NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28: Darah dan Warisan

Gedung utama di wilayah utara Italia kini menjadi pusat kekuasaan yang baru. Di atas singgasana kulit hitam dengan ukiran singa bersayap, Nayla duduk anggun namun dingin. Matanya menatap kosong ke arah peta wilayah kekuasaan mafia dunia yang sekarang berada di tangannya. Dunia tahu, seorang wanita telah mengambil alih tahta yang selama ini hanya dihuni pria berdarah dingin. Dunia tahu... tapi tidak semua menerimanya.

“Ada yang ingin bertemu, Nayla.” suara pelayan setia masuk pelan.

Nayla mengangguk. "Bawa masuk."

Seorang pria tua masuk dengan tongkat berlapis emas. Dialah Giovanni Renaldi, ayah angkat Nayla yang telah menyelamatkannya dua tahun lalu. Di belakangnya, tiga sosok lain menyusul: dua pria muda dan seorang wanita paruh baya. Mereka adalah anak kandung Giovanni Dante, Mauro, dan Lucia. Wajah mereka membawa senyum tipis, namun matanya menyimpan niat tersembunyi yang menggelap seperti racun dalam madu.

Giovanni memeluk Nayla sejenak. "Aku dengar kau telah menguasai seluruh perdagangan Timur, bahkan mengalahkan klan Timur yang pernah membuatku tunduk. Itu luar biasa, anakku."

"Semua karena bimbingan Ayah," jawab Nayla pelan, tapi tegas.

Namun tak lama setelah pelukan itu lepas, Dante melangkah maju. “Kau mungkin sudah membalas budi pada Ayah. Tapi kami tidak akan tinggal diam melihat seorang anak angkat menginjak kami dari atas.”

Lucia menimpali dengan nada penuh kepalsuan, “Kami bangga atas pencapaianmu, Nayla. Tapi kekuasaan seharusnya tetap di tangan darah keluarga.”

Nayla menegakkan tubuh. Matanya menatap tajam ke arah mereka. “Darah tidak menjamin kesetiaan. Pengkhianat banyak lahir dari keluarga.”

Mauro mencibir. “Kau pikir kami tak tahu? Kau menyapu bersih lawanmu seperti badai, tanpa belas kasihan. Tapi apa kau bisa lakukan itu jika musuhmu adalah keluargamu sendiri?”

Giovanni menghela napas berat. “Cukup.”

Ruangan mendadak hening.

Giovanni mendekat ke Nayla, memegang tangannya. “Anakku, aku tahu siapa mereka. Aku tahu cara mereka bermain licik, seperti rubah lapar yang haus kekuasaan. Aku menyayangi mereka, tapi aku lebih percaya pada mata yang tak dibutakan oleh nafsu. Itu matamu.”

Nayla menahan napas. “Tapi Ayah, mereka mengincar saya. Mereka tidak akan berhenti.”

Giovanni mengangguk. “Aku tahu. Tapi jangan biarkan dirimu menjadi sama seperti mereka.”

Malam itu Nayla tak bisa tidur. Ia duduk di balkon kamarnya, memandangi langit kelam tanpa bintang. Pikirannya bercampur aduk. Kekuasaan yang ia genggam begitu kuat, namun sepi. Tak ada Adrian yang biasa menemaninya. Tak ada suara tawa yang dulu menghiburnya.

Keesokan harinya, surat ancaman diterima oleh sekretariat utama. Tanda tangan Dante di bawahnya begitu jelas. “Kalau Nayla tidak mundur dari posisi kepala organisasi, maka darah akan tertumpah dan itu bukan metafora.”

Giovanni murka. Ia mengumpulkan ketiga anak kandungnya di ruang bawah tanah. “Kalian pikir dunia ini milik kalian karena kalian lahir dari perut yang sama denganku? Aku menyaksikan Nayla tumbuh dari luka, membentuk dirinya dengan darah dan airmata. Kalian hanya tahu berpesta dengan kekuasaan yang tak pernah kalian perjuangkan!”

Dante membalas dengan tenang, “Justru karena kami tahu rasa kehilangan, kami tidak ingin wanita sepertinya merusak nama keluarga kita.”

Giovanni menatap mereka satu per satu. “Keluarga ini rusak bukan karena Nayla. Tapi karena kalian tidak pernah belajar menghormati kekuatan yang dibangun dengan rasa sakit.”

Lucia memutar bola matanya. “Mungkin sudah waktunya Ayah istirahat dari segalanya.”

Ucapan itu seperti pukulan telak. Giovanni tersenyum tipis, pahit. “Jika kalian mencoba mengambil kekuasaan ini darinya… maka kalian bukan lagi anakku.”

Beberapa hari kemudian, upaya sabotase terhadap perdagangan Nayla terjadi di pelabuhan selatan Napoli. Gudang senjata milik organisasi meledak, dan dua anak buah Nayla tewas.

Nayla turun langsung ke lokasi. Tanpa berkata banyak, ia melihat reruntuhan dan bekas ledakan. Emosinya bergejolak. Bukan karena kehilangan aset. Tapi karena orang-orang yang mempercayainya telah mati sia-sia.

Ia kembali ke markas dan mengumpulkan para pemimpin regional. Dengan suara dingin, ia berkata, “Mulai hari ini, siapa pun yang mencoba mengganggu kedamaian yang telah kita bangun… akan kubalas dengan kehancuran.”

Salah satu anak buahnya bertanya lirih, “Termasuk keluarga, Nayla?”

Nayla menatap tajam. “Termasuk siapa pun.”

Beberapa malam setelahnya, Giovanni memanggil Nayla secara pribadi. Mereka duduk di ruang bacanya yang sunyi, di antara rak-rak buku tua.

“Ayah tahu ke mana semua ini menuju. Tapi ingat ini, Nayla.” Giovanni menggenggam tangan Nayla erat. “Jangan kehilangan dirimu sendiri dalam dendam. Aku tahu rasa itu. Dulu aku seperti Dante, muda dan penuh ambisi. Tapi akhirnya aku sendiri, seperti sekarang. Kau punya kekuatan, ya… tapi kau juga punya pilihan.”

Air mata Nayla mengalir pelan. “Aku takut, Ayah. Takut semua yang kubangun akan hilang. Takut akan jadi monster seperti mereka.”

Giovanni memeluknya. “Kau bukan monster. Kau adalah anakku… yang kupilih. Itu lebih berarti dari darah.”

Untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, Nayla menangis bukan karena kehilangan, tapi karena kehangatan.

Namun ia tahu… badai belum berlalu. Ini baru awal dari perang yang lebih dalam bukan dengan musuh dari luar, tapi dari dalam dagingnya sendiri.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!