NovelToon NovelToon
Simpul Yang Terurai

Simpul Yang Terurai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Persahabatan / Pihak Ketiga
Popularitas:763
Nilai: 5
Nama Author: Simun Elthaf

Haisya, gadis cerdas berhati teguh, meraih beasiswa ke Negeri Fir'aun, namun hatinya telah terpaut cinta pertama dari pesantren. Di Inggris, ia bertemu seseorang yang awalnya membencinya karena perbedaan, namun berubah menjadi cinta mendalam. Kembali ke tanah air, Haisya dijodohkan. Betapa terkejutnya ia, lelaki itu adalah sosok yang diam-diam dicintainya. Kini, masa lalu kembali menghantuinya, menguji keteguhan hati dan imannya. Ikuti perjalanan Haisya menyingkap simpul-simpul takdir, dalam kisah tentang cinta, pengorbanan, dan kekuatan iman yang akan memikat hatimu hingga akhir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simun Elthaf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Laporan Palsu

Tok tok tok! "Assalamualaikum…!" Seorang anak perempuan berdiri di depan pintu kamar ustazah, menyembunyikan kamera di balik khimar-nya.

"Waalaikumsalam… man?" sahut suara dari dalam.

"Anna Nur, Zah."

"Udhuli!" Ustazah mempersilakan. Nur pun masuk ke dalam kamar.

"Afwan ya, Ustazah, saya ingin melaporkan sesuatu."

"Silakan!" Ustazah mempersilakan Nur duduk.

"Ini, Zah, Via berhasil mengambil gambar ini dan menangkap basah Haisya dengan seorang laki-laki," lapor Nur.

"Apa! Haisya? Saya tidak salah dengar?" Ustazah Zulfah memastikan, terkejut.

"Iya… masa sih Haisya seperti itu, kayaknya tidak mungkin," Ustazah Aisyah menambahkan, ikut tak percaya.

"Ini, Zah, ada buktinya." Nur menyerahkan sebuah kamera.

Para ustazah pun melihatnya secara bergantian. Dalam hati, mereka tidak percaya dengan apa yang dilaporkan Nur. Akan tetapi, foto itu telah membuktikan bahwa perkataan Nur adalah suatu kebenaran. Mau tidak mau, keadilan harus ditegakkan. Mau tidak mau, mereka harus menghukum Haisya atas kesalahan yang dia perbuat.

***

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

***

"Ukhti, ini, ya… punyaku nomor 3."

"Aku dulu dong, Ukhti… kan aku yang minta ajarin pertama."

"Sudah… kalian nggak usah berebut. Biar adil, Ukhti Haisya ngajarin aku dulu aja, daripada kalian ribut mulu, wleee!"

"Enak aja, nggak boleh!"

"Iya, apaan, tuh, datang-datang kok gitu… huuuu…"

Laila, Nabila, dan Vika sedang belajar di qo’ah wustho. Masing-masing dari mereka kesulitan mengerjakan PR, sehingga mereka meminta bantuan kepada Haisya. Namun, Haisya bingung karena mereka semua ingin dibantu mengerjakan PR pertama kali. Mereka juga membawa mata pelajaran yang berbeda-beda, sehingga tidak mungkin Haisya mengajari mereka sekaligus dalam satu waktu, kecuali secara bergantian.

Seorang anak menghampiri Haisya dan menyampaikan pesan dari ketua ustazah, bahwa Haisya diperintahkan untuk menghadap beliau di kantornya sekarang juga.

Haisya terburu-buru memasuki ruangan ustazah. Betapa terkejutnya ia ketika melihat semua dewan pembina beserta pengurus berada di tempat itu. "Ah, mau rapat apa? Tapi kok di sini?" pikir Haisya.

Haisya dipersilakan masuk dan duduk di tengah-tengah mereka. Semua diam, hening tanpa suara. Tiba-tiba Ustadzah Zulfah membuka pembicaraan.

"Saya kecewa sama kamu, Haisya!" ucap Ustadzah Zulfah yang membuat Haisya bingung.

"Apa yang terjadi, Zah? Sebenarnya ada apa, Zah? Saya benar-benar tidak mengerti."

"Kamu telah melakukan kesalahan yang sangat besar!"

"Kesalahan? Kesalahan apa, Zah? Saya tidak merasa melakukan kesalahan."

"Ini!" Ustazah Dewi menunjukkan beberapa lembar foto.

"Kami kecewa, Sha! Setahu kami, kamu adalah anak yang jujur dan sangat mematuhi peraturan."

"Ternyata dibalik kepolosanmu itu…." Ustazah Zulfah menggantung ucapannya, lalu menangis dan pergi keluar meninggalkan ruangan itu.

Ustazah Aisyah, yang notabenenya adalah Pembina yang mengurusi segala keperluan Haisya, hanya bisa diam tanpa berkomentar apa-apa. Ia percaya jika Haisya tidak melakukan itu, dan jika ia tidak bersalah pasti Haisya dapat membela dirinya sendiri.

Haisya telah menjelaskan yang sebenarnya terjadi, bahkan perdebatan kecil antara pengurus, pembina, dan juga Haisya sebagai tersangka pun telah terjadi. Namun, tetap saja Haisya dihukum karena bukti yang ada benar-benar kuat, beserta kesaksian dari teman-teman kepengurusan Haisya yang menambah gugatan ini semakin kuat lagi. Sementara Haisya sama sekali tidak bisa menunjukkan bukti yang menunjukkan dirinya tidak bersalah. Bahkan teman dekatnya sendiri kini justru memihak mereka dan menyalahkan Haisya.

Kini ia mengerti bahwa ini adalah salah satu akal-akalan buruk dari teman-temannya. Ini adalah bagian dari rencana mereka. Hatinya benar-benar hancur. Tak menyangka dirinya akan dikhianati oleh teman yang benar-benar ia percaya. Kini ia merasa sendirian dan benar-benar sendiri.

***

Jam menunjukkan pukul 07.15. Seluruh santri diperkenankan keluar asrama usai sarapan pagi.

Anak-anak berhamburan ke sana kemari. Sebagian menenteng tas dan sebagian lain memakai jilbab yang belum rapih bahkan ada yang belum memakai jarum dengan benar. Sebagian lain ada yang berlarian membawa handuk dan tempat sabun. Beginilah suasana dan keadaan di dalam asrama putri di pagi hari.

***

مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ

***

Berbeda dengan Haisya yang masih berantakan. Ia bahkan masih memegang celemek dan lap kotor bernoda minyak. Haisya mencuci semua gerabah dan peralatan dapur dengan sabar dan ikhlas. Wajan yang ia cuci bukanlah wajan ukuran standar seperti yang ada di rumah-rumah pada umumnya, melainkan wajan berukuran jumbo. Peluh mengalir di pelipisnya. Usai sudah pekerjaan dapurnya, kini ia harus menyapu halaman dan membersihkan masjid. Tubuhnya kini telah basah dibanjiri keringat yang terus mengalir.

Kriiiiiing! Semua murid berlari menuju kelas. Sedangkan Haisya berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Di kelas

"Anuitas adalah sejumlah pembayaran pinjaman dengan besar yang sama, dibayarkan setiap jangka waktu tertentu, serta terdiri atas bagian bunga dan bagian angsuran."

"Coba Nur, bagaimana rumus Anuitas?" tanya guru.

"Anuitas \= angsuran + bunga, Bu," jawab Nur.

"Coba ada yang bisa menuliskan permisalannya di papan tulis?"

"Saya, Bu."

"Ya, Syifa, silakan!"

Syifa menuliskan: A\=an​+bn​.

"Ya, bagus. Sekarang kalian lihat halaman 57 dan kerjakan soal nomor 1 sampai 10!"

Tok tok tok! "Assalamualaikum… Afwan, Bu, saya terlambat," ucap Haisya dengan napas yang tersengal-sengal, segera meminta maaf dan meminta izin agar diperbolehkan masuk dan mengikuti pelajaran.

"Waalaikumsalam, Haisya! Dari mana saja kamu? Mengapa jam segini baru datang? Dan apa ini, kenapa kamu memakai jilbab berwarna-warni seperti ini?"

"Bu Guru… Haisya sedang dihukum, Bu. Dia terlambat juga karena hukumannya juga," salah satu siswi mengangkat tangannya dan menjelaskan apa yang terjadi.

"Hmmmm, ya sudah, silahkan duduk dan buka buku halaman 57 dan kerjakan soal 1 sampai 10."

15 menit telah berlalu, namun belum ada satupun siswa/siswi yang mengumpulkan jawabannya. Guru pun mulai memainkan gawainya. 5 menit kemudian, Nur mengumpulkan buku tugasnya ke meja guru. Namun, semua jawaban yang Nur kerjakan salah.

"Ridwan, kamu sudah selesai?"

"Belum, Bu."

Haisya berjalan ke depan dan menyerahkan bukunya untuk diperiksa oleh guru.

"Haisya! Tolong tuliskan jawaban nomor 1 beserta soalnya sekalian!"

Soal: Tika meminjam uang dari koperasi simpan pinjam sebesar Rp2.000.000. Bulan berikutnya Tika harus membayar Rp2.040.000. Besar suku bunga yang ditetapkan koperasi tersebut adalah….

Pembahasan:

Bunga \= Rp.2,040.000 - Rp.2.000.000 : Rp 40.000

Suku bunga \= bunga……..,mlbhhblh;hlnnkb

"Haisya, bukannya tadi kamu telat, kok kamu bisa mengerjakan soal dengan benar?" Zaki terang-terangan mengatakan apa yang ia pikirkan dan membuat murid lain memandangnya.

"Kan di buku ada materinya, Zak, jadi aku baca materi baru ngerjain soal," jawab Haisya.

***

24.00 WIB. Angin berembus dingin, sunyi, dan tenang. Hanya ada suara napas seseorang yang terdengar lirih. Derasnya hujan menambah kesan horor malam itu. Semua santri telah terlelap kecuali seorang gadis yang tengah memunguti sampah di halaman. Gadis itu terus membersihkan tempat itu hingga sebersih mungkin. Sesekali ia melirik wristwatch di tangannya.

Dari kejauhan beberapa pengurus putra memperhatikan gadis itu. Mereka merasa iba, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka kembali berjalan untuk melanjutkan ronda keliling pondok.

~ The breeze sings of sadness The twigs of trees sing sadly The lake ripple somberly Grieving over my bad luck ~

Angin semilir menyanyikan duka Ranting-ranting pohon berlagu sendu Riak air danau bersenandung haru Meratapi nasib buruk yang menimpaku

Gadis itu bernyanyi dalam keheningan malam. Suaranya begitu indah dan lembut. Sayang sekali tak ada orang yang dapat mendengarnya. Lagu itu Haisya nyanyikan bukan karena meratapi nasib buruknya, namun ia nyanyikan untuk mengobati kesepian dan menghilangkan rasa takut.

Dua bulan lamanya Haisya menjalani hukuman itu. Kini ia sudah benar-benar nyaman dengan aktivitas barunya. Ia menjalani hari-hari dengan senyum dan tanpa keluh kesah. Ia benar-benar ikhlas untuk semua itu. Ia yakin dibalik itu semua pasti ada hikmah yang dapat ia ambil.

Ia menerima hukuman bukan berarti ia menyerah dan mengakui kesalahan itu. Namun, ia menerima hukuman itu semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Biarpun ia tak melakukan kesalahan itu, namun ia yakin Allah pasti akan memberikan sesuatu yang lebih di balik itu semua.

***

Tak terasa kini semuanya telah berakhir. Haisya dapat kembali melakukan aktivitasnya seperti sebelumnya. Kini ia terlihat lebih fresh dengan hijab peach dan pakaian dengan warna senada. Tak ada lagi sekolah dengan memakai hijab warna-warni. Tak ada lagi kata terlambat masuk kelas ataupun tidur larut malam karena hukuman.

Kini Haisya adalah santriwati biasa. Bukan pengurus, bukan pula santri ndalem. Kini Haisya dapat belajar, beraktivitas, dan memiliki kesibukan yang normal. Haisya tampak bahagia dengan semua itu. Hari-harinya selalu diisi dengan canda tawa, tak ada air mata ataupun wajah murung. Kini Haisya dapat fokus belajar tanpa dibebani dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengurus.

There’s no more depression and worry There’s only happiness in my life The sky is bright, the sun is with me Lalala… lilili… Lalala… lilili… Alhamdulillahirabbil ‘alamin.

1
Jaku jj
Baper abis!
Simun Elthaf: nanti di akhir" part akan banyak yg bikin salting lagi kak😊
total 1 replies
Fiqri Skuy Skuy
Jelas banget ceritanya!
Simun Elthaf: Terimakasih sudah mampir kak, saya baru belajar menukis☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!