NovelToon NovelToon
60 Hari Untuk Hamil

60 Hari Untuk Hamil

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Disfungsi Ereksi
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ferdi Yasa

“Aku akan membuatmu hamil, tapi kau harus melakukannya dengan caraku dan hanya aku yang akan menentukannya. Setelah kau hamil, kontrak kita selesai dan pergi dari hidupku.”

Itulah syarat Alexander Ace—bosku, pria dingin yang katanya imp0ten—saat aku memohon satu hal yang tak bisa kubeli di tempat lain: seorang anak.

Mereka bilang dia tak bisa bereaksi pada perempuan. Tapi hanya dengan tatapannya, aku bisa merasa tel4njang.

Dia gila. Mendominasi. Tidak berperasaan. Dan terlalu tahu cara membuatku tunduk.

Kupikir aku datang hanya untuk rahim yang bisa berguna. Tapi kini, aku jatuh—bukan hanya ke tempat tidurnya, tapi juga ke dalam permainan berbahaya yang hanya dia yang tahu cara mengakhirinya.

Karena untuk pria seperti Alexander Ace, cinta bukan bagian dari kesepakatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Miliknya

Laura Owen.

Wanita itu berhenti di ujung gang sana, menatapnya dengan mata penuh kebencian. Wajahnya tetap sepucat sebelumnya, tapi kini matanya menyimpan segunung kemarahan yang tertuju langsung pada Eve.

Langkah Eve tertahan. Tatapannya waspada.

“Aku hanya ingin bertanya padamu. Kenapa kau lari?”

Napas Laura memberat. Dia mendekat. Langkahnya penuh perhitungan.

“Aku sudah katakan padamu untuk pergi. Kenapa kau masih di rumah Tuan?”

“Kenapa aku harus pergi? Aku memiliki ikatan dengannya.”

Laura mengayunkan pisau dari balik jaket, mengarahkannya ke leher Eve.

Di saat yang sama, tangannya mencengkeram rambut Eve dari belakang, memaksa wajahnya menengadah.

“Aku sudah peringatkan kamu untuk pergi, Eve! Kenapa kau masih di rumah itu? Kenapa?!” Laura berteriak, tepat di telinga Eve.

“Kau tidak bisa menjadi istrinya. Tuan tidak boleh memiliki ikatan apa pun selain denganku!”

Jantung Eve seperti akan meledak. Tubuhnya gemetar. Tapi di depan Laura, dia mencoba mengendalikan diri.

“Kami tidak memiliki apa pun selain hanya sebuah kesepakatan. Aku hanya ingin bertanya, apa hubunganmu dengannya saja.”

“Tidak!” Laura memekik, menjambak rambut Eve lebih keras lagi. “Tuan tidak boleh memiliki kesepakatan apa pun selain denganku!”

Eve menggerang. Dia mencoba menjauhkan diri, tapi Laura semakin mencengkeramnya.

Satu-satunya harapan dia hanya Manda yang menyusul ke sini. Tapi ke mana dia sekarang?

“Hentikan.”

Suara berat dan datar itu menghantam udara seperti perintah yang tak bisa dibantah.

Alex. Eve tahu itu suara miliknya.

Saat mereka berbalik, Alex berjalan mendekat bersama Rayyan. Langkah mereka tenang dan terkendali, seolah tahu bahwa ini akan terjadi.

“Tuan?”

Cengkeraman Laura melemah. Suaranya saat memanggil Alex tadi, seperti seseorang yang begitu mengharapkan kehadirannya. Gemetar.

Alex dan Rayyan berhenti di depan mereka. Tidak melakukan apa-apa.

“Tuan, kau kembali untukku?”

Mata Laura berbinar, seperti ada ribuan bunga yang tumbuh di hatinya.

“Berikan pisaumu.” Alex mengulurkan tangan dengan santai.

Namun, Laura menggeleng, mencengkeram rambut Eve lagi dengan kuat. “Tidak. Tuan tidak boleh memiliki kesepakatan dengan siapa pun kecuali aku. Wanita ini harus mati!”

Napas Eve tercekat. Matanya melirik wajah Laura dari sisi. Dia tidak bercanda. Wanita bernama Laura ini benar-benar sudah gila!

“Laura Owen. Apa kau tidak mendengarku lagi?”

Sekali lagi, Alex tetap tenang! Seolah dia sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting, dia bahkan tidak terlihat seperti ingin melakukan sesuatu.

Brengsek! Apa dia ingin aku mati?

Tapi ternyata itu memberi efek yang luar biasa.

Laura tiba-tiba melepas rambutnya, menjauhkan pisaunya.

“Berikan pisaumu.” Alex mendekat, masih mengulurkan tangan.

Seperti dikendalikan oleh kekuatan tak kasat mata, Laura menyerahkan pisaunya tanpa protes.

Layaknya seorang anak kecil yang menyesal, wanita itu menundukkan kepala.

“Berlutut.” Sekali lagi Alex memberikan perintah. Nadanya tenang, tanpa tekananan. Dan anehnya, Laura mengikuti semua ucapannya dengan sangat patuh.

Wanita itu bersimpuh di atas tanah. Kedua lututnya tertekuk sambil menundukkan kepala.

Alex membuang pisau itu sembarangan. Dia mendekati Laura, mengusap kepala wanita itu.

Laura merunduk lebih rendah, seperti bud4k yang akhirnya diberi ampun.

 “Jangan mencampuri urusan pribadiku lagi. Mengerti?”

“Ya, Tuan,” ucap Laura, pelan namun mantap, seperti menerima bahwa pria itu adalah satu-satunya kompas dalam hidupnya sekarang.

DEGH

Jantung Eve seperti dipukul dengan keras.

Semudah dan sepatuh itu?

Melihat bagaimana Alex memperlakukan Laura dan bagaimana Laura menjadi begitu menurut membuat sekujur tubuh Eve gemetar. Rasa takut itu jauh lebih tajam dari pisau yang nyaris menyayat nadinya.

Ada sesuatu yang tidak benar di sini.

Alex seperti mengendalikan seluruh tubuh dan pikiran Laura. Seperti ….

Tidak.

Eve menggeleng, menolak percaya. Tapi seluruh pikiran dan hatinya membenarkan apa yang ia pikirkan.

Tanda sadar Eve mengambil langkah mundur, lalu pergi dari sana. Secepat mungkin. Sejauh kakinya bisa melangkah.

Tanpa sedikit pun emosi, Alex menatap punggung Eve yang menjauh.

“Bawa dia. Aku akan mengurusnya.”

Rayyan mengangguk cepat.

Seperti tahu ke mana Eve akan pergi, Alex hanya melangkah santai.

Eve mencoba berlari, tapi tubuhnya terasa berat—seperti ada beban ribuan ton yang menahan kakinya.

Semua kejadian tadi seperti cuplikan film yang terus berputar di kepalanya, membuatnya takut, bingung dan kacau.

Tidak tahu ke arah mana, dia hanya berjalan sembarangan. Berulangkali kepalanya menoleh, takut jika tiba-tiba Alex ada di belakangnya. Menangkapnya.

Sampai dia tidak fokus dengan apa yang ada di depannya, Eve tidak sengaja menabrak seseorang.

Itu hampir membuatnya jatuh, tapi sebuah tangan yang terbalut dengan jas panjang menangkap lengannya dengan cepat.

Pandangan Eve naik bertahap. Saat matanya menangkap wajah seseorang, tubuhnya langsung menegak. Dia menarik diri dengan kasar.

Noah Alison. Pria itu berdiri di hadapannya, seolah sudah menunggu sejak tadi.

“Kau tidak apa-apa?”

Mendengar suara Noah yang tiba-tiba lembut padanya, Eve sedikit terkejut. Tapi setelah itu dia menggeleng.

“Tidak. Maaf, aku harus pergi.”

Kakinya baru saja mengambil selangkah, tapi Noah menahan lengannya lagi.

“Eve, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”

Meskipun enggan untuk bicara dengan Noah, tapi dia juga butuh sembunyi dari Alex.

Sosok pria yang katanya ‘imp0ten’ itu mendadak menjadi seseorang yang mengerikan di kepalanya.

Noah mengajaknya masuk ke restoran, menyodorkan minuman untuknya. “Sepertinya kau membutuhkan ini.”

“Apa ini?”

“Teh chamomile. Kau terlihat cemas dan … seperti sedang ketakutan. Apa ada masalah?”

“Bukan urusanmu.” Meski begitu, Eve tidak bisa berbohong kalau dia memang butuh sedikit penenang.

Setelah menelan beberapa teguk, Eve menarik napas panjang.

“Apa seseorang mengejarmu?”

Eve tidak menjawab. Dia hanya menggeleng dengan enggan.

“Eve, aku perlu bicara denganmu.”

“Aku mendengar,” balasnya dingin.

“Ini mengenai hubungan kita.”

Kepala Eve berputar cepat menatapnya, lalu dia tertawa renyah. “Noah, hubungan kita seperti apa yang kau maksud? Kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, Noah! Apa kau lupa jika kita sudah bercerai?”

“Aku tahu aku salah, tapi jangan hukum dirimu sendiri, Eve.”

Noah mendekat. Matanya bicara seolah tahu segalanya. “Aku bisa terima kalau kau marah padaku. Tapi kenapa kau mempertaruhkan hidupmu? Kenapa kau memutuskan untuk menikahi pria imp0ten? Apa kau tidak sadar kalau itu hanya akan menyiksamu saja?”

Manik Eve melebar. Punggungnya menegak.

“Kenapa? Kau kaget mendengarku mengetahuinya?”

Noah tersenyum licik, samar. “Cristina. Aku mendengar semua itu darinya. Kau menikahi pria yang bahkan tak bisa memberimu apa-apa. Hanya untuk membuatku berpikir kau sudah bahagia?”

Eve mendesis. Matanya mengerling jengkel. “Noah, kau berspekulasi seolah kau mengetahui banyak hal mengenai diriku. Asal kau tahu, aku sungguh tidak pernah lagi memikirkanmu.”

Noah malah tertawa lagi mengejeknya. “Tidak perlu berpura-pura Eve. Aku tahu kau begitu mencintaiku. Kau tidak bisa melupakanku sehingga kau mencari pria untuk menggihindariku. Tapi bukan seperti ini, Eve! Jangan membuat dirimu semakin menyedihkan!”

“Tapi aku memang tidak mencintaimu lagi, Noah! Harus berapa kali aku memberitahumu? Tidak peduli siapa Alex dan bagaimana dia, kenyataannya aku memang tidak pernah memikirkan atau bahkan masih memiliki perasaan padamu. Aku menikah atas kehendakku sendiri, bukan dengan maksud seperti yang kau pikirkan tadi.”

“Eve.” Lalu Noah mengambil telapak tangan Eve, menggengamnya. “Jangan terlalu keras menghukum dirimu. Aku bersalah padamu, dan aku mengakuinya. Mungkin kau tidak akan bisa memaafkan aku. Tapi … kau tidak perlu melakukan ini untuk menghukumku.”

“Oh, shit!” Eve mengumpat keras, menarik tangannya dengan kasar. “Kau benar-benar keras kepala, Noah! Sudah kubilang aku tidak lagi memikirkanmu, bahkan satu detik pun dalam hidupku. Kenapa kau begitu percaya diri?”

“Tidak Eve, kau masih berbohong pada dirimu. Kau—“

“Omong kosong!”

Sekali lagi suara Alex muncul memotong pembicaraan mereka.

Tidak tahu sejak kapan, tapi pria itu sudah ada di belakang Eve, memasang senyum geli.

Tubuh Eve langsung meringsut. Nyalinya mengempis seperti balon.

Pria ini! Kenapa bisa ada di mana-mana?

“Kau tuli?” Alex mencibir dengan senyum miring di bibirnya. “Apa kau tidak malu dengan ucapanmu?”

Noah berdiri, memasang wajah yang jelas sedang mengejeknya. “Kau tidak perlu berpura-pura seolah kau ini suaminya, padahal semua orang tahu siapa dirimu. Selain hanya tampang dan latar belakangmu, apalagi yang bisa kau banggakan? Menegak saja pun kau tidak bisa.”

Alex menyungging senyum miring. Dia mendekati Eve, punggungnya melengkung begitu rendah, hingga wajah mereka kini hanya berjarak selembar kertas.

Kedua tangan Alex mengapit kursi Eve, seolah dia sedang mengurung wanita itu di bawah tubuhnya.

“Sepertinya ada seseorang yang begitu ingin menyaksikan keintim4n kita. Haruskah aku menunjukkannya di sini?”

Ucapan Alex seperti api yang membakar tubuh Eve. Rasa panas itu dibalut dengan perasaan takut yang luar biasa.

Pria ini, dia bukan pria sembarangan!

Eve mengulas senyum. Senyum yang ia paksakan. Terlihat aneh. Padahal dalam hatinya, dia sedang menjerit meminta pertolongan.

Siapa pun, tolong bawa aku lari dari pria ini!

“Kau masih takut?”

Alex berkata seolah dia tidak pernah melakukan apa pun tadi, seperti tanpa dosa.

“Aku sudah membereskannya. Bisakah kita pulang?”

Tidak, dia tidak ingin pulang!

Tapi Alex tiba-tiba meletakkan tangan ke belakang lehernya, lalu tangan satunya lagi di bawah kedua pah4nya, mengangkatnya tanpa aba-aba.

Dia berbalik, membelakangi Noah. Namun sebelum kakinya bergerak lagi, Alex berkata, “Dia sudah menjadi istriku, dan aku tidak suka jika seseorang menyentuh apa yang sudah menjadi milikku.”

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!