Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepasang Mata
"Adi anakku," batin perempuan yang berdiri di belakang undangan, dan berjarak sekitar lima meter dari tempat Adi berdiri menghadap calon mertuanya.
Dada Suryani berdetak kencang. Tubuhnya menahan suatu keinginan untuk berlari memeluk anaknya. Tapi itu tak mungkin dilakukannya. Maka hanya tubuhnya yang tegang. Kedua tangannya dingin . Air matanya mulai mengembang menyaksikan sang anak sudah duduk di kursi yang telah disediakan untuk Ijab Kabul.
Duduk berdampingan dengan Dila yang cantik, di hadapan Sugandi papanya Dila, dan siap untuk melakukan acara Ijab.
Adi tampak tegang. Menghela napas, wajahnya resah dan jelas sekali tidak tenang.
Suryani yang tak melepas tatapannya sedetik pun pada Adi dapat merasakan jika anaknya gelisah.
Ayo Nak yang tenang ini hari bahagiamu. Jangan gugup dan gelisah, ibumu ada di sini mendoakanmu dengan segenap jiwa Ibu.
Tiba-tiba Adi menoleh ke belakang. Serasa ada yang menarik supaya menoleh.
Oh, gugup Suryani saat tiba-tiba melihat Adi menoleh kearahnya.
Segera dia berlindung di balik seorang undangan yang ingin turut menyaksikan jalannya ijab kabul
Beberapa detik Adi melayangkan pandangannya ke belakang. Lalu kembali menatap fokus ke depan.
Tiba tiba Adi berbicara pada Pejabat dari KUA yang akan memimpin pernikahannya.
"Mohon maaf, Pak, ada yang akan saya sampaikan sebelum saya mengucapkan ikrar Ijab,"
"Silahkan," ujar si pejabat.
Adi lalu berdiri wajahnya tiba-tiba berkalang kabut "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu ..."
"Wa'alaikum salam Warahmatullahi Wabarakatu ..." Sambut para undangan serempak, termasuk Suryani membalas salam anaknya.
Dila menatap suaminya yang suaranya bergetar serta kedua matanya menyimpan kabut.
"Mohon maaf jika saya ingin mengucapkan sepatah kata untuk Ibu saya yang saat ini tidak ada di sini tidak ikut menikmati hari bahagia saya ... " Suara Adi bergetar raut mukanya memerah karena perasaannya sedang dalam kesedihan. "Pada hari ini saya Adi Setia Alam meminta restu pada Ibu saya yang entah dimana keberadaannya. Saya memohon pada Allah kiranya beliau diberi kesehatan dan suatu hari nanti bisa saya jumpai. Ibu saya sangat rindu pada Ibu ..." Air mata Adi berlinang.
Dila mengulurkan tissue pada calon suaminya.
Suryani tercekat menatap Adi dari balik punggung undangan. Jangan ditanya bagaimana perasaannya. Dadanya bergetar hebat. Dan air matanya tak bisa lagi ditahan tergulir begitu saja.
Segera Suryani menghapus dengan ujung hijabnya.
"Adi anakku semoga, Nak, semoga semua dalam lindungan Allah dan kita dipertemukan nanti. Aamiin ...Aamiin ..."
Sesaat suasana yang tadi terlihat penuh suka cita, berubah menjadi linangan air mata. beberapa undangan yang merasakan kehilangan serta kerinduan hati sang calon mempelai pria.
"Ya kita turut mendoakan semoga Bapak Adi kelak bertemu kembali dengan ibu tercinta," ujar MC yang wajah cantiknya juga terlihat sedih.
Setelah meredahkan perasaan hatinya, maka Adi dengan suara lantang tergetar melaksanakan Ijab Kabul.
"Adi semoga bahagia, Nak, maafkan Ibu tak berani melepaskan rindumu, demi keselamatanmu anakku ..." Air mata Suryani mengaliri tak mau berhenti memandang Adinya. Menahan perasaan hati yang ingin merangkul dan melepas rindu pada anaknya. Memberikan perasaan tenang pada Adinya, bahwa sang ibu sehat adanya.
Setelah menyaksikan Ijab Kabul anaknya, Suryani menyibukkan diri dengan melayani para tamu menikmati hidangan yang ada.Ia bukannya tak ingin menyaksikan sungkem Adi pada kedua mertuanya. Tapi dirinya tak mungkin diperbolehkan mendekat pada acara sakral keluarga. Tempatnya berada diantara para asisten yang ditugaskan untuk mengawal hidangan yang tersedia untuk tamu.
Maka perempuan yang harusnya berada diantara keluarga inti karena ibu dari mempelai lelaki itu, menjauh dari suasana penuh haru dan air mata. Tugas telah menantinya.
Baginya yang penting Adi bahagia. Kini menjadi seorang suami dan seorang menantu yang harus menjalankan baktinya pada kedua mertuanya.
Tak muluk-muluk untuk dirinya. Yang penting Adinya bahagia dan aman serta selamat dalam kehidupannya.
Itu saja yang diinginkannya dalam setiap doanya.
Memandang sekali lagi pada Adi yang berjalan beriringan dengan Dila menuju ke tempat tuan dan Nyonya Sugandi yang duduk menunggu.
Tersenyum dibalik maskernya, Suryani kemudian menyusul teman teman sesama asisten rumah tangga yang punya hajat ke ruangan yang penuh hidangan.
Sedangkan Adi masih sedih karena memikirkan ibunya. Namun ia harus berusaha terlihat bahagia berada diantara mertua dan kakak iparnya.
Adi dan Dila melakukan sungkem pada Sugandi dan istrinya.
"Adi" panggil Sugandi saat Adi dan Dila berlutut di hadapannya.
"Ya Pa," sahut Adi
"Kamu sudah menjadi seorang suami. Sayangi istrimu,"
"Ya, Pa,"
"Kamu sudah menjadi keluarga Sugandi, menantu mudaku, titip anakku sayangi dia, dan janganlah bertindak egois sebagai seorang suami. Menghargai istri dan mencintai sampai akhir khayat," nasehat Sugandi pada menantunya
"Ya, Pa, saya berjanji untuk menjaga rumah tangga ini selalu berada pada kebahagiaan hingga saya tua saya tetap mencintai putri Papa, menyayangi istri saya,"
"Pegang janjimu,"
"Ya, pa,"
"Dila," sekarang Nyonya Sugandi yang menasehati putri bungsunya.
"Ya, Ma," sahut Dila.
"Sebagai seorang istri kamu tak boleh semauku. Nurut pada suamimu. Lihat dan contoh pengabdian Mama pada Papa. Pengabdian istri pada suami bukan karena istri itu budak suami bukan. Tapi suami adalah pimpinan di dalam rumah tangga yang harus dihormati istrinya."
"Ya, Ma," angguk Dila.
"Berkasih sayang dan saling mencintai itu suami istri. Ikatlah rumah tanggamu jangan sampai lepas. Bawa cinta kalian sampai ke akhir kehidupan. Saling menghargai kuncinya," panjang lebar Nyonya Sugandi membekali Dila untuk menjadi istri yang mencintai dan menghormati suaminya sepanjang hidupnya.
"Wah udah jadi istri nih sekarang, nanti jadi Mama, deh," goda Nila memeluk dan memberi ucapan selamat pada adik tersayangnya.
"Mbak Nila...' Dila memeluk kakaknya.
"Selamat adikku bahagiakan rumah tanggamu, ya,'
"Ya, Mbak,"
"Adi kasih aku keponakan secepatnya" lanjut Nila merangkul Adi.
Adi tersipu saat digoda kakak iparnya.
"Hai Bro, selamat bergabung jadi menantunya Papa Sugandi. Kita adalah menantu harus kompak, oke?' Yanuar memeluk Adi.
"Ya, Mas" Adi balas merangkul Yanuar.
"Okelah selamat dan selamat untuk kalian berdua," dan Yanuar memeluk Dila.
"Ya Allah terima kasih Tuan muda Yanuar tak mengenali hamba," lega Adi menarik napas.
Setelah Adi hanya duduk berdua Dila. Raut wajahnya tak lagi segembira tadi. Bayangan ibunya berkelebat di pelupuk matanya.
Peristiwa berdarah itu.
Saat ibunya meminta dirinya pergi dulu.
Dan perpisahan panjang yang membuatnya tak bisa hidup tenang.
Firman, Rivai serta Gani dan Idam tak ketinggalan Feri kompak mereka siaga saat Yanuar memeluk Adi, khawatir lelaki itu menyadari jika iparnya adalah Adi kecil dulu yang terlibat pada peristiwa berdarah yang menewaskan ayahnya.
Namun semua berjalan dan Firman Cs menjadi lega. Karena tak sedetik pun mereka lengah dari pengawalannya pada keselamatannya Adi berada di dekat Yanuar.
"Sayang yang sabar, ya, aku juga sangat prihatin karena Ibu mertuaku tak di sini"
"Terima kasih ya, Dik, maafkan jika di hari bahagia ini perasaanku resah dan gelisah ."Adi menatap Dila minta pengertian gadis yang telah resmi jadi istrinya itu.
Dila tersenyum, "Sedihmu ya sedihku juga, Mas,"
"Terima kasih ya sayang atas perhatianmu pada Ibuku," lengan Adi merangkul istrinya.
*
Hingga tiba acara resepsi malam hari.
Adi dan Dila menerima ucapan para tamu yang datang. Dila tampak cantik dalam balutan Busana pengantin warna senada kuning keemasan. Sedangkan Adi mengenakan setelan Jas warna senada dengan apa yang dipakai istrinya.
Adi berharap diantara undangan muncul sosok ibunya dan memeluknya serta .memberi Restu Pernikahannya.
"Ibu dimana kau Ibu ..." Batinnya tak henti henti bertanya, dan matanya berusaha menemukan sosok yang sangat dirindukannya diantara para undangan.
Suryani yang terkesima memandang Adinya. "Adi kamu gagah dan tampan anakku ..."
Suryani yang fokus pada Adi di pelaminan tak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya sejak tadi.