NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Aroma nasi goreng memenuhi dapur rumah keluarga wijaya. Semenjak febri tinggal disana jadi bagian dari keluarga, seolah dapur itu menjadi hak miliknya. Febri berdiri dengan tekun didepan kompor yang masih menyala. Ada satu wajan nasi goreng kampung yang baru saja berhasil ia buat. Sarapan sederhana untuk mertua juga suami. Belum dimasak dengan cinta tapi febri sudah tau kewajibannya dirumah besar ini sejak hari pertama menginjakkan kaki.

"Tehnya diseduh nanti kan ya non?"

Febri menoleh kesamping, dimana bibi berdiri dengan teko teh ditangan.

"Iya bi, biar tetap panas pas mau diminum."

Bibi mengangguk dengan senyum dibibir keriputnya.

"Ada mau nambah masakan lain ga non?"

Febri menggeleng.

"Nasi goreng telur ceplok balado kerupuk teh hangat terus buah potong. Itu aja udah cukup kayaknya bi, kan nanti dimeja juga bakalan ada roti panggang dan salad sayur."

Obrolan ringan mengenai menu dimeja makan untuk sarapan pagi ini menghadirkan warna. Dibalik pintu penghubung, dewi berdiri dengan wajah berseri. Pemandangan didepannya ini sungguh menyenangkan hati. Sejak dulu, ingin memiliki anak gadis sendiri tapi tak pernah kesampaian dan saat anak semata wayangnya menikah dewi tak juga bisa merasakan memiliki anak perempuan. Pahit dihati ia telan sendiri tapi sekarang kehadiran febri disini membuat warna baru untuknya. Bahkan lim kusuma saja diam-diam merasakan nyaman walau tak menunjukkan ekspresi berlebih.

"Selamat pagi"

Sapa dewi sambil berjalan pelan kearah ruang makan. Febri dan bibi serempak memutar pandangan, dewi dengan tampilan sederhana tapi tetap berkelas. Khas dewi anjani sekali.

"Pagi ma ....." Sapa febri singkat dengan senyum dibibir tebalnya.

"Bibi masak apa?"

"Non febri ya masak nyah, nasi goreng kampung telor ceplok balado dan pelengkap lainnya." Bibi berdiri tegap memberi laporan bak prajurit siap siaga.

Dewi terkekeh karena merasa lucu dengan apa yang bibi lakukan.

"Tetap ada roti panggang dan teh kan bi?"

"Pasti nyah, malah non febri tadi buat salad sayur juga."

Dewi mengangguk paham. Wajahnya biasa saja tidak menunjukkan ekspresi berlebih tapi percayalah didalam hati bahagianya bukan main. Sekarang, ada febri yang kelihatannya tulus dalam menjalani peran sebagai istri juga menantu untuk keluarga wijaya. Bukan mau membandingkan tapi memang febri mendapat nilai plus dari dewi secara khusus.

"Seandainya nara mau mencoba pasti tidak akan terjadi hal semacam ini. Tapi adanya febri disi i, sekarang. Bukan semata-mata karena kemauan ku apalagi wisnu, semuanya nara. Nara yang mengatur nara yang mau." Dewi bergumam didalam hati sambil berlalu keluar ruang makan untuk mencari suami dan putranya.

Semua makan dengan tenang bahkan wisnu sangat menikmati salad sayur yang febri buat.

"Mas mau tambah saladnya?"

Febri bertanya karena mangkuk berisi salad didepan wisnu sudah bersih.

"Kenyang" Jawab wisnu singkat.

Febri tak menanggapi hanya menganggukkan kepala tanda paham.

"Hari ini kamu tidak ada kegiatan diluar rumah, nak?"

Febri mengangkat wajah, meninggalkan fokusnya pada mangkuk berisi salad.

Lim kusuma mengangkat dagu dan febri seketikan mengerjap mata.

"Free, sampai dua hari kedepan ga ada pemotretan tapi nanti sore mau live beberapa produk."

Lim kusuma mengangguk kepala.

"Nanti habis sarapan ikut sama mama mu, cari gaun untuk menghadiri undangan pernikahan koleganya wisnu. Nanti kita datang bersama."

Wisnu dan dewi saling lirik dan febri beku ditempat.

"Papa sudah selesai. Terimakasih sarapannya, beberapa hari ini papa senang sarapan dirumah karena ga cuma mama saja yang bisa masak enak."

Senyum diwajah febri terbit bak sinar matahari pagi, cerah bersinar. Baik dewi dan wisnu juga sama sama merasa hangat atas apa yang baru saja mereka dengar. Pujian itu ditujukan untuk febri tapi entah kenapa ibu dan anak itu sama-sama senang untuk hal itu.

Tinggal dewi dan febri dimeja makan karena wisnu sudah menyusul langkah ayahnya untuk pergi kekantor. Sempat hening sejenak sampai febri yang lebih dulu buka suara.

"Ma ....."

Dewi menoleh karena baru saja ia mengirimkan pesan pada pemilik butik langganannya untuk menyiapkan gaun spesial.

"Kenapa, hmm"

"Apa tidak apa-apa kalau aku ikut keacara besok, takutnya ....."

Dewi cepat menggelengkan kepala.

"Tidak ada yang tau siapa istrinya wisnu selama ini. Nara ....... Dia tidak pernah mau ikut menemani wisnu datang keacara apapun. Wisnu selalu datang sendiri atau bersama mama dan papa."

Raut wajah febri mengendur dan dewi dapat melihatnya dengan jelas.

"Kamu ga perlu khawatir. Orang-orang tidak akan memberikan penilaian buruk padamu."

Febri hanya mengangguk kepala saja.

"Mau pergi jam berapa ma?"

Satu jam lagi ya, mama mau urus sedikit pekerjaan dulu."

"Oke"

Mereka berpisah diruang makan. Pergi kekamar masing-masing. Dewi menyelesaikan urusannya dengan beberapa rekan dan febri bersiap untuk pergi. Dress simple berwarna nude dengan motif bunga, sepatu flat tas selempang mini jadi pilihan febri untuk pergi bersama ibu mertuanya. Tak ada riasan tebal atau perhiasan mahal, hanya anting kecil dan tentunya cincin berlian pemberian wisnu saat mereka menikah tempo hari.

Cantik, febri memang selalu cantik dengan apa-apa yang melekat ditubuhnya. Mendominasi tapi tidak egois, itulah febri dimata orang orang yang mengelanya.

"Sudah siap?" Tanya dewi saat dirinya baru keluar dari kamar dan mendapati menantunya baru akan turun tangga.

"Sudah ma"

Dewi mengangguk dengan senyum simpul diwajahnya. Diam-diam dewi menyukai cara febri berbusana, selalu bisa menempatkan diri. Tidak berlebihan tapi tetap cantik dan memancarkan aura yang berkelas. Jangan bandingkan dengan nara, nara itu cantik. Cantik sekali malah, apa yang dipakai semuanya branded tidak ada yang murah karena nara memang suka kemewahan. Dewi tak masalah apalagi wisnu mendukung karena uangnya wisnu itu banyak.

Dibutik.

"Wah, jeng dewi datang sama mantu."

Dewi hanya tersenyum ramah tak mau menanggapi lebih karena malah kalau harus menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang nanti terlontar dari mulut sahabatnya ini.

"Sudah jeng hana siapkan kan pesanan saya tadi."

"Sudah, yang untuk wisnu juga sudah sekalian."

"Ayo sayang" Dewi menarik lengan febri untuk menuju ruang khusus yang ada dibutik itu.

"Kamu pilih dulu, mana yang sekiranya cocok."

"Acara pernikahan kan ma?" Tanya febri memastikan.

Dewi mengangguk singkat.

"Mama dan papa pakai warna apa? Apa perlu disamakan saja?"

"Iya samakan saja dengan mama, kamu ga papa kan?"

Febri menggeleng tanda setuju dan tidak merasa keberatan sama sekali. Mereka tak lama berada dibutik, memilih gaun untuk febri tak sampai memakan waktu satu jam.

"Mau kesalon?" Ajak dewi dan febri mengangguk kepala.

Disinilah mereka. Duduk bersampingan menikmati tangan terapis memberi pelayanan. Hanya sekedar creambath dan merapihkan kuku saja. Obrolan ringan terselip diantara waktu yang terus berjalan. Dewi menyukai momen ini, hatinya menghangat melewati pagi sampai kesiang hari dengan kegiatan sederhana semacam ini.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!