Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 15
"sorry ya gue gak bisa nganter" ucap Shafa yang saat ini duduk di dalam mobil Juna
"hmm..Lo hati hati disini. tetep kabarin gue kalau ada apa apa." balas Juna menatap Shafa yang sekarang menunduk menahan tangis. dia usap kepala Shafa dengan lembut, tanda menenangkan. Ya, hari ini tiba juga, Juna harus pergi keluar kota untuk menempuh pendidikannya.
Shafa menengadahkan kepalanya agar air matanya tidak terjatuh. Dengan senyum dan mata berkaca kaca, ia mengangguk.
"gue bakal kehilangan Lo banget. hahhhh gak mau nangis, tapi air mata nya malah keluar" keluh Shafa dengan air mata yang sekarang bercucuran. Juna mendekap erat Shafa dan mengelus punggungnya. Cukup lama mereka berpelukan sampai Shafa merasa lebih tenang dan menghentikan tangisnya.
"gak usah nangis, tambah jelek Lo!!" canda Juna ketika melepaskan pelukannya dan di hadiahi pukulan ringan di bahunya.
"udah dibawa semua barangnya?" ucap Shafa melihat ke belakang jok mobil Juna. Disana terdapat beberapa buku dan ransel.
"hmm udah."
"ibu sama ayah Lo ikut nganter?"
"ibu doang. Ini lagi nunggu gue jemput di mall. Abis arisan dulu sama geng nya" balas Juna dengan tersenyum meneduhkan. Dia tatap Shafa selama beberapa saat, Shafa yang menyadari itu, ikut menatap Juna dan tersenyum. keheningan meliputi keduanya. Juna pasti akan sangat merindukan Shafa.
"ntar malam pulang kerja gimana?" tanya Juna
"pesen ojek online palingan. Tapi besok rencananya bawa motor bapak. Lumayan hemat bensin."
"gak minta antar jemput bapak aja?"
"ibu sama bapak juga sebenarnya ngusulin gitu, cuma kasihan gue sama bapak. Baru sembuh juga, gue gak mau bapak kecapean."
"Lo tenang aja oke,!! Lo harus fokus kuliah, eh fokus sama Nadia juga deng. Baik baik Lo sama dia. jangan ngeghosting anak orang..!!" sambung Shafa
"gak usah cemburu ya Lo kalau gue ntar lebih deket sama Nadia.." ancam Juna dengan mata menyipit
"dih ngapain cemburu! lagian bagus dong kalau Lo tambah deket sama dia. lulus kuliah langsung nikah deh."
"enteng banget mulut Lo!" Juna menjepit bibir Shafa dengan kedua jarinya.
"lepas ih.." Shafa memukul tangan Juna
"kalau gue tambah deket sama Nadia, terus gue gak boleh sering ngehubungin Lo, emang rela?" tanya Juna lagi
"hmm...rela gak rela sih"
Juna masih menunggu kelanjutan ucapan Shafa
"kalau gue jadi Nadia, gue juga mau di prioritasin. Makanya dari sekarang gue udah mulai nyiapin diri, nyiapin hati juga kalau semisal Lo lebih dekat sama dia dibanding sama gue."
"nyiapin hati?"
" he em..pasti ada dimana suatu saat Lo lebih milih dia dari pada gue yang cuma temen Lo ini. Makanya, supaya gak sakit hati banget, harus disiapin nih stok sabarnya dari sekarang"
"yakin banget Lo gue bakal milih dia?" tanya Juna retorik dengan senyum miring
"hati manusia siapa yang tahu Juna!! Sekarang Lo bisa aja mati matian nolak dia, tapi ntar kalau Lo udah sering ketemu, apalagi satu kosan pasti deketan terus dong, siapa tahu tuh hati jadi klepek klepek...hehehe"
"sama sekali gak cemburu?" tanya Juna sekali lagi.
"hmm?? Cemburu ya...pasti ada sih. Biasanya Lo sama gue terus, tapi ntar sama cewek lain. wajar kan ya temen juga bisa cemburu?"
"mungkin" Juna memberikan jawaban mengambang.
"udah jam segini, gue masuk sekarang ya" mobil Juna memang terparkir di depan cafe tempat Shafa bekerja.
"hmm..gue pamit ya." balas Juna merentangkan tangannya di hadapan Shafa. Shafa tersenyum dan masuk ke dalam dekapan erat Juna.
"gue bakal kangen sama Lo,!" bisik Juna
"hmm gue juga. Hati hati di jalannya. Kalau udah nyampe, kabarin gue." balas Shafa melepas pelukan Juna. Ia melambaikan tangannya dan keluar dari mobil Juna menuju cafe. Dengan senyum cerah yang ia tampilkan, Shafa terus melambaikan tangannya hingga mobil tersebut menghilang dari pandangannya, senyum tersebut ikut menghilang juga tergantikan raut wajah sendu.
Faiz melihat itu. Melihat bagaimana kedekatan Shafa dan Juna di dalam mobil tersebut. Melihat bagaimana Shafa tertunduk lesu ketika masuk ke dalam cafe. Walaupun senyum Shafa tampilkan, namun Faiz tahu itu hanya sebua senyum palsu.
"besok jadi kan?" tanya Faiz mendekat ke arah Shafa yang saat ini sedang membantu Irfan di depan meja bartender.
"aku kerja pagi besok?" tanya balik Shafa
"iya, biar yang lain gantiin shift kamu"
"hmm oke. Berangkat jam berapa bos kesananya?"
"pulang kerja langsung aja kesana, sekalian makan malam bareng. Gapapa kan?"
"hmm boleh"
Faiz menelisik raut wajah Shafa yang terlihat lebih murung.
"kamu sakit?"
"hah? Aku sehat kok bos"
"bener?" tanya Faiz masih curiga.
"beneran..!!"
"terus kenapa keliatannya murung terus?"
"hmm? Emang keliatan ya?" cicit Shafa dengan suara kecil
Faiz menganggukan kepala, sedangkan Shafa menampilkan senyum sungkan.
"gue ke atas lagi kalau gitu" Faiz mengerti kalau Shafa belum mau membagi cerita kepadanya.
Keesokan harinya
"Shafa, ada yang mau ketemu di luar" ucap Dea pada Shafa yang saat itu sedang mencuci piring dan gelas di pantry cafe.
"siapa kak?" Shafa menoleh sembari mengelap tangan nya
"temen Lo katanya. Cewek"
"hm?? Aku keluar dulu bentar ya kak"
Sesampainya di area dalam cafe, Shafa mencari orang yang katanya temannya itu. tak lama, ia melihat lambaian tangan dan senyum cerah tertuju padanya
"Maya..." ia menghampiri Maya dengan tersenyum senang, tak lupa mereka berpelukan untuk melepas rindu. Pasalnya, setelah libur kelulusan kemarin, Maya berlibur bersama orang tuanya keluar negeri.
"kangen banget gue.." ucap Maya melepas pelukannya
"sama. Lo kapan pulang? ck,,gak ada kabar sama sekali" gerutu Shafa
"hehe sorry...baru kemaren gue landing. Makanya baru sempet nemuin Lo sekarang." ucap Maya
"gimana kerjaan disini? Betah?" lanjut Maya bertanya
"betah..orang orangnya juga nyenengin. Eh btw gue ke dalam lagi ya. Bentar lagi gue juga pulang. Lo mau pesen makan dulu?"
"boleh..pesenin yang enak aja ya. gue tunggu Lo disini sampe jam kerja Lo selesai"
"oke..gue tinggal dulu ya"
Shafa kembali ke dalam pantry cafe dan mulai kembali bekerja. Sekitar 15 menit lagi jam kerjanya selesai.
Tak lama Faiz menghampirinya..
"bentar lagi selesai?" tanya Faiz
"oh iya bos.." jawab Shafa melihat jam dinding di yang ada disana.
"gue tunggu di luar ya"
"eh bentar bos.." tahan Shafa pada Faiz yang akan melangkah
"di depan ada teman aku..boleh gak sekitar sejam an lagi berangkatnya?" lanjut Shafa
"teman yang biasa antar jemput kamu?" tanya Faiz yang saat ini menengok ke depan cafe guna mencari keberadaan Juna.
"oh bukan..yang ini cewek."
Faiz tampak berpikir dan kemudian menganggukan kepala tanda setuju.
"yaudah gue tunggu di atas. Kalau udah selesai, telpon aja" putus Faiz. Shafa menganggukan kepala dan segera membereskan kerjaan yang tersisa.
"sorry lama" ucap Shafa yang sekarang duduk dihadapan Maya
"gapapa, santai aja." jawab Maya yang sibuk dengan ponselnya, tak lama kemudian dia menengok ke kanan dan kiri
"nyari siapa?" tanya Shafa penasaran
"tamu gue."
Pintu cafe terbuka, menampilkan sosok cowok tinggi dengan kulit Tan nya yang mencolok. Shafa menyipitkan pandangannya melihat cowok tersebut, tak lama mulutnya mencebik dengan tangan dilipat di dada.
"udah nunggu lama? Sorry macet" ucap cowok tersebut yang tak lain adalah David. Dengan cueknya dia duduk di samping Maya dan menatap Shafa dengan senyum jail.
"hai..teman Maya ya? Kenalin David" lanjutnya dengan percaya diri dan menyodorkan tangan nya ke depan Shafa.
"siapa nama Lo?" ucap Shafa dengan juteknya
"David Mahardika."
"ngapain Lo kesini? ganggu banget, pergi sana,!!" Shafa menjawab masih dengan nada jutek yang ia pertahankan
"beneran nih gue di usir? Gak nyesel?"
David merentangkan tangannya di hadapan Shafa, dengan alis yang di naikkan dan senyum tertahan
"sini masuk!" titah nya lagi
Shafa masih cemberut, namun kemudian ia berdiri dan masuk ke dalam dekapan David.
"jahat Lo gak ngabarin kalau mau pulang!" ucap Shafa masih diperlukan David
"hehehe surprise?"
"eheeemm " Maya berdeham mengingatkan mereka agar melepaskan pelukan karena mereka jadi bahan tontonan pengunjung cafe. Tak terkecuali teman kerja Shafa juga Faiz yang tidak sengaja melihatnya ketika dia akan mengambil minuman di pantry cafe. Faiz melihatnya dan menatap datar ke arah meja Shafa dan teman temannya.
"maaf ya kelepasan" ucap David lembut pada Maya yang mengangguk mengerti. Beda dengan Maya, Shafa menatap David juga Maya bergantian dengan pandangan curiga.
"Lo berdua..." tangan Shafa menunjuk keduanya bergantian dengan mata memicing
"jelasin,!!" lanjutnya
"Maya cewek gue sekarang" David menggenggam tangan Maya dan menatapnya lembut. Shafa menutup mulut dengan tangannya, dan melotot tak percaya.
"pantes sekarang jarang ngehubungin gue. Ternyata udah jadi budak cintanya si Maya." sambung Shafa menatap malas keduanya yang sedang asyik menebar senyum satu sama lain.
"mau nyebrang Lo? Di gandeng Mulu tuh tangan" lanjut Shafa yang sekarang tambah cemberut karena ucapannya tidak di gubris oleh dua sejoli yang sedang di mabuk asmara tersebut.
"gue ngehargain cewek gue ya, jadi jangan menggoda gue lagi. Paham,!!" tunjuk David pada mulut Shafa yang masih cemberut.
"najis!!"
"hehe sorry ya gue gak bilang sama Lo kalau lagi deket sama David, soalnya David yang minta gitu. Gue cuma nurut aja." ucap Maya
"gak penting juga ngasih tau dia beb, gak guna dia mah" lanjut David masih menggoda Shafa dengan ejekannya
"anjir David, mulut Lo ya!!"
"hahaha, iya iya sorry. Baru baru ini juga jadiannya, iya kan sayang? Jadi belum sempet cerita sama Lo. Lagian juga Lo sibuk kerja, jarang ada waktu. si Juna juga sibuk ngurusin kuliahnya, gak enak gue ganggu waktu Lo berdua" David menjelaskan
"iya deh iya, tapi btw congrats ya May, akhirnya gak memendam perasaan sendirian lagi. Berbalas juga cinta Lo sama makhluk astral satu ini."
"jangan diceritain ih, malu gue" balas Maya tersenyum malu mendengar penuturan Shafa tentang perasaannya pada David yang telah lama ia pendam
"tambah imut deh kamu kalau malu malu gitu" David mencolek hidung Maya dengan pipinya yang bersemu merah. Shafa yang melihatnya dan mendengar temannya menggombal Maya, langsung berpura pura akan muntah.
"geli ih David liat nya.." Shafa masih berpura pura jijik menatap pasangan itu
"makanya cari pacar supaya kegelian di goda cowoknya bukan geli ngeliat yang berbunga bunga" David tak mau kalah
"udah, udah, kasian Shafa." Maya menengahi
"eh iya, Juna udah pindahannya?" lanjut Maya lagi
"kemarin..telat Lo berdua datangnya"
"lusa udah mulai kuliah sih ya?" ucap David.
"he em. Lo gimana may? Jadi kuliah di tempat yang kemarin di pengen?" tanya Shafa
"gue rehat dulu, di ajak bokap buat keliling dulu. Kayanya tahun depan mulai daftar. Moga aja Lo juga bisa ikut daftar barengan sama gue"
"moga aja. Makanya gue sekarang sibuk kerja buat ngumpulin uang. Gak kaya saran cowok Lo nih, nyuruh nyuruh nyari pacar!!" Shafa menunjuk David lagi dengan sedotan minumannya.
"ya kan cuma ngasih saran doang gue mah, sewot mulu Lo!"
"Lo gimana Dav? lanjut disini apa balik lagi?"
"balik lagi gue abis dari tunangannya calon kakak ipar" David menatap Maya yang tambah bersemu merah karena godaannya
"gak nyangka gue, si David bisa se cringe gini kalau lagi bucin" keluh Shafa menghembuskan nafas pelan, namun senyum terukir melihat teman temannya bisa bahagia.
"abis dari acara tunangannya kakak Maya, kita ke tempatnya Juna yuk. Mumpung gue masih ada waktu" ajak David
"aku sih ikut aja. Lo gimana Shaf? libur Lo kapan? Kita sesuaikan aja sama jadwal kerjanya Shafa."
"gak tau deh gue" jawab Shafa ragu
"kenapa gak tau? Gak kangen Lo sama Juna?" tanya David
"bukan gitu, gue gak enak aja sama calonnya dia." jawab shafa terdengar lesu
"calon?" Maya terkejut mendengar ucapan Shafa?
"si Juna udah punya calon istri? Bukannya pindah itu buat kuliah ya? Apa mau ngelamar anak orang?" tanya David yang juga sama terkejutnya.
"si Juna gak cerita?"
"gak ada ngomong apa apa dia sama gue"
"baru calon yang mau dijodohin sih. Katanya kalau cocok bisa aja lanjut ke tahap serius."
"dan Lo,,cemburu? Makanya gak mau ketemu dia?" tanya Maya serius
"nggak lah,!! gue cuma gak enak aja sama ceweknya. Kemaren sempet kenalan waktu gue nganter Juna survei kosannya. dan kayanya ceweknya yang keliatan cemburu dan curiga terus sama gue."
"ya pantes sih di curigain, kemana mana berdua terus" lanjut David
"ya kan dia teman gue David, kalau Lo juga ada disini, gue bakal bareng sama Lo. Eh tapi sekarang gak bisa deng, udah ada pawangnya..hehe"
"iya deh iya temen.." David meragukan hubungan keduanya. Kadang dia merasa gemas dengan Shafa, kenapa temannya itu sepolos itu atau bisa dibilang oon ya??
"Lo gak apa apa Juna dijodohin gitu?" tanya Maya yang masih penasaran.
"ya gak apa apa lah, cuma agak kasian aja sama ceweknya, di cuekin Mulu sama si Juna. Padahal itu cewek cantik, kayanya pinter juga terus katanya keluarga nya juga udah deket. si Juna nya malah planga plongo aja depan tu cewek. Gemes gue jadinya."
David dan Maya hanya bisa menghembuskan nafas pelan dan menatap satu sama lain. Mereka punya pemikiran yang sama. Shafa benar benar "oon"!!
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya