Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 26
Mengetahui dirinya hamil, tak membuat Fayola berdiam diri. Fayola justru melakukan kegiatan agar dirinya tidak menganggur, tidak memiliki kesibukan apapun justru membuat Fayola mengingat kenangannya bersama Calvin. Fayola benar tidak bisa melupakan waktu kebersamaan mereka dulu, yang kini hanya tinggal kenangan dan rasa rindu yang membuatnya tak bisa melakukan apapun kecuali menangis di setiap malam.
Fayola tetap bekerja karena memang pekerjanya tidak terlalu berat, bahkan baginya cukup ringan hanya sekedar menulis dan mengecek.
Fayola sendiri terkadang merasa heran dengan keadaanya yang baik-baik saja. jika tuan Hansel adalah pria kejam. Lalu kenapa dirinya tidak di bunuh saja agar tak bisa bersama Calvin lagi.
"Angeline!"
Fayola yang sedang duduk sambil melihat angka pada timbangan menoleh. Fayola melihat Elin yang berjalan cepat menuju tempatnya.
"Ada apa bibik?" Tanya Fayola yang langsung berdiri.
"Kau seperti dikejar setan Elin," Timpal Toby sambil terkekeh.
Elin hanya mendelik kearah Toby, wanita itu mendekati Fayola.
"Pekerjaan mu masih banyak tidak?" Tanya Elin.
"Em, ya banyak. Memangnya kenapa?" tanya Fayola lagi.
Elin meraih lengan Fayola dan mengajak Fayola sedikit menjauh dari Toby dan yang lainya.
"Ini aku bawa makanan untuk kamu, tapi jangan dimakan bersama mereka," Mata Elin mengarah pada Toby yang menatap kearahnya.
Fayola hanya terkekeh sambil geleng kepala, "Aku pikir ada apa bibi, taunya cuma mau kasih makan." Fayola menerima makanan yang Elin beri.
Padahal tadi mereka tak sempat memasak dirumah, dan memilih untuk membeli saja. Tapi ini kok Elin datang memberinya makan.
"Aku tadi memasak, setelah dipikir-pikir kamu membutuhkan banyak asupan gizi, membeli makanan belum tentu itu baik untuk kesehatan bayimu," kata Elin sambil melirik kearah perut rata Fayola.
Mendengar itu Fayola jadi terharu, kalau begini sih dirinya bukan seperti seorang tawanan.
"Terima kasih bibik," ucap Fayola dengan tulus.
Elin yang melihat ketulusan di mata Fayola tersenyum, wanita itu mengusap lengan Fayola.
Mungkin karena keadaanya yang tidak bisa memiliki anak hingga di tinggalkan suaminya membuat hati Elin terenyuh, apalagi Elin melihat kebaikan dan ketulusan di hati gadis didepanya ini.
Elin seorang janda yang tak memiliki anak, wanita itu menikah selama lima tahun dan belum di karuniai seorang anak, sedangkan kelurga suaminya menuntut Elin yang tidak hamil-hamil, hingga suatu hari Elin mendapati suaminya bersama wanita lain bahkan mereka sudah menikah dengan diketahui orang tua suaminya sendiri. Elin yang jelas sakit hati tentu tidak terima, wanita itu memilih pisah dan pergi menjauh dari kelurga suaminya itu. Hingga dirinya berada di sini.
Bugh
"Apa kau tidak lihat hah!"
Kedua wanita itu menoleh ke sumber suara dimana Veloz sedang mengajar salah satu pekerja.
"Ada apa itu," Elin dan Fayola pun mendekat mereka cukup kaget melihat Veloz yang memukuli pekerja.
"Ampun, saya tidak akan mengulangi!"
Bugh
"Veloz!" Elin berteriak sambil menarik tangan pria itu yang akan kembali menghajar, "Hentikan!"
"Apa yang kau lakukan, dia bisa mati," Elin menatap pria yang sudah babak belur itu, memang masih muda tapi jelas kekuatannya kalah dengan Veloz.
"Cih, dia pria cabul yang suka megambil gambar wanita diam-diam." Veloz menatap pria itu dengan tajam.
Lalu tatapan matanya mengarah pada Fayola yang berdiri tak jauh darinya.
Fayola yang ditatap hanya bisa menunduk, tidak tahu apa yang terjadi, kenapa Veloz menatapnya seperti itu.
Saat datang tadi Veloz memang tidak membawa mobilnya karena memang sebentar lagi jam istirahat para pekerja, Veloz datang tanpa diketahui hingga dirinya melihat seorang pemuda yang duduk sendiri sambil memainkan ponsel, Veloz mendekat dan berdiri dibelakang pria itu hingga tatapan matanya membeliak saat tahu apa yang dilihat pemuda itu.
Banyak foto dan video yang tersimpan, macam-macam wanita. Dan yang membuat Veloz meradang adalah vidio Fayola yang sedang membungkukkan tubuhnya, posisi membelakangi dan menggunakan rok membuat kaki jenjang mulus Fayola terlihat, meskipun tidak sampai terlihat lebih bagian lainya, tapi tetap saja Veloz tidak suka dengan apa yang permuda itu lakukan.
"Siall!" Veloz mengumpat, pria itu mendekati pemuda yang masih terduduk ditanah, Veloz megambil ponsel pemuda dengan paksa.
"Berikan!"
"J-jangan-"
Brak!!
Ponsel itupun hancur di tanah, membuat pemiliknya menatap nanar.
"Jika kau ulangi, aku pastikan akan memotong tangan mu!" Desis Veloz dengan tatapan tajam.
Elin dan Fayola saling menatap melihat punggung Veloz pergi.
"Dia kenapa? Apa yang dilakukan pemuda itu?" tanya Elin pada Toby yang berdiri disisi Fayola.
Toby hanya mengangkat bahunya acuh, pria itu juga tidak tahu apa masalahnya.
*
*
Disebuah pup besar milik Hansel, pria itu duduk ditemani dengan botol minuman terbaik di sana. Tidak ada musik ataupun orang yang berjoget, disini lebih nyaman dan tenang dari pada bar yang terlalu berisik, karena Hansel tak menyukai suasana bising seperti itu.
Hansel yang susah 57 tahun itu duduk seorang diri, ingatanya berputar pada kejadian lama dimana dirinya melihat sosok wanita yang dia cintai ternyata tak lebih seorang jala-ng. Itulah yang Hansel lihat karena saat itu Hansel melihat istrinya yang sedang duduk di atas tubuh pria lain dengan pakaian yang sudah lengkap, dan saat itu juga Hansel pertama kali melenyapkan seseorang.
"Carmel," Gumam Hansel dengan suara yang terdengar berat.
Berapa banyak isi botol yang dia minum, sehingga matanya melihat bayangan Carmel yang berjalan mendekatinya.
"Carmel," Desis Hansel ambil menegakkan duduknya, tatapan matanya memerah bayangan wanita itu pun terkadang menjadi banyak bukan hanya satu Carmel tapi ada tiga.
"Kau masih mengingatku, Hans," bisik seorang wanita yang sudah duduk di atas pangkuan Hansel.
Meskipun setengah rambutnya sudah memutih, namun ketegasan di wajah pria itu tak memudar, Hansel tampan dan masih gagah diusianya yang sudah kepala lima.
Shh
Hansel mendesis kala tangan halus itu mengusap rahangnya yang berbulu, Hansel menatap wajah wanita yang terkadang berubah-ubah itu.
"Carmel,"
"Yes, honey."
Hansel terseyum tipis, tubuhnya yang masih terlihat kekar langsung berdiri mengendong wanita itu.
"Um, kau rindu padaku," Bisik wanita itu lagi dengan suara sensual.
"No, aku benci padamu!"
Hansel berjalan sedikit kesulitan, meskipun begitu wanita dalam gendongannya tidak takut akan jatuh.
Carmel melingkarkan tangannya di leher Hansel, menaikkan wajahnya sedikit untuk mengecup rahang pria itu.
"Kau merindukanku honey, kau tidak bisa melupakan aku."
Bruk
Tubuh Carmel terhempas di atas rajang, Hansel menatap tajam dengan kesadaran yang hilang, hanya tersisa sedikit untuk mengetahui jika dirinya sedang melihat wanita yang sangat dia benci itu.
"Aku membencimu wanita licik, aku membencimu sampai kau mati ditangan ku," napas Hansel mulai memburu, tatapan matanya kian menajam dengan kilatan marah kecewa dan sedih menjadi satu.
"Akhh...kau tak bisa membenciku honey, kau masih mencintaiku," ucap Carmel dengan suara tertahan saat lehernya di cekik begitu kuat.
"Bulshit, jika aku mencintaimu. Maka aku tidak akan membunuhmu!"
Hansel semakin kuat mencekram leher Carmel, bayangan beberapa tahun silam kembali berputar saat dirinya melenyapkan wanita itu dengan tangannya sendiri.
Bruk
Wanita yang seperti Carmel dimata Hansel itu langsung bergulir dan membuat tubuh Hansel jatuh terlentang, wanita itu langsung duduk di atas tubuh Hansel dengan kedua tangan menarik kerah kemeja Hansel.
"Buktikan jika kau sudah tidak mencintaiku," Desis wanita itu sambil menundukkan wajahnya dan meraih bibir tebal beraroma anggur.
Umm