NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 18

Naia berusaha menahan napasnya. Jantungnya berdetak kacau tak beraturan, seakan hendak meloncat keluar dari dadanya.

Matanya terbelalak begitu mendapati sosok yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum licik, penuh penghinaan.

“Ya Allah, kenapa bisa Mas Arya bisa ada di sini? Bukannya aku pergi dari hotel milik Tuan Muda Atharva ngga ada yang tahu selain kak Claudia? Ini pasti hanya kebetulan saja lewat di sini,” batinnya.

Tubuhnya refleks menegang, kedua tangannya meremas ujung hijab untuk menyamarkan ketakutan yang merayapi tubuhnya.

“Ya Allah, aku nggak mau lagi dijual dijadikan bahan dagangan, cukup dengan tuan Muda Atharva yang akhirnya menjadi suami keduaku, tolonglah aku yah Allah jauhkan aku dari pria licik ini,” monolog Naia.

“Lihatlah siapa ini,” suara itu terdengar sinis. “Naia Seora yang dulu dibanggakan oleh kedua orang tuanya dan satu kampungnya katanya wanita baik-baik dan sholeha tapi sukarela berhubungan intim dengan pria lain yang bukan suaminya,” Ucapnya Arya yang bernada mengejek dan provikasi.

Arya melangkah semakin maju hingga jarak keduanya semakin terkikis.

Matanya yang semula basah kini berkilat. Naia menegakkan tubuhnya, menahan gemetar dengan sekuat tenaga.

“Cukup, Mas Arya!” sergah Naia lantang.

“Jangan lagi kau berani menyebutku wanita murahan. Kau tahu betul siapa yang pertama kali menjualku! Bukan aku yang mencari-cari jalan hina itu, tapi kau suami sahku waktu itu yang tega menyerahkan aku ke tangan Tuan Muda Atharva demi uang!”

Napasnya memburu, namun ia terus melanjutkan, suaranya penuh luka sekaligus perlawanan.

“Aku yang kau injak-injak harga dirinya, aku yang kau campakkan, lalu sekarang kau berani menuduhku seakan aku menikmatinya? Tidak, Mas! Aku bukan wanita rendah seperti yang mulutmu tuduhkan. Kalau aku masih berdiri di sini hari ini, itu karena aku berusaha mempertahankan kehormatanku meski hampir habis kau renggut semuanya.”

Mata Naia memanas, namun tangannya terangkat menahan Arya yang kian mendekat.

“Sekali lagi kau coba menghina atau mendekatiku dengan niat busukmu, demi Allah aku tidak akan diam. Aku tidak takut lagi, Mas. Tidak setelah kutahu siapa dirimu sebenarnya!”

Untuk pertama kalinya sejak pernikahan mereka berakhir yang hanya bertahan 24 jam itu membuat Arya terdiam menghadapi Naia yang kini berani melawannya, bukan lagi perempuan lemah lembut dan ramah.

“Kayaknya kamu sudah dicampakkan Tuan Muda Atharva, ya? Sampai memilih bersembunyi di pedalaman desa begini.” ucapnya kembali Arya yang sama sekali tidak terusik dengan ucapannya Naia yang membela diri.

Naia menegakkan tubuhnya, ia mencoba melawan ketakutannya. Ia memperbaiki letak hijab yang sempat bergeser, lalu menatap orang itu dengan sorot tegas menyiratkan tak ada ketakutan di raut wajahnya.

“Itu bukan urusanmu, Aryasatya Wijaya. Aku dicampakkan, dibuang, atau diceraikan oleh suamiku, tak ada hubungannya denganmu. Kita sudah lama tidak punya ikatan apa-apa.” tegasnya Naia yang dalam hatinya tetap timbul rasa takut jika mantan suaminya bertindak nekat.

Arya menyeringai, senyum miring yang membuat wajahnya yang ganteng tertutupi dengan aura yang tampak semakin menakutkan.

“Ha! Kamu masih berani bicara begitu padahal aku pernah ‘jual’ kamu ke Tuan Muda Atharva dengan harga lima miliar. Waktu itu aku memang bodoh. Aku melepaskanmu tanpa sempat menikmati tubuhmu lebih dulu. Tapi aku nggak rugi, Naia. Lima miliar itu cukup untuk foya-foya bertahun-tahun.”

Kata-katanya menusuk bagai sembilu. Arya melangkah mendekat, tangannya terulur, hendak menyentuh ujung hijab yang berkibar terkena angin pagi.

Naia spontan menghempas tangan itu kasar. “Jangan berani-berani sentuh aku dengan tangan kotormu!” suaranya terdengar penuh kemarahan.

“Satu hal yang harus kau tahu aku bersyukur, malah sangat beruntung karena yang mengambil kehormatanku adalah suamiku sendiri, bukan iblis berkedok manusia sepertimu!” balasnya Naia yang tak ingin diremehkan seperti dahulu.

Tubuhnya Arya terhuyung, tangannya menggantung di udara. Matanya menyipit, namun bibirnya masih menyunggingkan senyum mengejek.

“Kalau memang Tuan Muda Atharva sudah menceraikanmu setelah mendapatkan yang dia mau, bagaimana kalau aku carikan sugar daddy baru? Lebih kaya darinya. Kamu pasti butuh, iya kan?”

Ucapan itu bagai api yang menyiram bensin di dada Naia. Amarahnya membuncah dan tanpa ragu kedua tangannya melayang.

Plak!

Plak!

Dua kali tamparan keras mendarat di pipi Arya. Wajahnya terpelintir, bibirnya pecah hingga meneteskan darah. Ia mengusap sudut mulutnya, menatap Naia dengan tatapan penuh tantangan.

“Berani sekali kamu menamparku,” kesalnya.

Naia menatap balik tanpa gentar. “Dengar baik-baik, Arya. Aku bukan perempuan yang dulu bisa kau permainkan sesukamu. Jangan pernah berpikir menjualku lagi seperti barang dagangan. Aku tidak akan tinggal diam!”

Sejenak, keduanya terjebak dalam sorot mata yang saling menusuk. Arya tertawa rendah, getir namun juga meremehkan.

“Kau memang sudah berubah, Naia. Hanya dua bulan tak bertemu, tapi sekarang kau jauh lebih keras. Tidak lagi lugu, tidak lagi polos seperti dulu yang begitu gampang ditipu rayuan murahan.” pujinya tapi bernada mengejek.

Naia hendak membalas, namun langkah tergesa-gesa dari arah belakang menghentikannya.

Safar dan Kadir dua remaja yang sering menemanibga berkerja di peternakan llayaknya kakak-adik muncul dengan wajah geram.

“Hei! Jangan berani ganggu Mbak Naia!” seru Safar lantang.

“Iya, kalau berani sama perempuan, coba sini sama kami!” timpal Kadir dengan gaya menantang, meski suara remajanya masih bergetar.

Arya melirik mereka dengan pandangan meremehkan, lalu bersiap membuka mulut untuk membalas. Namun suara peluit panjang disertai langkah cepat membuatnya menoleh. Beberapa petugas keamanan taman mendekat, wajah mereka penuh kewaspadaan.

Arya mendecih. “Kali ini kamu beruntung, Naia tapi lain kali nggak akan pernah lepas dari dalam genggaman tanganku!” ancamnya sembari Ia melangkah mundur, menyeringai sebelum berbalik kabur, meninggalkan debu dan jejak ancamannya.

Naia masih berdiri kaku, tangannya gemetar meski wajahnya tetap dipaksakan tegar. Safar dan Kadir mendekat, masing-masing menaruh tangan di lengannya.

“Kak, nggak apa-apa? Kami tadi lihat dari jauh orang itu mengganggu Mbak.”

Naia berusaha menahan air mata yang hampir menetes jatuh membasahi pipinya. Ia menggeleng pelan, lalu memaksakan senyum tipis.

“Tidak apa-apa yang penting sekarang dia sudah pergi.” balasnya.

Namun jauh di dalam hatinya, ia tahu luka yang dibuka Arya barusan tak akan mudah sembuh, terutama ancamannya Aryasatya membuatnya harus berfikir keras dalam mengatasinya.

“Ya Allah, apa sebaiknya aku pergi dari Jakarta saja dan mencari tempat yang lebih aman dari Arya dan Tuan Muda Atharva,” batinnya Naia.

Naia masih berdiri terpaku, meski Arya sudah kabur. Tubuhnya gemetar, matanya berkaca-kaca. Angin pagi yang sejuk tak mampu menenangkan gejolak di dadanya. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi justru semakin terasa sesak.

“Ya Allah, kenapa dia harus muncul lagi? batinnya bergemuruh.

“Bukankah aku sudah cukup hancur ketika dulu dijadikan barang dagangan? Aku sudah berusaha memulai hidup baru, tapi ternyata bayangan masa lalu tetap mengejarku. Ya Allah, aku takut dia akan kembali dan merenggut lagi harga diriku seperti dulu,” Naia membatin.

Safar menatap wajah Naia dengan cemas. “Mbak Naia, orang tadi siapa sebenarnya? Dari tadi mukanya jahat banget.”

“Iya, Mbak,” tambah Kadir dengan nada penasaran.

“Kami belum pernah lihat dia di kampung kita ini. Tapi kenapa kayaknya Mbak Naia kenal banget sama dia?” tanyanya Safar yang mengerutkan keningnya.

Naia reflek menunduk, kedua tangannya meremas ujung hijabnya, hatinya berperang antara ingin menyembunyikan luka atau mengatakannya.

Matanya menatap ke tanah yang berdebu, sebelum akhirnya ia mendongak, menatap kedua remaja yang selalu polos tapi tulus membelanya.

“Dia…” suara Naia bergetar, tapi ia memaksa melanjutkan ucapannya. “Dia mantan suamiku namanya Aryasatya Wijaya.”

Safar dan Kadir sontak saling pandang. Keduanya sama-sama terkejut.

“Mantan suami?!” tanyanya mereka hampir bersamaan yang raut wajah keduanya terlihat panik, tidak percaya dan keheranan.

Dengan suara lirih nyaris tak terdengar, bibirnya berucap kata, “Kadang orang yang paling kita kenal justru yang paling berbahaya,” ucapnya pelan, lebih pada dirinya sendiri daripada kepada Safar dan Kadir.

Langkah Arya terhuyung cepat meninggalkan taman puskesmas. Pipi kirinya masih terasa perih, bekas tamparan Naia seakan membakar kulitnya.

Bibirnya pecah, darah segar menetes, namun yang jauh lebih sakit adalah egonya yang koyak.

“Berani-beraninya dia menamparku di depan orang banyak perempuan itu benar-benar sudah berubah,” geramnya dalam hati.

Tawa getirnya pecah, meski suaranya tertahan. Di balik senyum miringnya, amarahnya bergolak bagai bara yang dilempar bensin.

“Naia Seora dulu kau menangis setiap aku bentak sedikit saja. Kau tunduk, kau patuh, kau nggak punya nyali untuk melawan. Tapi sekarang? Kau berani meludahiku dengan kata-kata, kau berani menamparku di depan anak ingusan dan petugas rendahan itu.”

Arya mengepalkan tangannya, kukunya hampir menembus telapak. Nafasnya memburu, wajahnya memerah menahan gejolak dendam.

“Baiklah, Naia… kalau kau pikir kau sudah bebas dari aku hanya karena status kertas perceraian itu, kau salah besar. Aku yang pertama mengenalmu, aku yang pertama ‘menjualmu’, dan aku juga yang akan jadi orang terakhir yang menutup semua pintu hidupmu.”

Langkahnya semakin cepat, hampir berlari. Tatapannya liar, hatinya menjerit penuh amarah.

“Bukan hanya soal harga diriku yang kau injak, tapi karena kau membuatku tampak lemah. Aku tidak akan pernah membiarkan itu. Sekarang kau mungkin merasa aman karena ada bocah-bocah kampung yang melindungimu, atau karena masih ada nama besar Tuan Muda Atharva di belakangmu, tapi dengar, Naia, aku Aryasatya Wijaya. Aku tahu caranya membuat hidupmu kembali porak poranda.”

Ia berhenti sejenak di sudut jalan, mengusap darah di bibirnya. Senyum tipis penuh dendam merekah.

“Kalau dulu aku menyerahkanmu demi lima miliar, kali ini aku akan menjeratmu bukan karena uang. Aku akan pastikan kau sendiri yang datang merangkak padaku, memohon ampun, meminta perlindungan, sampai kau sadar bahwa kau tidak pernah benar-benar bisa lepas dari aku.”

Matanya menyala penuh bara, hatinya sudah bulat. Arya tahu, pertemuan tadi hanya awal dari rencana panjangnya.

“Bersiaplah, Naia. Kau pikir kau sudah menang? Tidak. Pertarungan kita baru saja dimulai.”

1
Isma Isma
baguss Leni kasih tau niaa biar Ndak timbul masalah baruu 🥰🥰🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bagus kalau banyak fans 🤭🤣
total 1 replies
Hana Ariska
gak sabar nunggu kelanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak.. insya Allah besok double update
total 1 replies
Milla
Pasti nyaaa anak buah tuan muda arthava 🤭 semangat up thorrr🙏🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum tentu 🤭🤣
total 1 replies
Hijriah ju ju
sangat bagus menghibur
Marlina Taufik
seru ni di tunngu lanjut y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰

insha Allah besok lanjut soalnya kalau malam mau jualan dulu cari tambahan penghasilan meski dikit ☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Milla
Lanjutt thorrr💪🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Hijriah ju ju
sungguh miris kisah hidupmu
Rahmi Jo
kenapa nggak dibantu??
Hijriah ju ju
najong loh Arya
Rahmi Jo
kok bisa dahulu bisa jatuh cinta??
Hijriah ju ju
wajar dikasari
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua usaha kamu berhasil Naia dan kamu bisa bangkit sementara Artharva menjalani kesembuhan, sebenarnya Artharva orang nya baik tapi caranya salah besar membuat Naia menderita dan kau Arya tunggu detik2 kehancuran mu
Uba Muhammad Al-varo: 👍👍👌 ditunggu kehancurannya Arya dan kedua orang tuanya yang mulutnya embreng
total 2 replies
Uba Muhammad Al-varo
sungguh memilukan hidup mu Naia, semoga ditempat baru nanti hidup mu akan bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
ayo Naia pergi dari kampung mu,cari daerah/tempat untuk menata hidup mu lebih baik lagi dan bikinlah hidup mu dan anakmu kuat,agar bisa membalas semua perbuatannya si Arya
Uba Muhammad Al-varo
kenapa kejadian tragis hanya terjadi pada Artahrva seharusnya terjadi juga pada si Arya keparat
Siti Aminah
ceritanya bagus
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
semoga bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Ana Natsir
setuju
Ana Natsir
semoga nggak gila
Ana Natsir
sedih jdi mewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!