Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Gugup.
Tak
Serra kaget saat lampu tiba-tiba hidup yang membuatnya melihat siapa yang menghidupkan lampu dan ternyata Askara.
Serra yang tampak panik yang langsung berdiri dengan menundukkan kepala
"Apa kamu bisa makan dalam keadaan gelap seperti ini?" tanya Askara.
"I-iya," jawabnya gugup.
Askara tampak santai yang mengambil gelas dan menuang air putih, kemudian dia langsung duduk di hadapan Serra yang membuat Serra kaget. Karena merasa segan pada pria itu membuat Serra mengangkat piringnya.
"Mau kemana?" tanya Askara.
"Saya sudah selesai makan," jawabnya.
"Saya melihat makananmu masih banyak. Kau bahkan baru memakan sedikit saja," ucap Askara dengan satu alisnya terangkat.
"Kalau begitu saya akan makan di kamar saja," ucap Serra.
"Kenapa kau harus pindah makan di saat aku datang. Apa aku terlihat begitu menyeramkan sampai kau takut aku memaksa mu?" tanya Askara yang membuat Serra geleng-geleng kepala.
"Kalau begitu kembalilah ke posisi mu awal. Aku tidak akan mengganggumu," ucap Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala dengan penuh keraguan dia kembali duduk.
Walau benar apa adanya Askara tidak akan mengganggunya tetapi tetap saja Serra sangat tidak nyaman makan berhadapan dengan Askara, jadi dia hanya melihat ke arah nasi saja dan juga makan tampak buru-buru.
"Santailah, jangan makan seperti orang dikejar-kejar!" tegur Askara yang memperhatikan Serra sejak tadi dan Serra tidak menanggapi apapun.
"Biasanya wanita sangat menjaga pola makannya, tidak suka makan malam dan apalagi makan di akun jam 10.00 malam, banyak sekali permasalahan pada wanita yang takut gendut ini dan itu. Lalu Kamu sendiri ternyata tidak memikirkan itu dan makan di larut malam," ucap Askara.
"Kenapa? Kamu memang kelaparan dan tiba-tiba ingin makan atau justru karena baru sempat untuk makan?" tanya Askara yang sedikit mengintimidasi membuat Serra mengangkat kepalanya dan melihat pria yang banyak bertanya kepadanya.
"Baru sempat makan setelah pekerja seharian secara gratis di rumah ini?" tanya Askara lagi.
Serra terdiam mendengar perkataan itu, mungkin memang benar apa yang dikatakan Askara, entah apa yang sebenarnya diinginkan Serra sampai dia melupakan makannya dan membandingkan orang-orang di rumah itu.
"Lanjutkan makanmu dan jangan melihatku seperti itu," ucap Askara.
Bagaimana Serra bisa melanjutkan makannya dengan tenang jika Askara masih berada di sana yang membuat jantungnya tidak lebih berdebar dan takut melakukan kesalahan.
Tiba-tiba keduanya melihat arah yang sama dengan Serra membalikkan tubuh. Orang yang dia tunggu akhirnya kembali. Damar pulang dengan tampak dekat dengan Maya yang mana tangan Damar berada di pinggang Maya. Keduanya juga sama-sama tersenyum yang sepertinya baru saja membicarakan hal yang sangat lucu.
Langkah Maya dan Damar terhenti ketika melihat Serra duduk bersama dengan Askara. Tangan Damar langsung melepas tangannya dari pinggang Serra.
"Kalian berdua dari mana?" pertanyaan Askara mewakili pertanyaan Serra.
"Paman belum tidur?" Maya bukannya menjawab pertanyaan itu dan malah bertanya kembali.
"Jika saya masih ada di sini yang artinya saya belum tidur dan kalian belum menjawab pertanyaan saya dari mana malam-malam seperti ini? Apa ada pekerjaan malam-malam seperti ini?" tanya Askara dengan mengintimidasi.
"Mau kemana aku malam ini, tidak harus melaporkan. Mama, Papa saja tidak pernah menegur dan apalagi harus mencampuri hal itu," jawab Damar sinis.
Dari wajahnya terlihat kesal dengan Askara yang baru satu hari berada di rumahnya dan sudah membuat dia hampir kehilangan posisi di Perusahaan. Mungkin juga ditambah kesal dengan melihat istrinya bersama dengan Askara.
"Jika kedua orang tua kamu tidak menegurmu saat pergi dan pulang ke rumah sesuka hati dan tanpa melihat waktu. Karena rumah ini bukan milik mereka, rumah ini milikku yang artinya aku memiliki ukuran sendiri untuk orang-orang yang ada di rumah ini. Jadi jika masih ingin tinggal di rumah ini dan maka ikuti aturan yang ada di rumah ini. Saya baru saja bertanya dari mana dan disuruh untuk menjawab bukan bertanya balik," ucap Askara dengan kalimat yang cukup menohok membuat tatapan mata Damar sangat tidak menyukai dan sementara Serra sejak tadi hanya diam saja.
"Kalian belum menjawab juga?" tanya Askara yang sepertinya sangat menginginkan jawaban itu dan terkesan memaksa.
"Apa itu begitu penting. Kenapa harus bermasalahkan kami berdua dari mana? Apa gunanya?" tanya Damar yang terlihat semakin besar.
"Sangat berguna. Agar lain kali tahu aturan di rumah ini kapan harus pergi dan kapan harus pulang bukan sesuka hati," jawab Askara.
"Paman, kami baru saja menemui klien," sahut Maya yang memilih untuk menjawab pertanyaan itu, karena melihat suasana semakin panas dengan emosi Damar yang tidak terkontrol atas desakan dari Sagara.
"Apa ada pertemuan sampai jam segini? Saya rasa tidak ada yang masih harus bekerja malam-malam seperti ini dan apa tidak bisa menunggu sampai besok pagi," jawab Askara.
Damar yang kembali mulai berbicara dan ditahan Maya.
"Mungkin janjinya tidak terlalu malam, tetapi karena Jakarta macet, kami harus menunggu. Jadi mohon maaf jika membuat keributan malam-malam seperti ini karena kami pulang larut malam," ucap Maya yang lebih memilih untuk cari aman karena dia juga tahu siapa yang berkuasa diruma itu.
"Lalu sekarang giliranku yang bertanya. Apa yang paman lakukan dengan Serra malam-malam seperti ini disaat semua orang sedang tidur?" tanya Damar.
Serra ingin menjawab pertanyaannya tetapi sudah di dahului Askara.
"Apa kamu tidak melihat ada piring di depan istrimu yang artinya dia sedang makan," jawab Askara dengan santai.
"Apa ingin mengatakan jika paman sedang menemaninya makan?" tanya Damar.
"Aku hanya tidak sengaja ke dapur dan melihat dia makan dalam keadaan lampu mati. Aku hanya meneguk air putih dan mengobrol sebentar denganya. Apa yang salah dari semua yang aku lakukan," jawab Askara dengan santai.
"Lalu kau kenapa harus makan malam-malam? Apa kau selapar itu?" tanya Damar yang melimpahkan semua kemarahannya kepada Serra.
"Kau yang seharusnya sudah tahu jawabannya," lagi-lagi Askara menjawab pertanyaan itu di saat Serra sudah mulai memberikan jawaban
"Bagaimana istrimu baru memiliki waktu untuk makan di malam hari. Bagaimana mungkin sebagai suami kau tidak mengetahui hal itu," lanjut Askara yang membuat Damar terdiam dengan wajahnya yang semakin kesal. Karena istrinya yang terus saja di bela oleh Askara.
"Kekamar!" titah Damar.
Serra kesulitan menelan ludah dengan wajahnya yang tampak panik, dia sepertinya tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tidak ingin membuat suaminya semakin marah yang akhirnya membuat Serra menghentikan makannya dan kemudian langsung pergi menuju kamar sesuai dengan permintaan suaminya.
Mata Damar melihat ke arah Askara yang mana pandangan Askara sejak tadi terlihat begitu santai, dengan wajah yang penuh kekesalan yang akhirnya Damar menyusul Serra kekamar.
Askara tersenyum miring melihat kepergian laki-laki yang hanya berani kepada wanita saja.
"Paman membutuhkan sesuatu biar Maya bantu," ucap Maya yang sudah menghampiri Askara yang sepertinya sengaja mendekati Askara.
"Tidak! Aku sama sekali tidak membutuhkan apapun," ucap Askara dengan tegas yang langsung berdiri dari tempat duduknya yang mengabaikan Maya yang berusaha untuk akrab dengannya.
"Biasa saja," gumam Maya yang terlihat begitu kesal.
Bersambung......