NovelToon NovelToon
First Love

First Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bulbin

Beberapa orang terkesan kejam, hanya karena tak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kata-kata mengalir begitu saja tanpa mengenal perasaan, entah akan menjadi melati yang mewangi atau belati yang membuat luka abadi.

Akibat dari lidah yang tak bertulang itulah, kehidupan seorang gadis berubah. Setidaknya hanya di sekolah, di luar rumah, karena di hatinya, dia masih memiliki sosok untuk 'pulang' dan berkeluh kesah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulbin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. Persami

Tiga tahun yang lalu.

Sebuah sekolah menengah pertama yang berada di salah satu daerah, tengah mengadakan kegiatan pramuka. Siswa siswi berkumpul di lapangan dengan seragam lengkap, disertai beberapa alat lain yang diperlukan untuk perkemahan yang akan dilaksanakan.

Setelah semua siap, mereka digiring ke lapangan di sudut perkampungan yang masih asri. Para pembina segera memerintahkan mereka untuk mendirikan tenda sebagai tempat bermalam.

Satu, dua orang mulai bergerak, diikuti yang lain. Saling bahu membahu, menyiapkan semua yang diperlukan dalam kegiatan persami mereka. Semua bahagia, bertukar cerita sambil terus merampungkan tugas yang ada. Aktivitas berjalan lancar tanpa gangguan, semua terlihat kondusif hingga saat malam pun tiba.

Mereka dikumpulkan di tengah lapangan. Pembina memberi instruksi tentang kegiatan selanjutnya, yaitu jurit malam. Para siswi mulai berbisik, entah karena takut, atau memang ada hal lain yang membuat suasana berubah tegang.

Mereka berpencar sesuai regu dan mulai ditutup matanya dengan sebuah kain hitam.

Teriakan mulai terdengar, terlebih dari para siswi yang ketakutan karena ulah usil para pembinanya.

"Allahu Akbar,"

"Yaa Allah, astaghfirullah,"

"Innalillahi,"

"MasyaAllah,"

"Tabarakallah,"

"Barakallah,"

"MAAKKK!"

Tiba-tiba saja, terdengar salah seorang siswi berteriak. Suaranya melengking di tengah malam yang sunyi. Teman-teman satu regu mulai menggenggam erat tangannya, saling menguatkan.

Sementara itu, para pembina tetap berusaha menahan tawa. Momen inilah yang membuat jiwa-jiwa usil semakin menggila.

"Capek ngerjain yang cowok, nggak pada gentar satu pun," ucap salah seorang pembina yang mendekati temannya.

"Eh, ada satu tuh. Yang pake kaca mata, kukira cupu, ternyata nggak mempan ditakut-takutin. Malah dibacain do'a makan. Lah, setan juga kabur kalo gitu mah,"

"Iyalah, takut disantap," imbuh yang lain. Mereka menutup mulut agar tak mengganggu kegiatan yang tengah berlangsung.

"Hei, ada yang pingsan. Bantuin gotong," titah salah seorang pembina putri yang datang dengan wajah penuh keringat. Dia menunjuk ke satu tempat, di mana salah seorang adik kelas tergeletak tak sadarkan diri.

Dengan cepat, mereka segera menghampiri lokasi. Terlihat seorang siswi berambut panjang terbaring lemah ditemani dua orang pembina.

"Bawa ke tenda."

Mereka mengangguk lalu pergi dengan seseorang yang terkulai di atas tandu.

*

Keesokan paginya, semua bersiap untuk kegiatan lintas alam. Di mana mereka akan menjelajahi alam, mengikuti arah panah yang sudah ditentukan.

Satu regu terdiri dari tujuh orang, dan satu di antaranya adalah regu Bekicot.

"Kalian ikuti arah panah dan pastikan masing-masing regu saling menjaga sesama anggotanya. Hati-hati di jalan." Sang pembina memberi aba-aba dari suara peluit untuk memulai perjalanan.

Canda, tawa mengiringi langkah mereka semua. Sesekali terdengar teriakan dari yel-yel sebagai pematik semangat.

Permadani hijau terbentang luas, hanya memberi satu, dua jalur untuk para pejalan kaki yang melintas. Mereka juga masuk ke pemukiman penduduk yang terbilang masih jarang, dengan halaman yang cukup luas dan kebun sebagai pemisah antar rumah.

"Nderek langkung, Mbah." (Permisi)

"Monggo, Pak, Bu." (Mari)

Mereka sesekali menyapa penduduk yang kebetulan berada di jalan yang sama. Raut gembira tergambar jelas meski tubuh mereka penuh tanah bercampur lumpur, setelah melewati beberapa rintangan yang sengaja dibuat para pembina.

"Eh, ini ke mana? Kanan atau kiri?" tanya seorang siswi dengan rambut dikepang dua.

"Panahnya yang warna putih, berarti ke kanan."

Iring-iringan itu terus berjalan hingga akhirnya, mereka harus melewati sebuah sungai dengan satu tali panjang yang membentang, sebagai alat bantu menyeberang.

"Kalian dulu, biar kami terakhir," ucap seorang siswa yang ditunjuk sebagai pimpinan regu.

"Biar aku dulu, nanti bisa bantu di depan sana."

Siswa lain maju tanpa rasa takut, dan mulai menggenggam tali dengan kuat, lalu turun ke sungai.

Arus yang tak terlalu deras, membuatnya dengan mudah menapaki bebatuan di dasar sungai, hingga akhirnya sampai di seberang. Dia melambaikan tangan, memberi aba-aba dan semangat untuk yang lain.

"Cewek dulu, aku terakhir," ucap ketua regu yang ikut menyusul turun dan mulai mencengkeram tali dengan kedua tangannya.

Pelan tapi pasti, satu per satu sampai di seberang. Hanya menunggu tiga orang yang masih berjuang melawan arus dan licinnya bebatuan.

Dengan sengaja, salah satu siswi menginjak kaki temannya dengan bibir terkatup rapat dan mata memerah.

Rasain kau!

"Akh!" pekik seorang siswi yang refleks melepas tangan dari tali, karena merasakan sakit yang menjalar dari kaki ke pangkal pahanya.

Meski arus tak begitu deras, namun tetap saja dia hanyut. Apalagi dia tepat berada di tengah sungai yang sedikit lebih dalam dari tepiannya.

Jerit ketakutan terdengar dari beberapa siswi yang melihat. Sementara itu, ketua regu bersiap untuk melepas cekalannya pada tali, namun ditahan oleh siswi yang masih berdiri di depannya.

"Kamu mau ke mana? Jangan tinggalin aku, aku juga takut hanyut," ucapnya dengan bibir bergetar. Dengan cepat, para pembina dan beberapa siswa turun untuk mengejar siswi yang hanyut itu, namun mereka melihat seorang siswa duduk di sebuah batu besar dengan tubuh basah kuyup, bersama seorang siswi yang terbatuk di sampingnya.

Semua bergerak cepat untuk memberikan pertolongan pertama, dan si ketua regu pun datang setelah semua sudah membaik.

*

Sampai di perkemahan, kegiatan penutup tetap berlangsung. Hingga saat malam tiba, mereka mulai membuat api unggun dan duduk mengelilinginya.

Maafkan aku, aku telat datang.

Seorang siswa menatap sendu ke arah siswi yang duduk memeluk lutut dikelilingi teman-temannya.

"Kamu ngapain? Bengong aja dari tadi," bisik seorang siswi dengan jaket pink yang mencolok.

Yang ditanya tetap bergeming, namun kini matanya beralih menatap lidah api yang menari di tengah malam gulita.

"Sial! Kenapa masih peduli aja sih? Kenapa juga dia nggak tenggelam aja, ilang kebawa arus," gumam si jaket pink dengan wajah jengkel.

**

Setelah perkemahan selesai, semua pulang dengan selamat. Meski lelah, mereka merasakan bahagia karena pengalaman baru yang mereka dapatkan. Dan selanjutnya, kegiatan belajar mengajar kembali berjalan seperti sediakala.

Hingga datanglah petaka lain yang tak pernah disangka sebelumnya. Sekolah tiba-tiba gempar oleh sebuah video tak senonoh yang disebarkan oleh akun anonim. Meski wajah siswi di video itu tak jelas, namun entah siapa yang memulai, mereka menganggap itu adalah salah satu siswi di sana. Tepatnya si gadis yang sempat hanyut saat persami kemarin. Dialah Nayna.

"Saya berani sumpah, saya tidak mungkin seperti itu. Ini semua fitnah. Tolong, Pak, Bu. Bukan saya yang ada di video itu." Nayna meratap di hadapan para guru. Memohon dengan sangat agar semua diusut demi nama baiknya.

Dari kejadian itu, hampir seluruh siswi maupun siswa di sana, mulai menjauh dari Nayna. Menganggap dia adalah gadis panggilan, hingga sebutan gund1k, l0nt3 dan j4-lang terus mengiringi langkahnya di sekolah.

Dan semua berakhir oleh seseorang yang berhasil mengungkap dalang di balik itu semua. Namun, meski begitu, rasa hancur sudah dirasakan oleh salah seorang pemuda yang diam-diam jatuh hati pada Nayna.

Aku belum bisa percaya, sebelum aku sendiri yang cari tahu.

"Hai, kamu kenapa? Ada yang salah sama Nayna? Kok bisa sih, l0nt3 masih dibiarin di sekolah ini? Bisa aja kan, kemarin cuma akal-akalan doang, apalagi yang berhasil ngungkapin itu semua nggak dikasih tahu siapa-siapanya. Jelas itu mah trik dia doang, lagian bisa juga itu video udah diedit. Secara, sekarang kan serba canggih. Kamu tahu nggak, ... "

"Pergi!" bentak pemuda itu dengan mata membara di wajahnya yang merah padam.

***

1
TokoFebri
yang kayak gini itu bacanya sedikit nyesek. Sandy cengengesan tapi sebenarnyaa hatinya raapuh.
Bulanbintang: Banyak yg menutupi luka dengan senyuman.
total 1 replies
Yoona
siapa yang natap nanya dari jauh itu, penasaran 🤔🤔
Septi Utami
aku kok muak ya sama Melda!!!
Bulanbintang: Aku juga,😥
total 1 replies
Miu Nuha.
mau pinjem PR kok /Hey//Hey/
Miu Nuha.
pinisirin juga nih aku 🤔
Miu Nuha.
gara2 ketemu mantan
Miu Nuha.
jangan nakutin tooo /Sweat//Sweat/
Bulanbintang: Demi keselamatan sang anak,
total 1 replies
Miu Nuha.
berbakti banget kamu ih 🤏 #cubitdulu
Miu Nuha.
Sandy mah udah mandiri 😌 dia bijak bisa kontrol kehidupannya sendiri 👍
Miu Nuha.
mental breakdown, butuh sandaran /Cry//Cry/
Miu Nuha.
dan Nayna pun kena imbasnya /Sweat/
Miu Nuha.
definisi kata2 menyakitkan yg bakal diingat sampe maut menjemput 🤧
Bulanbintang: Apalagi memori cewek lebih hebat dan detail banget nyimpennya.
total 1 replies
Drezzlle
Alhamdulillah, masih ada saudara yang pikirannya normal
Drezzlle
Udah Rahmat, mending diem. Siti kalau panik bawaannya salah paham
Drezzlle
Bentar lagi nungguin bapak gue /CoolGuy/
Drezzlle
Emak gitu, kalau panik malah ngomel /Facepalm/
Pandandut
ngeri amat pah ngancemnyaaa
Pandandut
bapak bisa ajaa
Pandandut
ketemu cowo pak/Smile/
Dewi Ink
naahhh kan dateng anaknya 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!