknya yang baru saja datang.
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah kamu tidak tersesat."
Asha heran dengan kata-kata Abi-nya, dari mana Abi tahu kalau Asha baru saja tersesat. Asha mencium telapak tangannya, dan melihat ke sekeliling tak ada Fajar ataupun Sriati menemani orang tuanya.
Abi menyambut Asha dengan pelukan. "Abi ke sini hanya ingin membawakan ini untukmu." Sebuah bungkusan kecil yang di tutup oleh kain hitam.
"Simpan bungkusan ini. Dan bawa kemana-mana. Walaupun itu di ranjang bersama suamimu." Asha tak mengerti perkataan Abi-nya, tapi dia hanya mengangguk dan harus patuh dengan perintah Abi-nya.
Asha merasa seperti sedang berada di dalam sebuah kebingungan yang tidak bisa dipecahkan. Dia tak tahu apa yang ada di dalam bungkusan itu, dan dia tak tahu mengapa Abi-nya memberikan kepadanya. Asha hanya bisa memandang Abi-nya dengan mata yang penuh pertanyaan.
" Abi hanya minta kamu untuk jaga diri baik baik, jangan lupa ibadah. Abi mau pamit pulang."
" Tapi ... Abi baru saja datang, mas Fajar mana ? Ko tidak temani Abi ngobrol. Mas ! Mas !"
Yang ada di pikirannya adalah kenapa Mas Fajar dan Ibu mertuanya memperlakukan orang tuanya seperti ini. Tak ada minuman ataupun kue kecil di meja. Dan tak ada seorang pun yang menemani orang tuanya saat berkunjung. ' ini sudah keterlaluan.'
" Mas ... mas Fajar !" teriak Asha tiba tiba yang membuat Fajar terperanjat kaget.
" Haaiii, kenapa ? Ada apa ko teriak ? " tanya nya penuh keheranan.
Asha melihat kesekeliling, dia berada di dalam kamar dan tidur di ranjang bersama suaminya. Asha berdiam sebentar untuk mengumpulkan semua ingatannya. Dia seperti orang linglung, perjalanan jauh ke makam, bertemu pria tua dan Abi nya.
" Abi ... Abi ... Abi mana mas, kamu tadi tidak temani Abi ngobrol ya. Keterlaluan kamu Mas."
" Abi, kesini ? Kapan ? Abi tidak ke sini. Kalau ke sini pasti aku bangunin kamu."
" Tadi aku lihat Abi di ruang tamu dia duduk sendiri, kamu tidak temanin dia ngobrol atau membawakan minum atau kue. Kamu keterlaluan ya mas ! "
" Asha tenang. Kamu mimpi, mengingau. Abi tidak ke sini."
Asha semakin bingung. Tadi dia benar benar berasa nyata, dan masih teringat jelas perjalanan jauh itu dan kakinya yang lemas karena lelah juga dia rasakan.
" Tapi ... "
Fajar mengelus rambut istrinya. " Asha, dari tadi kita berada di kamar. Kamu sangat bersemangat tadi, Mas sampai kewalahan, apa nanti malam kita lanjutkan lagi. " senyum Fajar sumringah.
Lalu, " Aku minta maaf, karena sudah melarang kamu ke rumah. Tapi bukan maksud Mas jahat. Kita tunggu beberapa hari lagi ya. Mas minta maaf. " Fajar memegang telapak tangan Asha yang sangat dingin, dan mengusap peluh di keningnya.
' kewalahan ? Lanjut nanti malam ? Maksudnya apa ?'
Asha mendorong kecil tubuh Fajar dari depan. " Maksudmu apa Mas. Ada wanita lain ya di kamar ini ?"
Fajar terheran heran dengan sikap Asha. " Wanita lain, siapa ? Dari tadi Mas sama kamu di sini ? "
Asha menangkap netra kejujuran dari perkataan suaminya. Namun, dia bingung dengan keadaan semua ini.
" Bukan, aku tadi pergi ke luar rumah buat beli pulsa, dan aku tersesat, sampai rumah aku lihat Abi sendirian. Dia yang menungguku, sedangkan kamu ! Kamu tidak ada untuk menemani orang tuaku ! Ternyata ... Ternyata kamu bersama ..." cerocosnya.
" Asha, Asha. Tidak ada wanita lain. Lihat ke sekeliling, perhatikan. Dari tadi kita berdua di kamar. Memang tadi mas jahat sama kamu, marah marah sama kamu. Tapi coba perhatikan ! Mas jujur, tidak ada siapa siapa."
Asha beranjak dari ranjang. " Bukan, aku tadi tidak di kamar ini. Aku harus lihat sendiri. " Asha, berjalan menuju ke arah pintu kamar. Dia masih ingin melihat apakah Abinya masih ada di ruang tamu. Karena dia yakin, bahwa tidak bermimpi ataupun mengigau.
" Abi, Abi." Asha memanggil dan menuju ke ruang tamu yang di ikuti Fajar dari belakang.
Ternyata yang di katakan suaminya benar. Tak ada orang tuanya di sini. " Tadi. Aku lihat orang tuaku di sini. Berdiri di sini !" Asha seperti orang linglung, gugup dan bingung menjelaskan situasi nya kepada suami.
" Stop ! Mas yang salah. Mas tadi tidak mengizinkan kamu ke sana. Sehingga kamu kepikiran ... " Fajar memeluk Asha.
Kemudian berbisik lembut, " Tenang. Tenang ya, Mas janji akan anter kamu bertemu orang tuamu. Tunggu beberapa hari lagi."
Fajar berhasil menenangkan Asha yang sedikit emosi, tapi Fajar tak berhasil membuat pikiran Asha tenang. Dia masih merasakan peristiwa yang tadi begitu sangat nyata. Benar benar nyata baginya.
Asha membalas pelukkan Fajar dengan hangat. Namun, di telapak tangannya ada bungkusan kecil berwarna hitam, yang tadi diberikan Abi untuknya. Ternyata dari tadi dia genggam tanpa sadar.
Dalam hatinya berharap bahwa suatu hari nanti, dia bisa mengetahui apa yang sudah terjadi kepada nya akhir akhir ini ? Dan mengapa Abi-nya memberikan kepadanya ? Sedangkan Abi tak ada di sini ? Apa benar kata Mas Fajar, aku hanya bermimpi ? Tapi mimpi itu terasa sangat nyata ? Aku merasakan ghoibnya dan merasakan aura mistis nya ? Aku masih ingat makam itu ? Ada yang tidak beres dengan rumah ini ? Atau dengan diriku sendiri ? Asha hanya bisa menunggu dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya