Hidup melarat dengan kebutuhan rumah tangga yang serba mahal serta kebutuhan anak juga sangat lah besar, mau bagai mana pun Hani mengatur uang maka tetap saja tidak akan cukup bila satu Minggu hanya tiga ratus ribuan saja.
Namun tak lama hidup nya berubah menjadi lebih baik, rumah pondok juga berganti dengan rumah megah yang luar biasa bagus nya.
apa yang sudah Hani lakukan?
Mungkin Hani melakukan pesugihan agar dia bisa kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Hinaan lagi
"Hahhh!"
"Ibu sadar, Bu!" Indri menepuk pelan pipi Hani saat sudah tiba di rumah mereka.
"Ari? bagai mana keadaan nya Ari!" Hani ingin memastikan dulu kalau ini semua tidak lah mimpi buruk semata.
"Ari sudah tidak ada, Ibu pingsan tadi jadi saat membawa jenazah Ibu tidak tau." jelas Indri menahan air mata nya.
"Selama apa Ibu pingsan, In? kenapa sudah tidak ada lagi orang di sini." Hani gelagapan karena rumah sudah sepi memang.
"Sangat lama Ibu pingsan, sekitar jam dua tadi Ari di kuburkan dan Ibu tak kunjung sadar maka nya langsung di kubur saja atas persetujuan Bapak." jelas Indri hati hati.
Hani bergegas bangkit dan segera berlari menuju kuburan karena dia harus melihat kuburan putra nya pula, tidak mungkin dia tidak melihat sekarang. lagi pula Imran pun kalau ambil keputusan suka seenak nya, apa salah nya tunggu sebentar sampai Hani bangun dan baru lah jenazah Ari di kuburkan di sana.
Memang Hani pingsan nya sangat lama karena ruh nya sedang bertemu dengan Nolan dan sampai menandatangani surat perjanjian bahwa mereka sudah saling terikat satu sama lain, mulai saat ini Hani juga istri nya Nolan dan dia harus melayani setiap malam purnama nanti nya, soal uang pun Hani masih tidak tau.
Ada rasa ragu di hati nya karena menganggap ini bisa saja hanya lah mimpi semata karena dia sangat berambisi ingin punya banyak harta, jadi mimpi nya sudah kemana mana sangking besar nya mimpi untuk menjadi orang kaya. mana saat ini kan batin Hani juga terguncang, jadi bisa saja semua hanya mimpi.
Uang yang di janji kan pun tidak ada sehingga mau percaya masih di Awang Awang, kecuali nanti uang sudah di tangan maka Hani hanya tinggal menunggu di malam purnama penuh untuk melayani suami ular nya yang sudah memberikan harta. entah uang nya akan datang saat sudah berhubungan, atau sebelum berhubungan badan.
"Ari, maafkan Ibu yang tidak bisa mengobatkan mu sampai sembuh!" isak Hani setelah menemukan kuburan anak nya.
"Ibu!" Indri menyusul namun tidak berani mendekat karena dia ingin memberikan Hani ruang menangis.
"Maafkan Ibu, tolong maafkan lah Ibu mu ini." teriak Hani memeluk batu nisan anak nya dengan hati yang sangat pilu.
Penyesalan yang sangat besar tentu nya sedang di rasakan oleh Hani karena anak yang dia sayang harus begini, yang bisa dia lakukan hanya termenung dalam penyesalan karena menjadi orang tua miskin sehingga tidak bisa membawa putra nya berobat sampai sembuh dan yang dia lakukan hanya diam saja.
Kalau pun Ari sedang meraung merasakan semua tulang nya terasa sakit, maka Hani hanya bisa mengompres dengan air hangat untuk mengurangi rasa sakit nya. pernah sampai di rendam dengan air panas juga, karena Ari sungguh tidak tahan menanggung rasa sakit dan juga perih pada tulang yang sudah di hinggapi dengan penyakit kanker ini.
"Andai Ibu orang kaya maka sudah pasti kamu selamat ya, Nak." sesal Hani.
"Bu, semua sudah terjadi dan kita bersyukur saja karena sekarang Ari tidak merasakan sakit lagi." Indri mendekati Ibu nya.
"Kenapa kita jadi orang miskin, adik mu tidak bisa selamat karena Ibu tidak punya uang." sesal Hani.
"Insya Allah rasa sakit yang selama ini Ari rasakan maka akan di ganti dengan surga nya Allah." ujar Indri.
"Allah?!"
"Iya, Bu." angguk Indri pelan sambil berusaha tersenyum.
"Allah itu tidak ada dan kalau pun ada maka tidak akan adil pada kita, aku tidak percaya dia ada karena selama ini aku pun sudah selalu sholat tapi dia selalu memberikan aku cobaan!" geram Hani.
"Ibu!" Indri kaget akan jawaban Ibu nya.
Hani melotot pada sang anak karena dia memang sudah tidak ingin percaya lagi pada tuhan nya, merasa selama ini sudah hidup enak tapi ternyata masih terus terusan di berikan cobaan yang tidak ada habis nya. Hani tidak berharap dia menjadi kaya raya, yang dia ingin kan adalah bisa makan kenyang serta bisa mengobatkan sang anak tanpa harus meminta uang pada orang lain.
Ini makan sudah kekurangan dan masih harus menahan pilu karena anak nya menderita sakit yang susah obat nya, Ibu mana yang akan sanggup menahan ini semua. apa lagi suami pun bis Adi bilang tidak becus, tidak bisa usaha dengan baik di mana saja yang bisa menghasilkan uang agar keluarga tidak kekurangan dan sampai kelaparan, ini kalau sudah tidak kerja sawah maka dia akan diam saja di rumah.
...****************...
"Apa ini semua, Tan?" Imran menatap adik nya yang datang membawa beras sepuluh kilo.
"Maaf ya aku tidak tau kalau Ari sedang sakit parah." Fatan menunduk tidak berani menatap saudara nya.
"Ambar tidak memberi tahu mu?" Imran menatap adik nya tajam.
"Ya sudah sih, Mas! udah di kasih beras pun masih saja protes tidak jelas, memang nya anak mu mati karena salah kami." Ambar langsung menyahut.
Fatan menarik nafas panjang karena dia juga sebenar nya ikut sakit hati kalau Amang sedang bersuara di hadapan saudara nya ini, namun mau bagai mana lagi karena dia tidak punya kuasa apa apa sehingga hanya bisa diam dan menerima saja.
"Ambil kembali beras mu, aku tidak akan memakan uang mu sepeser pun!" Imran melemparkan kembali beras sepuluh kilo di dalam karung.
"Udah miskin malah belagu pula, maka nya ya kau di kasih cobaan sama yang kuasa!" sentak Ambar sangat lantang.
"Ambar sudah lah, ini sedang suasana duka." cegah Fatan serba salah.
"Saudara mu ini yang tidak tau malu, sudah di bantu tapi malah banyak tingkah!" sentak Ambar.
Banyak orang yang mendengar nya karena mereka memang sedang berberes alat alat yang di pakai Ari tadi, malah sekarang mendengar perdebatan pula sehingga sudah pasti mereka tertarik lah untuk mendengar nya secara lebih jelas, nama nya juga manusia maka sudah pasti kepo.
"Ambil beras itu, berikan saja pada ayam ayam liar yang jelas lebih tau terima kasih!" sentak Ambar pada suami nya.
"Ayo kita pulang, aku malu dengan orang orang." Fatan tidak ingin memperpanjang masalah ini.
"Menyesal aku datang di rumah orang miskin ini, sudah miskin banyak tingkah!" Ambar bergegas pergi.
Meninggalkan rumah reyot milik nya Imran, Hani sudah ada di sana sebenar nya namun dia tidak pulang dulu karena malas bertemu dengan Ambar, biar lah di dengar saja hinaan itu dari jauh agar rasa sakit hati ini tidak seberapa sakit nya.
kan kalo ga bs tumbalin si Imran bisa si Mak Tini yg ditumbalin
makasih udah up
jga lupa jaga kesehatan
maaf jika aku yang salah nama